
The Fed Tak Dovish, Pasar Obligasi RI Ikut Babak Belur
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 August 2019 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi harga obligasi rupiah pemerintah berlanjut bahkan membesar setelah suku bunga acuan AS yaitu Fed Fund Rate hanya turun 25 basis poin (bps).
Meskipun pasar terkoreksi, investor asing masih memburu SBN rupiah yang terlihat dari kenaikan nilai kepemilikannya di pasar. Besarnya koreksi terkait dengan nada galak (hawkish) Gubernur The Fed Jerome Powell semalam.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 9 basis poin (bps) menjadi 7,72%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Koreksi hari ini membesar dibanding koreksi yang terjadi 3 hari bursa ke belakang, di mana rerata kenaikan yield tidak lebih dari 5 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 1 Aug'19
Sumber: Refinitiv
Meskipun pasar terkoreksi, investor asing masih memburu SBN rupiah, tercermin dari data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan yang investor asing menggenggam Rp 1.014,66 triliun SBN, atau 39,32% dari total beredar Rp 2.580 triliun berdasarkan data per 29 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 121,41 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Nilai kepemilikan itu sedikit di bawah angka rekor tertinggi Rp 1.014,86 triliun pada 28 Juli.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Meskipun pasar terkoreksi, investor asing masih memburu SBN rupiah yang terlihat dari kenaikan nilai kepemilikannya di pasar. Besarnya koreksi terkait dengan nada galak (hawkish) Gubernur The Fed Jerome Powell semalam.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Koreksi hari ini membesar dibanding koreksi yang terjadi 3 hari bursa ke belakang, di mana rerata kenaikan yield tidak lebih dari 5 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 1 Aug'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 31 Jul'19 (%) | Yield 1 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 31 Jul'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.814 | 6.895 | 8.10 | 6.772 |
FR0078 | 10 tahun | 7.378 | 7.438 | 6.00 | 7.354 |
FR0068 | 15 tahun | 7.63 | 7.72 | 9.00 | 7.6557 |
FR0079 | 20 tahun | 7.862 | 7.916 | 5.40 | 7.8426 |
Avg movement | 7.13 |
Meskipun pasar terkoreksi, investor asing masih memburu SBN rupiah, tercermin dari data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan yang investor asing menggenggam Rp 1.014,66 triliun SBN, atau 39,32% dari total beredar Rp 2.580 triliun berdasarkan data per 29 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 121,41 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Nilai kepemilikan itu sedikit di bawah angka rekor tertinggi Rp 1.014,86 triliun pada 28 Juli.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular