
Ekonomi RI 'Masuk Angin', Asing Ogah Sentuh Pasar Saham
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 August 2019 11:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing terus melego kepemilikannya atas saham-saham di bursa Tanah Air menyusul rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sepanjang kuartal II-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%. Padahal, pada 3 bulan kedua tahun ini ada gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) dan kehadiran bulan Ramadan yang diharapkan bisa mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia, sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sebagai informasi, lebih dari 50% perekonomian Indonesia disumbang oleh konsumsi rumah tangga.
Sebelum angka pertumbuhan ekonomi dirilis, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 316,3 miliar di pasar saham tanah air (pasar reguler). Kini, nilai jual bersih investor asing sudah membesar menjadi Rp 360 miliar.
Pada perdagangan sesi I pukul 11.44 WIB, net sell asing di pasar reguler mencapai Rp 397 miliar.
Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 114,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 110,1 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 57,4 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 30,6 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 23,3 miliar).
Aksi jual yang dilakukan investor asing ikut berkontribusi dalam mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk sebesar 1,54% ke level 6.242,26. Sebelum angka pertumbuhan ekonomi dirilis, koreksi yang dibukukan IHSG adalah sebesar 1,52% ke level 6.243,97.
Mengingat pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun ini ternyata melambat, maka target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah untuk tahun 2019 di level 5,3% tampak akan kiat sulit untuk tercapai.
Untuk diketahui, sekuritas-sekuritas besar berbendera asing kini sudah begitu skeptis dalam memandang perekonomian Indonesia. Beberapa sekuritas besar berbendera asing kini memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019.
Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs Group memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Kala perekonomian loyo, penjualan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tertekan. Merespons hal tersebut, aksi jual dengan intensitas yang besar terus dilakukan oleh investor asing di pasar saham tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke
Sepanjang kuartal II-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%. Padahal, pada 3 bulan kedua tahun ini ada gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) dan kehadiran bulan Ramadan yang diharapkan bisa mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia, sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
![]() |
Sebagai informasi, lebih dari 50% perekonomian Indonesia disumbang oleh konsumsi rumah tangga.
Sebelum angka pertumbuhan ekonomi dirilis, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 316,3 miliar di pasar saham tanah air (pasar reguler). Kini, nilai jual bersih investor asing sudah membesar menjadi Rp 360 miliar.
Pada perdagangan sesi I pukul 11.44 WIB, net sell asing di pasar reguler mencapai Rp 397 miliar.
Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 114,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 110,1 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 57,4 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 30,6 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 23,3 miliar).
Aksi jual yang dilakukan investor asing ikut berkontribusi dalam mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk sebesar 1,54% ke level 6.242,26. Sebelum angka pertumbuhan ekonomi dirilis, koreksi yang dibukukan IHSG adalah sebesar 1,52% ke level 6.243,97.
Mengingat pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun ini ternyata melambat, maka target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah untuk tahun 2019 di level 5,3% tampak akan kiat sulit untuk tercapai.
Untuk diketahui, sekuritas-sekuritas besar berbendera asing kini sudah begitu skeptis dalam memandang perekonomian Indonesia. Beberapa sekuritas besar berbendera asing kini memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019.
Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs Group memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Kala perekonomian loyo, penjualan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tertekan. Merespons hal tersebut, aksi jual dengan intensitas yang besar terus dilakukan oleh investor asing di pasar saham tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular