CAD RI Bengkak, Dolar Singapura Balik Tekan Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 August 2019 14:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura berbalik menguat melawan rupiah pada perdagangan siang ini. Padahal pagi tadi, mata uang Negeri Merlion melemah melawan rupiah.
Pada Jumat (9/8/2919) pukul 13:05 WIB, dolar Singapura berada di Rp 10.278,68 atau menguat tipis 0,02% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. Padahal pagi tadi, dolar Singapura melemah ke Rp 10.257,34.
Data yang dirilis dari Singapura kemarin menunjukkan penjualan eceran turun 2,2% month-on-month (MoM) pada Juni, dari bulan sebelumnya yang juga mencatat penurunan dengan besar yang sama. Padahal konsensus di Trading Economic menunjukkan memprediksi kenaikan 0,4%.
Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY), penjualan eceran anjlok 8,9% melanjutkan kejatuhan 2% bulan sebelumnya. Bahkan jika melihat ke belakang, penjualan eceran sudah menurun dalam lima bulan beruntun.
Sebenarnya data di Indonesia juga tidak bagus-bagus amat. Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan penjualan ritel terkontraksi alias turun 1,8% YoY pada Juni. Ini adalah laju terendah sejak Juli 2017 atau nyaris dua tahun.
Kedua data ini disandingkan, hasilnya Indonesia masih sedikit lebih unggul. Akibatnya rupiah mampu menekan dolar Singapura.
Itu cerita kemarin, hari ini beda lagi. BI melaporkan transaksi berjalan (current account) pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
BI menyebut pembengkakan defisit transaksi berjalan dipengaruhi beberapa faktor seperti, repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, dampak perlambatan ekonomi dunia, dan harga komoditas yang berguguran.
Secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 juga membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya, NPI masih tercatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar.
Selain karena pembengkakan CAD, defisit pada NPI kali ini juga disebabkan oleh penurunan kinerja transaksi finansial, yang mana hanya mencatat surplus sebesar US$ 7 miliar pada kuartal II-2019. Jauh lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang surplus US$ 9,9 miliar.
Data ini yang membuat rupiah mundur teratur di hadapan dolar Singapura. Sebab defisit NPI menunjukkan pasokan valas di perekonomian nasional seret, lebih banyak yang keluar dibandingkan yang masuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Loyonya Rupiah, Dolar Singapura Menguat Hampir 1%
Pada Jumat (9/8/2919) pukul 13:05 WIB, dolar Singapura berada di Rp 10.278,68 atau menguat tipis 0,02% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. Padahal pagi tadi, dolar Singapura melemah ke Rp 10.257,34.
Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY), penjualan eceran anjlok 8,9% melanjutkan kejatuhan 2% bulan sebelumnya. Bahkan jika melihat ke belakang, penjualan eceran sudah menurun dalam lima bulan beruntun.
Sebenarnya data di Indonesia juga tidak bagus-bagus amat. Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan penjualan ritel terkontraksi alias turun 1,8% YoY pada Juni. Ini adalah laju terendah sejak Juli 2017 atau nyaris dua tahun.
Kedua data ini disandingkan, hasilnya Indonesia masih sedikit lebih unggul. Akibatnya rupiah mampu menekan dolar Singapura.
Itu cerita kemarin, hari ini beda lagi. BI melaporkan transaksi berjalan (current account) pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
BI menyebut pembengkakan defisit transaksi berjalan dipengaruhi beberapa faktor seperti, repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, dampak perlambatan ekonomi dunia, dan harga komoditas yang berguguran.
Secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 juga membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya, NPI masih tercatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar.
Selain karena pembengkakan CAD, defisit pada NPI kali ini juga disebabkan oleh penurunan kinerja transaksi finansial, yang mana hanya mencatat surplus sebesar US$ 7 miliar pada kuartal II-2019. Jauh lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang surplus US$ 9,9 miliar.
Data ini yang membuat rupiah mundur teratur di hadapan dolar Singapura. Sebab defisit NPI menunjukkan pasokan valas di perekonomian nasional seret, lebih banyak yang keluar dibandingkan yang masuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Loyonya Rupiah, Dolar Singapura Menguat Hampir 1%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular