
Newsletter
The Fed Pangkas Suku Bunga, So What?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
01 August 2019 07:05

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu bursa-bursa Wall Street yang melemah dapat menjadi pengganjal pergerakan bursa-bursa utama Asia termasuk bursa dalam negeri.
Sentimen kedua adalah penguatan dolar AS yang sedang gahar-gaharnya berpotensi menahan penguatan rupiah. Pada pukul 05:59 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,48% pada level 98,51. Level tertinggi dolar AS dalam dua tahun terakhir.
Sentimen ketiga yaitu kenaikan harga minyak mentah (crude oil). Pada pukul 06:01 WIB, harga minyak jenis brent di pasar spot dunia yang menjadi acuan dalam negeri naik 0,65%. Sedangkan light sweet turun 0,24%. Kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut dipengaruhi potensi pemangkasan suku bunga oleh the Fed.
Berikut pergerakan minyak mentah jenis brent yang menjadi acuan Pemerintah:
Bagi rupiah, koreksi harga minyak menjadi sebuah berkah. Pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah. Beban di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan lebih ringan, sehingga rupiah punya fondasi kuat untuk terapresiasi.
Sentimen keempat yakni data inflasi yang akan dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Laju inflasi domestik pada Juli diramal masih 'jinak'. Perkembangan ini sangat mendukung bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juli secara bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,25%. Sementara inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) diperkirakan sebesar 3,25%. Sedangkan inflasi inti secara tahunan berada di 3,175%.
NEXT >>> (yam/yam)
Sentimen kedua adalah penguatan dolar AS yang sedang gahar-gaharnya berpotensi menahan penguatan rupiah. Pada pukul 05:59 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,48% pada level 98,51. Level tertinggi dolar AS dalam dua tahun terakhir.
Sentimen ketiga yaitu kenaikan harga minyak mentah (crude oil). Pada pukul 06:01 WIB, harga minyak jenis brent di pasar spot dunia yang menjadi acuan dalam negeri naik 0,65%. Sedangkan light sweet turun 0,24%. Kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut dipengaruhi potensi pemangkasan suku bunga oleh the Fed.
Berikut pergerakan minyak mentah jenis brent yang menjadi acuan Pemerintah:
Bagi rupiah, koreksi harga minyak menjadi sebuah berkah. Pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah. Beban di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan lebih ringan, sehingga rupiah punya fondasi kuat untuk terapresiasi.
Sentimen keempat yakni data inflasi yang akan dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Laju inflasi domestik pada Juli diramal masih 'jinak'. Perkembangan ini sangat mendukung bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juli secara bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,25%. Sementara inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) diperkirakan sebesar 3,25%. Sedangkan inflasi inti secara tahunan berada di 3,175%.
NEXT >>> (yam/yam)
Next Page
Agenda Penting Hari ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular