Newsletter

The Fed Pangkas Suku Bunga, So What?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
01 August 2019 07:05
The Fed Pangkas Suku Bunga, So What?
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada hari Rabu (31/07/2019) kemarin rata-rata mengalami penguatan. Pasar saham menguat, rupiah menguat, dan pasar obligasi pemerintah rata-rata mengalami koreksi tipis saja.

Setelah cukup lama terperangkap di zona merah, IHSG kemarin akhirnya ditutup positif dengan penguatan sebesar 0,21% pada level 6.390,5. Pergerakan IHSG berlawanan dengan bursa utama kawasan Asia yang terdepresiasi, seperti: Nikkei 225 negatif 0,87%, Hang Seng anjlok 1,31%, Shanghai Composite minus 0,67%, Kospi turun 0,69%, dan Strait Times terpangkas 1,49%.

Bursa kawasan Asia terombang-ambing karena cuitan Presiden Trump yang memojokkan China karena belum menambah pembelian produk pertanian asal Amerika Serikat (AS).

"Performa perekonomian China sangatlah buruk, terburuk dalam 27 tahun. Seharusnya, China sudah mulai membeli produk agrikultur dari AS - belum ada tanda-tanda bahwa mereka melakukannya. Itulah masalah dengan China, mereka tidak menepati janjinya," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump, Selasa (30/7/2019).

Kabar baiknya, China akan meningkatkan pembelian produk AS setelah pembicaraan perdagangan AS-China berakhir di Shanghai kemarin. Stephanie Grisham selaku juru bicara Gedung Putih mengatakan pembicaraan dengan China "konstruktif" dan akan berlanjut di Washington pada awal September.

Sementara rupiah selamat dari terkaman dolar Amerika Serikat (AS) setelah sempat tertekan sepanjang hari. Rupiah di pasar spot akhirnya ditutup menguat 0,02% ke level Rp 14.012/$AS.

Penguatan rupiah didorong sentimen penurunan suku bunga Bank Sentral AS (Federal Reserves). Pada pukul 01:00 dini hari tadi, rapat komite pengambil kebijakan The Fed, Federal Open Market Committee (FOMC), Jerome 'Jay' Powell selaku pemimpin rapat mengumumkan pemangkasan suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 2%-2,25%, menjadikan suku bunga acuan turun untuk kali pertama sejak Desember 2008.

Tidak hanya faktor dari global, dari dalam negeri upaya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang memangkas suku bunga acuannya menjadi penstimulasi tersendiri bagi pasar keuangan di Indonesia. Pada pukul 11:00 WIB di Jakarta, LPS menurunkan bunga penjaminan bank umum 25 bps menjadi 6,75%, sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga turun 25 bps menjadi 9,25%.

Adapun bunga penjaminan dalam valuta asing (valas) tetap dipertahankan di level 2,25% untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik, mengingat transaksi berjalan (current account) yang masih defisit.


Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) sebagian besar masih mengalami kenaikan yield namun tipis saja. Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun akibat dilepas para pelaku pasar. Ada empat seri yang biasanya menjadi acuan para pelaku pasar, yakni: FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 6,5 basis poin (bps) menjadi 7,37%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Berikut data perkembangan obligasi pemerintah:
SeriJatuh tempoYield 31 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
FR00775 tahun6,8150
FR007810 tahun7,3786.5
FR006815 tahun7,6301,1
FR007920 tahun7,8620,6
Avg movement2.95
Sumber: Refinitiv

NEXT >>>
Dari Wall Street, tiga indeks utama AS tersebut pagi tadi memerah setelah The Fed mengurangi prospek suku bunga lanjutan. Indeks S&P 500 terpangkas 1,09%, sedangkan Nasdaq Composite rontok 1,19%, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) amblas dengan angka unik 1,23%.

Meskipun aksi jual di bursa AS cukup masif, ketiga indeks utama tersebut masih membukukan kenaikan secara bulanan berturut-turut, bahkan S&P 500 dan Nasdaq sempat mencapai rekor tertinggi baru (all time high).

Berbicara dalam konferensi pers pagi tadi, Powell mengatakan langkah the Fed hari ini bukanlah awal dari siklus pemotongan suku bunga yang panjang. Investor memang mengharapkan adanya penurunan suku bunga sebanyak 25 basis poin sebagai jaminan keamanan “asuransi” terhadap tanda-tanda perlambatan ekonomi yang membayangi di tengah perang perdagangan AS-China yang berkepanjangan.

Selain itu, bursa Wall Street terdampak karena AS dan China mengakhiri meja perundingan pada putaran terakhir di Shanghai tanpa kesepakatan. Namun, kedua belah pihak menyebut pembicaraan tersebut mengalami kemajuan "konstruktif."

Penggerak Wall Street lainnya berasal dari laporan pendapatan emiten (earning season) emiten AS, sebanyak 296 perusahaan yang menjadi konstituen indeks S&P 500 telah melaporkan pendapatan kuartal keduanya, sebanyak 74,7% kinerjanya cukup mengejutkan dengan berada di atas ekspektasi data konsensus yang dihimpun Refinitiv. Pertumbuhan total untuk kuartal ini 1,3%, naik 0,3%.

Saham Humana Inc HUM.N naik 4,3% setelah pendapatan kuartal kedua perusahaan asuransi kesehatan tersebut mengalahkan ekspektasi para analis dan menaikkan perkiraan pendapatannya pada 2019.

Pembuat video game Electronic Arts Inc EA.O juga melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih baik dari perkiraan karena didorong oleh kesuksesan game "Apex Legends," yang membuat sahamnya naik 4,4%.

NEXT >>>
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu bursa-bursa Wall Street yang melemah dapat menjadi pengganjal pergerakan bursa-bursa utama Asia termasuk bursa dalam negeri.

Sentimen kedua adalah penguatan dolar AS yang sedang gahar-gaharnya berpotensi menahan penguatan rupiah. Pada pukul 05:59 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,48% pada level 98,51. Level tertinggi dolar AS dalam dua tahun terakhir.

Sentimen ketiga yaitu kenaikan harga minyak mentah (crude oil). Pada pukul 06:01 WIB, harga minyak jenis brent di pasar spot dunia yang menjadi acuan dalam negeri naik 0,65%. Sedangkan light sweet turun 0,24%. Kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut dipengaruhi potensi pemangkasan suku bunga oleh the Fed.

Berikut pergerakan minyak mentah jenis brent yang menjadi acuan Pemerintah:



Bagi rupiah, koreksi harga minyak menjadi sebuah berkah. Pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah. Beban di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan lebih ringan, sehingga rupiah punya fondasi kuat untuk terapresiasi.

Sentimen keempat yakni data inflasi yang akan dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Laju inflasi domestik pada Juli diramal masih 'jinak'. Perkembangan ini sangat mendukung bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juli secara bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,25%. Sementara inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) diperkirakan sebesar 3,25%. Sedangkan inflasi inti secara tahunan berada di 3,175%.

NEXT >>> Simak Agenda dan Data Berikut Ini. Berikut adalah peristiwa dan sejumlah rilis data yang akan terjadi hari ini:
  •          Rilis data inflasi dalam negeri oleh BPS (11:00 WIB).
  •          Rilis data PMI manufaktur Jerman periode Juli (14:55 WIB).
  •          Rilis data PMI Manufaktur Inggris periode Juli (15:30 WIB).
  •          BoE MPC Meeting minutes & vote cut (18:00 WIB).
  •          ISM Manufacturing PMI - Juli (21:00 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019 YoY)5,17%
Inflasi (Juni 2019 YoY)3,28%
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Juli 2019)5,75%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (1Q-2019)-2,6% PDB
Neraca pembayaran (1Q-2019)US$ 2,42 miliar
Cadangan devisa (Juni 2019)US$ 123,8 miliar
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular