Bos BCA Bicara Soal Likuiditas Bank, NPL & Industri Tekstil
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
25 July 2019 10:34

Industri perbankan dinilai harus mulai berhati-hati dalam menyalurkan kredit menyusul adanya kasus gagal bayar utang obligasi yang terjadi pada produsen tekstil Indonesia PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT)(Group Duniatex).
Meski Jahja menyebut tidak semua perusahaan tekstil tengah kesulitan, ia mengaku memang industri tekstil sedang dalam kondisi yang tidak mudah.
Jahja memaparkan saat ini banyak pengusaha tekstil yang mendapatkan pesanan baru (new orders) dari Amerika Serikat (AS) sebagai substitusi karena tidak bisa impor dari China.
"Jalur itu rada susah. Jadi mereka mencari yang lain. Tapi khususnya bisnis spinning-nya karena ada harga yang turun terutama cotton (kapas) katanya turun terus," tutur Jahja.
Jahja menambahkan, ada beberapa industri yang tidak mungkin menurunkan harga saat harga kapas sedang tinggi. Maka, pengusaha akan membeli banyak kapas untuk inventory, namun ternyata harga kapas terus turun. Akibatnya, margin tergerus.
"Harga jual mesti ngikutin pasar. Cost-nya dia lebih mahal dari teman-teman yang tidak menyetok barang. Kalau seperti itu akan bermasalah," imbuhnya.
Menurut Jahja, kalau pengusaha bisa mengatur inventory-nya maka meski margin turun tapi volume akan terus tumbuh. Hal lainnya, Jahja menyebut kasus Duniatex ini spinning-nya bisa dilepas ke pasar dengan harga murah.
"Dikhawatirkan existing player terkena itu. Jadi tidak bisa kita vonis [industri] tekstil jelek. Ada yang bagus, ada yang jelek. Tergantung perusahaan mengelola risiko," paparnya.
Meski begitu, Jahja menyatakan tidak ada sektor kredit yang masuk daftar hitam (black list) Bank BCA. Meski pertambangan cukup rentan, dalam penyaluran kreditnya, BCA akan memberikan kredit dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
"Secara general tidak ada blacklist terhadap industri, tapi saat pengajuan kita akan sangat berhati-hati. Khususnya industri-industri tertentu yang ada potensi bermasalah," tambah Jahja.
(roy/roy)
Meski Jahja menyebut tidak semua perusahaan tekstil tengah kesulitan, ia mengaku memang industri tekstil sedang dalam kondisi yang tidak mudah.
Jahja memaparkan saat ini banyak pengusaha tekstil yang mendapatkan pesanan baru (new orders) dari Amerika Serikat (AS) sebagai substitusi karena tidak bisa impor dari China.
Jahja menambahkan, ada beberapa industri yang tidak mungkin menurunkan harga saat harga kapas sedang tinggi. Maka, pengusaha akan membeli banyak kapas untuk inventory, namun ternyata harga kapas terus turun. Akibatnya, margin tergerus.
"Harga jual mesti ngikutin pasar. Cost-nya dia lebih mahal dari teman-teman yang tidak menyetok barang. Kalau seperti itu akan bermasalah," imbuhnya.
Menurut Jahja, kalau pengusaha bisa mengatur inventory-nya maka meski margin turun tapi volume akan terus tumbuh. Hal lainnya, Jahja menyebut kasus Duniatex ini spinning-nya bisa dilepas ke pasar dengan harga murah.
"Dikhawatirkan existing player terkena itu. Jadi tidak bisa kita vonis [industri] tekstil jelek. Ada yang bagus, ada yang jelek. Tergantung perusahaan mengelola risiko," paparnya.
Meski begitu, Jahja menyatakan tidak ada sektor kredit yang masuk daftar hitam (black list) Bank BCA. Meski pertambangan cukup rentan, dalam penyaluran kreditnya, BCA akan memberikan kredit dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
"Secara general tidak ada blacklist terhadap industri, tapi saat pengajuan kita akan sangat berhati-hati. Khususnya industri-industri tertentu yang ada potensi bermasalah," tambah Jahja.
(roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular