
Poundstreling Amblas, Ini Potensi Cuan di Forex Pekan Depan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 August 2019 18:17

Mata uang euro memang menguat pada perdagangan Jumat, tetapi posisinya menjadi rentan akibat kisruh politik Italia. Koalisi partai pemerintah pecah setelah Wakil Perdana Menteri, Matteo Salvini mengatakan kolalisi pemerintah tidak bisa bekerja dan meminta diadakan Pemilu Sela.
Partai Lega pimpinan Matteo Salvini pecah kongsi dengan Partai Pergerakan Lima Bintang (Five Star Movement/M5S) akibat masalah jalur kereta cepat yang menghubungkan Italia dan Prancis.
Kisruh politik Italia menambah sentimen negatif bagi mata uang euro yang saat ini dibebani potensi pemangkasan suku bunga oleh European Central Bank (ECB) pada bulan September.
Presiden ECB, Mario Draghi, saat mengumumkan kebijakan moneter 25 Juli lalu bersikap tidak terlalu dovish yang membuat pelaku pasar memprediksi ECB tidak akan terlalu agresif dalam melonggarkan kebijakan moneter.
Namun, kini kondisi berubah, isu perang mata uang membuat ECB bisa saja agresif dalam melonggarkan kebijakan moneter. Sebelum isu perang mata uang muncul, euro menyentuh level terlemah sejak Mei 2017 sebesar US$ 1,1025 pada 1 Agustus lalu.
Semenjak saat itu euro telah menguat lebih dari 1,5%, hal tersebut tentunya memberikan tekanan bagi ECB untuk menggelontorkan stimulus guna meredam penguatan euro, bahkan ada kemungkinan melemahkan euro.
Penguatan euro berdampak kurang bagus, produk-produk dari zona euro akan kalah bersaing dengan China yang nilai tukar mata uangnya terus dilemahkan. Ekspor dari Benua Biru kemungkinan akan merosot, dan berdampak buruk bagi perekonomian.
Euro masih bisa selamat dari penurunan akibat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga diprediksi kuat akan agresif memangkas suku bunga di tahun ini. Tetapi dengan kondisi politik Italia yang sedang memanas, tekanan menjadi lebih besar, dan berpeluang melemah di pekan ini.
Sementara itu, pelan tapi pasti mata uang yen Jepang terus menguat melawan dolar AS. Kondisi ekonomi, perang dagang, dan situasi politik saat ini sepertinnya mendukung bagi Mata Uang Negeri Matahari Terbit.
Yen merupakan mata uang yang dianggap safe haven, ketika kondisi ekonomi global dipenuhi ketidakpastian, maka mata uang yen akan menjadi incaran pelaku pasar.
Jika perang dagang kembali tereskalasi, dan Bank Sentral China kembali mendepresiasi mata uangnya, kurs yen berpotensi menguat lagi di pekan ini.
Dari negeri Paman Sam, data inflasi pada hari Rabu dan penjualan ritel di hari Kamis yang juga dapat mempengaruhi probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed, dan tentunya akan berpengaruh ke pasar forex.
Partai Lega pimpinan Matteo Salvini pecah kongsi dengan Partai Pergerakan Lima Bintang (Five Star Movement/M5S) akibat masalah jalur kereta cepat yang menghubungkan Italia dan Prancis.
Kisruh politik Italia menambah sentimen negatif bagi mata uang euro yang saat ini dibebani potensi pemangkasan suku bunga oleh European Central Bank (ECB) pada bulan September.
Namun, kini kondisi berubah, isu perang mata uang membuat ECB bisa saja agresif dalam melonggarkan kebijakan moneter. Sebelum isu perang mata uang muncul, euro menyentuh level terlemah sejak Mei 2017 sebesar US$ 1,1025 pada 1 Agustus lalu.
Semenjak saat itu euro telah menguat lebih dari 1,5%, hal tersebut tentunya memberikan tekanan bagi ECB untuk menggelontorkan stimulus guna meredam penguatan euro, bahkan ada kemungkinan melemahkan euro.
Penguatan euro berdampak kurang bagus, produk-produk dari zona euro akan kalah bersaing dengan China yang nilai tukar mata uangnya terus dilemahkan. Ekspor dari Benua Biru kemungkinan akan merosot, dan berdampak buruk bagi perekonomian.
Euro masih bisa selamat dari penurunan akibat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga diprediksi kuat akan agresif memangkas suku bunga di tahun ini. Tetapi dengan kondisi politik Italia yang sedang memanas, tekanan menjadi lebih besar, dan berpeluang melemah di pekan ini.
Sementara itu, pelan tapi pasti mata uang yen Jepang terus menguat melawan dolar AS. Kondisi ekonomi, perang dagang, dan situasi politik saat ini sepertinnya mendukung bagi Mata Uang Negeri Matahari Terbit.
Yen merupakan mata uang yang dianggap safe haven, ketika kondisi ekonomi global dipenuhi ketidakpastian, maka mata uang yen akan menjadi incaran pelaku pasar.
Jika perang dagang kembali tereskalasi, dan Bank Sentral China kembali mendepresiasi mata uangnya, kurs yen berpotensi menguat lagi di pekan ini.
Dari negeri Paman Sam, data inflasi pada hari Rabu dan penjualan ritel di hari Kamis yang juga dapat mempengaruhi probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed, dan tentunya akan berpengaruh ke pasar forex.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular