Tak Kenal Siang & Malam, Emas Global Tembus Rekor US$ 1.506

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 August 2019 19:11
Kecemasan pelaku pasar akan pelambatan ekonomi akibat eskalasi perang dagang AS dengan China, plus potensi perang mata uang membuat emas kian cemerlang.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Seakan tak kenal lelah, harga emas dunia terus melesat naik pada perdagangan Rabu (7/8/19). Pada pukul 18:40 WIB, harga emas spot menguat 1,3% ke level US$ 1.492,94/troy ounce, berdasarkan data Refinitiv.

Sementara di waktu yang sama harga emas kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melesat 1,51% ke level US$ 1.506/troy ounce.



Kecemasan pelaku pasar akan pelambatan ekonomi akibat eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, plus potensi perang mata uang membuat emas kian cemerlang. Menyandang status sebagai aset aman atau safe haven, para investor banyak mengalihkan investasinya ke emas akibat tingginya ketidakpastian yang menyelimuti pasar finansial.

Eskalasi perang dagang AS-China kali ini sedikit mereda setelah Pemerintah Washington berencana membuka kembali pintu negosiasi dengan China.
Mengutip Reuters, AS dikabarkan siap untuk kembali bernegosiasi dengan China di Washington awal bulan depan.

"Beliau (Presiden AS Donald Trump) ingin membuat kesepakatan dan melanjutkan negosiasi. Harus ada dua orang untuk menari tango," kata Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih.

Bahkan Kudlow mengungkapkan AS siap untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog dagang dengan China membuahkan hasil yang memuaskan. "Situasi bisa berubah mengenai kebijakan bea masuk. Bapak Presiden terbuka terhadap perubahan, jika pembicaraan dengan China positif," paparnya.


Namun, sepertinya AS masih "menari tango" sendiri, China belum merespon niat baik tersebut. Malah Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali menetapkan nilai tengah yuan lebih lemah dari sebelumnya.

PBoC hari ini menetapkan kurs yuan di level 6,9996/US$ sedikit di bawah level 7/US$, tetapi sekali lagi mekanisme pasar membuat kurs yuan kembali ke atas 7/US$.

Sebagai informasi PBoC setiap hari menetapkan nilai tengah yuan, dan membiarkannya bergerak menguat atau melemah maksimal 2% dari nilai tengah.
Pada awal pekan lalu, PBoC mengejutkan pasar dengan mendepresiasi kurs yuan secara signifikan, hingga ke level terlemah 11 tahun. Hal tersebut membuat para investor cemas akan terjadinya perang mata uang.

Emas juga mendapat sentimen positif dari Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kembali diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini akibat eskalasi perang dagang yang bisa menyeret perekonomian AS melambat lebih dalam.

Data dari piranti FedWatch milik CME Group malam ini menunjukkan probabilitas suku bunga 1,75%-2,00% di bulan September sebesar 76,5%, dan probabilitas suku bunga sebesar 1,5%-1,75% sebesar 23,5%. Sementara probabilitas suku bunga saat ini 2,0%-2,25% sebesar 0% alias tidak ada sama sekali.


Belum Lelah, Emas Dunia Terus Melesat Naik ke $1.506/Troy OzGrafik: Probabilitas Suku Bunga The Fed Bulan Desember
Sumber: CME Group

Piranti yang sama menunjukkan probabilitas suku bunga 1,25%-1.5% di bulan Desember sebesar 43,1%, menjadi yang tertinggi dibandingkan probabilitas suku bunga lainnya. Padahal siang tadi probabilitasnya masih sebesar 40,3% masih di bawah probabilitas suku bunga 1,5%-1,75% di bulan Desember sebesar 40,8%.

Data dari FedWatch tersebut menunjukkan pelaku pasar sangat yakin The Fed akan kembali memangkas pada bulan depan, dan ada peluang cukup besar Jerome Powell dan kolega akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali lagi di sisa tahun ini. Sehingga di tahun ini total The Fed diprediksi memangkas suku bunga sebanyak empat kali.

Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi emas. Logam mulia merupakan aset tanpa imbal hasil, sehingga semakin rendah suku bunga di AS dan secara global akan memberikan keuntungan yang lebih besar dalam memegang aset ini.

Selain itu penurunan suku bunga yang agresif tentunya membuat dolar AS melemah. Kala Mata Uang Paman Sam Loyo, permintaan emas tentunya bisa meningkat. Emas yang dibanderol dengan dolar, jika dolar melemah, harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


(pap) Next Article Pergerakan Emas Antam Dalam Sepekan, Untung atau Buntung?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular