Harga Nyungsep, Kinerja Emiten Batu Bara Kian Merana

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
13 August 2019 15:15
Inilah saham-saham batu bara domestik babak belur hari ini, karena ada ekspektasi kinerja semakin terpuruk.
Foto: Wahyu Daniel
Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan harga batu bara selama 2019 rupanya sudah menekan kinerja emiten batu bara domestik. Inilah saham-saham batu bara domestik babak belur hari ini, karena ada ekspektasi kinerja semakin terpuruk.

Pada perdagangan sesi II Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat ada 13 emiten batu bara yang kompak terjebak di zona merah, dimana PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) membukukan koreksi paling besar mencapai 15,7% ke level Rp 725/unit saham.

Emiten batu bara lainnya yang juga mencatatkan kontraksi yang cukup dalam adalah PT Alfa Energi Investama Tbk/FIRE (-5,19%), PT Garda Tujuh Buana Tbk/GTBO (-5,13%), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (-3,27%), PT Baramulti Suksessarana Tbk/BSSR (-3,12%).


Besar kemungkinan alasan pelaku pasar kompak melakukan aksi jual untuk emiten batu bara adalah karena harga batu bara dunia yang terus terperosok sejak awal bulan ini.



Dari grafik di atas terlihat bahwa sepanjang bulan Agustus harga batu bara acuan global, Newscastle kontrak pengiriman Agustus telah melemah 3,1% ke level US$ 67,3/metrik ton. Sedangkan sepanjang tahun berjalan, harga batu bara dunia sudah anjlok 34,05%.

Tren penurunan harga batu baru yang tak mampu dicegah, membuat investor khawatir dengan kelangsungan bisnis perusahaan. Hal ini dikarenakan, pelemahan harga yang terjadi sejak awal tahun sudah terbukti cukup menyakiti kinerja keuangan beberapa pemain besar di industri batu bara Tanah Air.


Jika menilik, rilis laporan keuangan perusahaan batu bara sepanjang semester pertama tahun ini, mayoritas laba bersih perusahaan menurun, bahkan ada yang anjlok hampir dua kali lipat.



Melansir grafik di atas, emiten dengan koreksi laba paling dalam adalah PT Indika Energy Tbk (INDY). Hingga akhir Juni 2019, keuntungan INDY terjun 83,4% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi US$ 12,67 juta atau setara Rp 179,11 miliar (asumsi kurs Rp 14.141/US$). Padahal pada paruh pertama tahun lalu, laba INDY mencapai US$ 76,32 juta atau Rp 1,08 triliun.

Produsen batu bara PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga mencatatkan koreksi yang cukup dalam, di mana laba perusahaan terperosok 77,74% menjadi US$ 4,07 juta dari US$ 18,28 juta.

Melihat kondisi di atas, wajar jika investor memilih untuk tidak mengkoleksi saham emiten batu bara, karena jika koreksi harga batu bara dunia terus berlanjut, maka kinerja laba perusahaan pasti akan semakin jeblok.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Mau Jajan Saham Batu Bara? Simak Mana yang Likuid

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular