Luas Kebun Tambah 5,4 Juta Hektare, Harga CPO Sulit Bangkit

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 August 2019 12:31
Pergerakan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih sangat terbatas.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih sangat terbatas. Sentimen negatif terkait peningkatan produksi masih menjadi beban yang membuat harga sulit untuk terangkat.

Sempat terkoreksi 0,2% pada pagi hari tadi, harga CPO kontrak pengiriman Oktober masih stagnan di posisi MYR 2.101/ton pada perdagangan hari Rabu (7/8/2019) pukul 12:00 WIB.

Harga CPO masih mendapat tekanan dari penurunan harga minyak kedelai di pasar Chicago Board of Trade (CBOT) sebesar 1,1% pada perdagangan Selasa (6/8/2019).



Perlu diketahui bahwa minyak kedelai merupakan saingan sejati dari minyak sawit. Hampir seluruh fungsi minyak sawit dapat diganti oleh minyak kedelai.

Alhasil, pergerakan harga kedelai biasanya akan memberi pengaruh searah pada harga CPO.


Sementara, penutupan perdagangan kontrak berjangka (futures) kedelai Amerika Serikat( (AS) terjadi pada dini hari waktu Indonesia. Sementara perdagangan berjangka CPO di Malaysia dilakukan pada rentang waktu 09:30-17:00 WIB.

Dengan demikian, dampak dari sentimen pergerakan harga perdagangan kedelai memiliki jeda satu sesi perdagangan dengan CPO.

Penurunan harga kedelai banyak dipengaruhi oleh risiko eskalasi perang dagang AS-China.

Pada hari Selasa (6/8/2019) Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Negeri Panda telah menghentikan pembelian produk pertanian asal AS.

Hal itu berdampak sangat buruk pada pasar kedelai global. Pasalnya, China merupakan pembeli terbesar kedelai asal AS. Stok akan menggunung karena kehilangan pembeli terbesar dan membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) terganggu.


Untuk jangka pendek harga CPO masih mendapat sentimen negatif dari siklus perkebunan sawit yang telah masuk masa rehat.

Hal itu disampaikan oleh analis sawit dan Direktur Godrej International Limited, Dorab Mistry dalam sebuah konferensi pekan lalu, dikutip dari Reuters. Dirinya juga memperkirakan harga CPO masih bisa naik ke level MYR 2.200/ton.

Namun secara jangka panjang harga CPO tampaknya masih akan berada dalam tren penurunan.

Peningkatan produksi menjadi faktor utama yang memberi tekanan pada harga CPO.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, setidaknya sejak tahun 2000.

Data terakhir yang dipublikasikan BPS, total luas lahan sawit Indonesia telah mencapai 12,2 juta hektare pada tahun 2017. Sementara pada tahun 2000 hanya seluas 4,1 juta hektare.

Artinya secara rata-rata, luas lahan sawit bertambah sebesar 452 ribu hektar setiap tahun pada periode 2000-2017. Paling pesat adalah tahun 2017, di mana luas lahan sawit bertambah 1,09 juta hektare.

Dalam 10 tahun dari 2007 hingga 2017 luas lahan perkembunan sawit bertambah seluas 5,4 juta hektar. Artinya pertambahan luar lahan ini juga yang membuat produksi CPO Indonesia terus bertambah.



Meski demikian, produksi minyak sawit Indonesia tahun 2019 diprediksi akan sebesar 45 juta ton, yang mana sedikit lebih kecil dibanding tahun 2018 yang sebesar 47 juta ton.

Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia menjadi negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, disusul oleh Malaysia dengan produksi 19,5 juta ton pada tahun 2018.

Dorab Mistry memprediksi produksi minyak sawit Malaysia sebesar 20,3 juta ton, naik 800 ribu ton dari tahun sebelumnya.

Pelaku industri CPO nasional melihat faktor perang dagang dan penolakan Uni Eropa (UE) terhadap minyak sawit Indonesia jadi faktor pemberat penurunan harga CPO.

Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Santosa bahkan sempat menyatakan tahun ini merupakan periode terburuk dalam 10 tahun terakhir.

Santosa menyebutkan, harga komoditas sawit mentah rentan bergejolak. Hal itu memang menjadi faktor krusial yang tidak bisa dikendalikan oleh satu perusahaan saja. Perang dagang AS-China serta dampak kampanye negatif sawit di UE sudah berlangsung lama

"Semua di dunia sekarang perang dagang, Indonesia produk unggulan-nya kelapa sawit. Industri ini berpengaruh terhadap tenaga kerja dan ekonomi di tingkat akar rumput. Ini dijadikan senjata negara lain untuk negosiasi dagang dengan Indonesia," kata Santosa saat wawancara khusus dengan CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2019).

Menurut Santosa, faktor utama yang menyebabkan harga CPO anjlok dan produsen mengalami tekanan sepanjang semester I-2019 karena disebabkan oleh mekanisme pasar yang menentukan terbentuknya harga berdasarkan supply and demand.

Saat ini stok minyak nabati dunia melimpah akibat produksi yang sangat tinggi. Sementara produksi CPO Indonesia terus meningkat dan saat ini sudah mencapai sekitar 45 juta ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/tas) Next Article Seperti Kurang Energi, Harga CPO Terus Melorot

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular