Pasar Obligasi Siaga! Sentimen Argentina Jadi Katalis

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
14 August 2019 09:28
Pasar obligasi diprediksi akan terkoreksi pada perdagangan Rabu ini.
Foto: Presiden Argentina Mauricio Macri (REUTERS/Ueslei Marcelino)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi akan terkoreksi pada perdagangan Rabu ini (14/8/2019) dan akan melemah terbatas sepanjang hari karena tekanan sentimen negatif global, terutama berita hasil pemilu awal Argentina.  

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai tekanan dari Argentina dapat menekan pasar keuangan di negara berkembang, salah satunya pasar obligasi Indonesia.
 

"Kami merekomendasikan jual hari ini dan waspadai pembalikan arah yang mungkin hanya menjadi sentimen sesaat," ujar Nico dan tim dalam risetnya hari ini (14/8/19).
 

Hitungan awal hasil pemilu Argentina menunjukkan penantang Alberto Fernandez dari oposisi meraih suara 47%, dibanding calon petahana (incumbent) di Pemilu 2019, Presiden Mauricio Macri, yang hanya memperoleh sekitar 32% sehingga kekalahan tampaknya sudah di depan mata. 

Sentimen Argentina Akan Tekan Pasar, Pasar Obligasi SiagaFoto: Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla disambut oleh Presiden Argentina Mauricio Macri ketika ia tiba untuk KTT para pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 30 November 2018. REUTERS / Marcos Brindicci

Macri adalah pemimpin yang pro pasar. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi negeri bintang sepak bola Lionel Messi ini dibawa keluar dari krisis pada tahun lalu meski dibayar dengan harga yang lumayan mahal. 

Macri meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF). Selain utangan, IMF juga menyarankan Macri untuk melakukan pengetatan anggaran. Pos-pos seperti subsidi dipangkas agar fiskal lebih sehat.

Jika Fernandez benar menang, maka pelaku pasar mengkhawatirkan akan adanya langkah-langkah berani dan populis terhadap publik domestik mereka sehingga disiplin makro ekonomi yang sudah diterapkan dapat berantakan dan mengganggu tatanan ekonomi regional dan dunia.

Nico juga mengatakan tekanan global ke pasar keuangan negara berkembang telah memakan 'korban' kemarin, yaitu hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) rutin yang nilai permintaannya hanya Rp 26,5 triliun dan nilai penerbitan hanya Rp 15 triliun.
 

Hasil lelang tersebut juga mendapati nilai permintaan yang rendah, yaitu Rp 26,5 triliun. Jumlah ini hanya 61,26% dari nilai permintaan peserta dalam lelang sebelumnya yang menembus Rp 43,27 triliun pada 30 Juli, dan porsinya hanya 50,74% dari rerata lelang sejak awal tahun Rp 52,28 triliun.


Angka penerbitannya juga hanya berada di batas bawah target pemerintah Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
 

Nico juga menggarisbawahi kesiagaan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar valas untuk membela rupiah serta menjaga pasar SUN dari koreksi yang berlebihan sejak kemarin pagi. 

Meskipun pasar diprediksi melemah hari ini oleh Nico, tetapi sentimen positif dari perkembangan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China diprediksi juga akan mempengaruhi pasar hari ini.  


Kemarin, Presiden AS Donald Trump menunda pengenaan tarif impor baru dari berbagai produkkonsumen China hingga bulan December, yang menjadi sebuah harapan di tengah ketidakpastian.  

Tidak hanya itu saja, AS dan China melalui para pejabat seniornya juga telah melakukan percakapan melalui telepon, ini merupakan komunikasi pertama kalinya sejak Trump mengancam akan menaikkan tarif pada awal bulan ini.        

TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/tas) Next Article Asing Pegang Rp 991 T, Harga Obligasi Negara Sepekan Menguat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular