
Seperti Kurang Energi, Harga CPO Terus Melorot
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 March 2019 11:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) pada perdagangan hari Jumat (29/3/2019) masih berada di zona merah.
Hingga pukul 11:00 WIB, harga CPO kontrak acuan Juni di Bursa Derivatives Malaysia Exchange terkoreksi 0,61% ke posisi MYR 2.107/ton setelah juga amblas 0,75% pada perdagangan Kamis kemarin (26/3/2019).
Dalam sepekan, harga CPO terpangkas 2,77% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini sudah tercatat melemah 0,66%.
Pergerakan harga CPO mendapat tarikan ke bawah dari harga minyak kedelai. Pasalnya pada penutupan perdagangan Kamis (29/3/2019) yang jatuh pada dini hari tadi waktu Indonesia, harga minyak kedelai kontrak Mei di bursa Chicago amblas 0,66% ke posisi US$ 0,286/lb.
Sebagai informasi, minyak sawit dan minyak kedelai merupakan produk yang saling bersaing di pasar minyak nabati global. Fungsinya yang hampir bisa saling menggantikan satu sama lain membuat pelaku industri dapat memilih yang lebih ekonomis.
Alhasil pergerakan harga kedelai akan memberikan tarikan yang searah.
Disamping itu, kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan stok minyak sawit di Malaysia juga masih kuat membayangi.
Pada bulan Februari lalu, inventori minyak sawit di Malaysia secara mengejutkan naik sebesar 1,3% ke posisi 3,05 juta ton, berdasarkan laporan resmi Malaysian Palm Oil Board (MPOB).
Berdasarkan data historis, produksi sawit pada bulan Maret hampir selalu mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Ini terjadi lantaran ada faktor musiman pada tanaman sawit di daerah Asia Tenggara. Memang pada bulan Maret pula panen raya biasanya terjadi.
Bila pada bulan Maret produksi naik terlalu jauh, maka besar kemungkinan inventori akan makin menggunung. Apalagi apabila nilai ekspor, yang mencerminkan tingkat permintaan juga masih lesu.
Namun pada hari Rabu (20/3/2019, surveyor kargo Societe Generale de Surveillance (SGS), mengatakan bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1-20 Maret mencapai 925,4 ribu ton naik 0,8% dari periode yang sama bulan Februari yang sebesar 918 ribu ton.
Artinya masih ada harapan permintaan meningkat bulan ini. Terlebih, bulan Ramadhan yang akan jatuh sekitar awal bulan Mei akan membuat pelaku pasar membeli lebih bayak produk-produk minyak sawit sejak satu atau dua bulan sebelumnya.
Sebab, konsumsi minyak goreng pada bulan Ramadhan bisa memang cenderung lebih tinggi dibanding bulan lainnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/gus) Next Article Sempat Rebound, Pelemahan CPO Berpotensi Berlanjut
Hingga pukul 11:00 WIB, harga CPO kontrak acuan Juni di Bursa Derivatives Malaysia Exchange terkoreksi 0,61% ke posisi MYR 2.107/ton setelah juga amblas 0,75% pada perdagangan Kamis kemarin (26/3/2019).
Dalam sepekan, harga CPO terpangkas 2,77% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini sudah tercatat melemah 0,66%.
Pergerakan harga CPO mendapat tarikan ke bawah dari harga minyak kedelai. Pasalnya pada penutupan perdagangan Kamis (29/3/2019) yang jatuh pada dini hari tadi waktu Indonesia, harga minyak kedelai kontrak Mei di bursa Chicago amblas 0,66% ke posisi US$ 0,286/lb.
Sebagai informasi, minyak sawit dan minyak kedelai merupakan produk yang saling bersaing di pasar minyak nabati global. Fungsinya yang hampir bisa saling menggantikan satu sama lain membuat pelaku industri dapat memilih yang lebih ekonomis.
Alhasil pergerakan harga kedelai akan memberikan tarikan yang searah.
Disamping itu, kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan stok minyak sawit di Malaysia juga masih kuat membayangi.
Pada bulan Februari lalu, inventori minyak sawit di Malaysia secara mengejutkan naik sebesar 1,3% ke posisi 3,05 juta ton, berdasarkan laporan resmi Malaysian Palm Oil Board (MPOB).
Berdasarkan data historis, produksi sawit pada bulan Maret hampir selalu mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Ini terjadi lantaran ada faktor musiman pada tanaman sawit di daerah Asia Tenggara. Memang pada bulan Maret pula panen raya biasanya terjadi.
Bila pada bulan Maret produksi naik terlalu jauh, maka besar kemungkinan inventori akan makin menggunung. Apalagi apabila nilai ekspor, yang mencerminkan tingkat permintaan juga masih lesu.
Namun pada hari Rabu (20/3/2019, surveyor kargo Societe Generale de Surveillance (SGS), mengatakan bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1-20 Maret mencapai 925,4 ribu ton naik 0,8% dari periode yang sama bulan Februari yang sebesar 918 ribu ton.
Artinya masih ada harapan permintaan meningkat bulan ini. Terlebih, bulan Ramadhan yang akan jatuh sekitar awal bulan Mei akan membuat pelaku pasar membeli lebih bayak produk-produk minyak sawit sejak satu atau dua bulan sebelumnya.
Sebab, konsumsi minyak goreng pada bulan Ramadhan bisa memang cenderung lebih tinggi dibanding bulan lainnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/gus) Next Article Sempat Rebound, Pelemahan CPO Berpotensi Berlanjut
Most Popular