Rupiah Kuat di Kurs Tengah BI Tapi KO di Pasar Spot, Kenapa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 August 2019 10:36
Rupiah Kuat di Kurs Tengah BI Tapi KO di Pasar Spot, Kenapa?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sementara di pasar spot, rupiah yang dibuka menguat kini terjebak di zona merah. 

Pada Kamis (8/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.231. Rupiah menguat 0,31% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Penguatan ini membuat rupiah terapresiasi dalam dua hari perdagangan beruntun. Kemarin, rupiah menguat 0,48% di kurs tengah BI. 

 

Namun di pasar spot, rupiah kurang beruntung. Meski dibuka menguat 0,07%, rupiah kini melemah. 

Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.225. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 


Rupiah dan rupee India menjadi mata uang Asia yang masih melemah di hadapan dolar AS, yang lainnya sudah berhasil menguat. Depresiasi 0,07% bahkan sudah cukup untuk membuat rupiah sebagai mata uang terlemah di Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:07 WIB: 





(BERLANJUT KE HALAMAN 2) 

Dengan kondisi rupiah yang melemah sementara mata uang Asia mayoritas menguat, sepertinya sentimen domestik menjadi biang kerok. Kemungkinan investor memilih wait and see jelang pengumuman dana Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019. 

Investor akan sangat mencermati data ini, terutama di pos transaksi berjalan (current account). BI memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal II-2019 lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya. 

Bank Indonesia
 

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini dipandang berdimensi jangka panjang (sustainable) sehingga lebih bisa diandalkan sebagai fondasi nilai tukar mata uang. 

Ketika transaksi berjalan defisit, apalagi semakin parah, maka mata uang akan sangat tergantung kepada arus modal di pasar keuangan alias hot money yang bisa datang dan pergi sesuka hati. Ini membuat mata uang lebih rentan berfluktuasi, tidak stabil. 

Indonesia sudah tidak pernah merasakan surplus transaksi berjalan sejak 2011. Defisit transaksi berjalan terus menjadi 'hantu' yang membayangi perekonomian nasional, membuat rupiah dalam posisi rawan. 

Baca:
Sampai Jokowi Lengser di 2024, 'Hantu' CAD Belum Bisa Diusir

Oleh karena itu, wajar ketika investor cemas menantikan data NPI. Data tersebut, terutama pos transaksi berjalan, akan menentukan nasib rupiah. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sentimen eksternal sebenarnya sudah agak kondusif. Meski masih dibayangi perang dagang AS-China yang meluas ke perang mata uang, setidaknya ada harapan hubungan kedua negara bisa diperbaiki. 

Kemarin, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan AS siap menerima delegasi China untuk dialog dagang di Washington pada awal September. Tidak hanya itu, AS juga mempertimbangkan untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog membuahkan hasil positif. 

Gary Locke, mantan Duta Besar AS untuk China periode 2011-2014, menyatakan AS harus 'mengalah'. AS tidak bisa hanya mementingkan kepentingan sendiri selagi mengorbankan perekonomian global akibat friksi dagang dengan China. 

"The Federal Reserve (Bank Sentral AS) memperkirakan bea masuk terhadap produk-produk China akan menyebabkan konsumen di AS mengalami kenaikan harga barang dan jasa rata-rata US$ 1.000. Kenaikan harga seperti ini membuat AS sulit berkompetisi. Oleh karena itu, AS perlu menurunkan tensi ketegangan dan mencapai kesepakatan dengan China," tegas Locke, seperti diberitakan Reuters. 

Harapan damai dagang AS-China yang masih terjaga membuat pelaku pasar sedikit tenang. Meski risiko masih membentang, tetapi setidaknya ada harapan untuk perbaikan.  

Hasilnya adalah arus modal mulai berani masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia yang membuat mata uang Benua Kuning menguat. Namun rupiah masih tertinggal karena hantu CAD yang bergentayangan.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular