Tak Cuma TBIG, Ini Deretan Investasi Infrastruktur Saratoga

tahir saleh, CNBC Indonesia
30 July 2019 15:13
Tak Cuma TBIG, Ini Deretan Investasi Infrastruktur Saratoga
Foto: Dari kiri ke kanan, Catharina Latjuba, Devin Wirawan, Michael Soeryadjaya, dan Lany Wong
Jakarta, CNBC Indonesia - Menyebut PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) kurang afdol jika tak menyinggung dari dua pendiri perusahaan Edwin Soeryadjaja dan Sandiaga Uno, dua pengusaha papan atas Indonesia.

Sandiaga memiliki 22,31% saham Saratoga per Maret 2019, sementara Edwin sebanyak 31,054%.

Pekan lalu, Saratoga merogoh dana hingga Rp 1,08 triliun untuk menambah kepemilikan saham perusahaan menara telekomunikasi yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Sebelumnya Saratoga melalui anak usahanya PT Wahana Anugerah Sejahtera sudah memiliki saham TBIG sebanyak 1,33 miliar saham atau secara persentase sebanyak 30,80% per Maret 2019.


Sandi Rahayu, Kepala Divisi Hukum dan Sekretaris Perusahaan Saratoga, mengatakan pembelian saham TBIG tak hanya dilakukan perusahaan tetapi juga anak usahanya, Wahana Anugerah.

Secara rinci, Saratoga membeli 23.821.704 saham TBIG dengan nilai Rp 95,29 miliar pada harga Rp 4.000/saham yang dilakukan pada 23 Juli 2019.

Sementara anak usaha SRTG, Wahana membeli saham TBIG sebanyak dua kali yakni pada 19 Juli sebanyak 149.747.238 saham dan pada 23 Juli sebanyak 95.286.817 saham pada harga sama yakni Rp 4.000/saham.

Dengan demikian total transaksi Wahana di saham TBIG yakni sebesar Rp 980,14 miliar dengan total saham sebanyak 245.034.055. Jika digabung dengan Saratoga, maka jumlah saham TBIG yang dibeli mencapai 268.855.759 saham atau senilai Rp 1,08 triliun.

"Perseroan dan anak usaha Wahana Anugerah Sejahtera telah membeli saham TBIG dengan tujuan investasi," kata Sandi Rahayu, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (26/7/2019).

Investasi Saratoga cukup terdiversifikasi dengan baik setidaknya di tiga sektor yakni sumber daya alam, konsumer, dan infrastruktur. TBIG adalah investasi perusahaan di sektor infrastruktur ini.

Berikut portofolio investasi Saratoga di lini infrastruktur:

LANJUT KE HALAMAN 2>>
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
TBIG adalah perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi bagi penempatan menara BTS (base transceiver station) oleh para operator telekomunikasi di Indonesia. Situs resmi TBIG mencatat, Saratoga Group dan PT Provident Capital Indonesia menjadi pemegang saham perusahaan.

Mengacu data pemegang saham pada 30 Juni 2019, Provident memegang 25,52% saham TBIG, sementara Wahana 29,44%, sisanya investor lainnya yakni sebanyak 45,04%.

Sebagai perbandingan, per Maret 2019, pemegang saham TBIG yakni:
- Wahana 30,80%
- Provident 26,70%
- Winato Kartono 0,63%
- Edwin Soeryadjaja 0,33%
- Hardi Wijaya Liong 0,32%
- Budianto Purwahjo 0,02%
- Herman Setya Budi 0,02%
- Helmy Yusman Santoso 0,01%
- Gusandi Sjamsudin 0,01%
- Investor publik 41,16%

Saratoga pertama kali berinvestasi di TBIG pada 2004. Ketika perusahaan sukses berinvestasi di Adaro Energy pada 2001 (lini investasi sumber daya alam), perusahaan terus melihat sektor-sektor lain yang memiliki potensi pertumbuhan.

"Pada tahun 2004, para pendiri kami, bersama-sama dengan Provident Capital, mendapatkan kesempatan untuk berinvestasi di sebuah perusahaan menara telekomunikasi independen yang pada saat itu hanya memiliki tujuh menara di seluruh Indonesia," tulis manajemen Saratoga dalam situsnya.

"Pendiri kami melihat potensi pertumbuhan pada sektor ini sehingga memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan menara telekomunikasi kecil tersebut.Saratoga berhasil mengembangkan perusahaan secara substansial, dan mengubah nama perusahaan menjadi Tower Bersama Infrastructure Group."


Per Maret 2019, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp Rp 1,13 triliun, naik dari Maret 2018 yakni Rp 1,04 trilliun. Laba bersih tercatat sebesar Rp 218,06 miliar, turun dari sebelumnya Rp 233,61 miliar.

Pendapatan terbesar TBIG pada kuartal I-2019 yakni dari PT Telekomnikasi Selular (Telkomsel) Rp 502,67 ninar, berikutnya PT Indosat Tbk (ISAT) Rp 247,91 miliar dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 203,70 miliar.


Selain TBIG.....berikutnya NRC

LANJUT KE HALAMAN 3>>
PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA)
Perusahaan ini bergerak di bidang konstruksi dan jalan tol. Pertama kali Saratoga masuk di perusahaan ini pada 2006. Perusahaan ini tercatat di Bursa Effet Indonesia (BEI) dengan kode saham NRCA.

Pendirian perusahaan ini pada September 2975 ini adalah lanjutan dari PT National Roadbuilders & Construction Co yang didirikan oleh Benjamin Arman Suriajaya dan Marseno Wirjosaputro pada 25 November 1968. 

Data laporan keuangan Maret 2019, mencatat saham mayoritas NRCA dipegang oleh PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sebesar 64,76%, Saratoga Investama 7,12% atau 173.913.000 saham. Adapun investor publik memegang 18,29%.

Pendapatan perusahaan pada Maret 2019 turun menjadi Rp 584,96 miliar dari periode yang sama tahun 2018 yakni Rp 682,98 miliar. Laba bersih NRCA amblas menjadi Rp 29,35 miliar dari periode yang sama tahun 2018 yakni Rp 41,27 miliar.

Pendapatan terbesar dari jasa konstruksi sebesar Rp 583,41 miliar dan sisanya dari pendapatan hotel Rp 1,55 miliar. Tahun lalu tak ada pendapatan dari lini hotel ini.

Selain TBIG, Ini Deretan Investasi Infrastruktur SaratogaFoto: Ilustrasi pembangkit listrik/Reuters


Tenaga Listrik Gorontalo
Saratoga mulai investasi pada 2012. Tenaga Listrik Gorontalo mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas 2x12 MW (megawatt) untuk memasok listrik di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara.

Pembangkit Listrik Molotabu itu menerima sertifikat operasi komersial dari PLN pada 13 September 2014, melalui perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement).


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular