
Ini Alasan Garuda Kontrak 15 Tahun dengan Mahata
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
26 July 2019 20:25

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membeberkan alasannya membuat kontrak 15 tahun di awal dengan PT Mahata Aero Teknologi. Mahata menyediakan layanan WiFi di penerbangan Garuda Group secara cuma-cuma.
Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko, Fuad Rizal, mengatakan kerja sama seperti ini dilakukan karena pendapatan lain-lain (ancillary revenue) masih 5% atau lebih kecil dibanding maskapai lainnya yang sudah sebesar 10%-15%.
"Kenapa kita berkontrak seperti ini karena kita secara komposisi ancillary revenue dibandingkan dengan airlines lain itu masih sekitar 5%, sementara airlines asing bisa 10%-15%," kata Fuad dalam Konferensi Pers di Cengkareng, Jumat (26/7/2019).
Fuad menambahkan, sebelumnya layanan WiFi yang ada di Garuda berbayar dengan harga cukup mahal karena juga dipasok oleh Panasonic sehingga Garuda mengenakan biaya ke pelanggan. Pada saat ada tawaran bisnis model oleh Mahata, di mana Garuda tidak mengeluarkan investasi sama sekali, tentu pihak Garuda tertarik.
"Pada saat memang ada tawaran bisnis model di mana kita tidak mengeluarkan investasi sama sekali tetapi malah kita mendapatkan pembayaran, kita berpikir kenapa enggak? karena tujuannya meningkatkan ancillary revenue," tambah Fuad.
Garuda tetap akan terbuka dengan bisnis serupa di kemudian hari. Fuad mengatakan, saat ini pihaknya sedang mencari beberapa opsi serupa dengan bisnis model yang tidak sama supaya tidak terjadi salah persepsi lagi.
"Kita belum ada rencana, tapi tetap terbuka. Sementara, sekarang explore beberapa opsi bisnis model tidak harus sama supaya tidak slaah dipersepsikan lagi. Apapun bisnisnya yang penting berikan customer experience dan menambah pendapatan ancillary revenue," paparnya.
Fuad mengatakan sejauh ini, investor masih memiliki kepercayaan terhadap Garuda. Pasalnya, kasus ini hanya merupakan one off transaction. Kepercayaan investor itu tercermin dari pendapatan operasional kuartal I-2019 yang mencatatkan laba bersih sebesar US$ 20 juta.
"Hanya dengan pendapatan operasional kita bisa membukukan laba bersih US$ 20 juta di kuartal I. Ini menunjukkan strategi sudah tepat," ujarnya.
Hal ini menjadi penting menurut Fuad karena secara historikal pada masa low season merupakan fase berat karena libur Natal dan tahun baru sudah berakhir. Di akhir tahun Garuda optimistis bisa mencatat profit US$ 70 juta.
"Kuartal I biasanya sangat low season, tapi dengan strategi kita bisa bukukan pendapatan. Kita juga optimistis dengan permintaan tambahan. Kami yakin akhir tahun bisa profit US$ 70 juta." tutupnya.
(hoi/hoi) Next Article Naikkan Tarif Tiket, Garuda Raup Untung di Kuartal I-2019
Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko, Fuad Rizal, mengatakan kerja sama seperti ini dilakukan karena pendapatan lain-lain (ancillary revenue) masih 5% atau lebih kecil dibanding maskapai lainnya yang sudah sebesar 10%-15%.
"Kenapa kita berkontrak seperti ini karena kita secara komposisi ancillary revenue dibandingkan dengan airlines lain itu masih sekitar 5%, sementara airlines asing bisa 10%-15%," kata Fuad dalam Konferensi Pers di Cengkareng, Jumat (26/7/2019).
Fuad menambahkan, sebelumnya layanan WiFi yang ada di Garuda berbayar dengan harga cukup mahal karena juga dipasok oleh Panasonic sehingga Garuda mengenakan biaya ke pelanggan. Pada saat ada tawaran bisnis model oleh Mahata, di mana Garuda tidak mengeluarkan investasi sama sekali, tentu pihak Garuda tertarik.
"Pada saat memang ada tawaran bisnis model di mana kita tidak mengeluarkan investasi sama sekali tetapi malah kita mendapatkan pembayaran, kita berpikir kenapa enggak? karena tujuannya meningkatkan ancillary revenue," tambah Fuad.
Garuda tetap akan terbuka dengan bisnis serupa di kemudian hari. Fuad mengatakan, saat ini pihaknya sedang mencari beberapa opsi serupa dengan bisnis model yang tidak sama supaya tidak terjadi salah persepsi lagi.
"Kita belum ada rencana, tapi tetap terbuka. Sementara, sekarang explore beberapa opsi bisnis model tidak harus sama supaya tidak slaah dipersepsikan lagi. Apapun bisnisnya yang penting berikan customer experience dan menambah pendapatan ancillary revenue," paparnya.
Fuad mengatakan sejauh ini, investor masih memiliki kepercayaan terhadap Garuda. Pasalnya, kasus ini hanya merupakan one off transaction. Kepercayaan investor itu tercermin dari pendapatan operasional kuartal I-2019 yang mencatatkan laba bersih sebesar US$ 20 juta.
"Hanya dengan pendapatan operasional kita bisa membukukan laba bersih US$ 20 juta di kuartal I. Ini menunjukkan strategi sudah tepat," ujarnya.
Hal ini menjadi penting menurut Fuad karena secara historikal pada masa low season merupakan fase berat karena libur Natal dan tahun baru sudah berakhir. Di akhir tahun Garuda optimistis bisa mencatat profit US$ 70 juta.
"Kuartal I biasanya sangat low season, tapi dengan strategi kita bisa bukukan pendapatan. Kita juga optimistis dengan permintaan tambahan. Kami yakin akhir tahun bisa profit US$ 70 juta." tutupnya.
(hoi/hoi) Next Article Naikkan Tarif Tiket, Garuda Raup Untung di Kuartal I-2019
Most Popular