
Akuisisi Direstui, BCA 'Sulap' Bank Royal Jadi Digital Bank
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
24 July 2019 18:33

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berencana menyulap PT Bank Royal Indonesia menjadi anak usaha di bidang digital banking. Bank Royal nantinya akan lebih banyak menyalurkan kredit ke usaha kecil menengah (UKM).
"Digital banking karena memang kelihatannya kita mau pelajari kalau bisa. Lebih kepada yang related kepada UKM atau supply chain. Itu yang mau kita coba," kata Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja dalam Paparan Hasil Kinerja Semester I 2019 Bank BCA, Rabu (24/7/2019).
Jahja menegaskan, nasabah Bank Royal nantinya akan berasal dari database milik Bank BCA. Pihaknya tidak mau memberi kredit kepada nasabah yang belum dikenal meski BCA menjadi pihak yang mencari nasabah sehingga tidak mengganggu kerahasiaan (secrecy) BCA sendiri. BCA juga tidak bisa serta merta memberi data nasabah ke Bank Royal.
"Tetapi kita tidak mau open si costumer yang tidak jelas. Database dari nasabah kita sendiri [BCA], kita lihat mana yang bagus. Kita tawarkan mau tidak kredit seperti itu," ungkap Jahja.
Sebelumnya Bank BCA sempat menyatakan tidak akan menjadikan Bank Royal menjadi anak usaha yang bergerak di digital banking. Sebab, BCA sendiri sudah mengembangkan sendiri digital banking.
Namun, Jahja menjabarkan digital banking Bank Royal akan berbeda dengan digital banking yang dimiliki Bank BCA saat ini. Jika digital banking BCA lebih banyak kepada sistem pembayaran untuk efisiensi processing, digital banking Bank Royal akan bermain di kredit digital.
"Digital BCA lebih kepada payment system-nya untuk efisiensi processing. Tapi kan kita belum main kredit di digital. Ini kan ada kredit. Kalau BCA kan masih seputar buka rekening," tutur Jahja.
Keberadaan kredit digital di Bank Royal dikatakan Jahja berbeda dengan layanan penyaluran kredit oleh perusahaan teknologi (fintech) peer-to-peer (P2P) lending. Pasalnya, fintech P2P Lending, kata Jahja, tidak memiliki data base, kalau pun ada entah dari mana asalnya.
"Mereka [fintech P2P Lending] tidak punya database kan? mereka berdasar informasi dari sosmed atau tidak tahu data dari mana. Dengan algoritma, mereka menawarkan dan untuk save guard itu bunganya tinggi sekali," jelas Jahja.
Meski demikian, Jahja menyebut rencana bisnis Bank Royal tersebut belum tentu disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Prosesnya hingga saat ini masih harus menunggu persetujuan OJK. Diharapkan dalam kuartal III bisa rampung.
"[transformasi sampai benar rampung Bank Royal] butuh waktu paling tidak setahun. Ini masih embrio." tandasnya.
(roy/roy) Next Article Perhatian! BCA Umumkan Akuisisi Bank Kecil di Juni
"Digital banking karena memang kelihatannya kita mau pelajari kalau bisa. Lebih kepada yang related kepada UKM atau supply chain. Itu yang mau kita coba," kata Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja dalam Paparan Hasil Kinerja Semester I 2019 Bank BCA, Rabu (24/7/2019).
Sebelumnya Bank BCA sempat menyatakan tidak akan menjadikan Bank Royal menjadi anak usaha yang bergerak di digital banking. Sebab, BCA sendiri sudah mengembangkan sendiri digital banking.
Namun, Jahja menjabarkan digital banking Bank Royal akan berbeda dengan digital banking yang dimiliki Bank BCA saat ini. Jika digital banking BCA lebih banyak kepada sistem pembayaran untuk efisiensi processing, digital banking Bank Royal akan bermain di kredit digital.
"Digital BCA lebih kepada payment system-nya untuk efisiensi processing. Tapi kan kita belum main kredit di digital. Ini kan ada kredit. Kalau BCA kan masih seputar buka rekening," tutur Jahja.
Keberadaan kredit digital di Bank Royal dikatakan Jahja berbeda dengan layanan penyaluran kredit oleh perusahaan teknologi (fintech) peer-to-peer (P2P) lending. Pasalnya, fintech P2P Lending, kata Jahja, tidak memiliki data base, kalau pun ada entah dari mana asalnya.
"Mereka [fintech P2P Lending] tidak punya database kan? mereka berdasar informasi dari sosmed atau tidak tahu data dari mana. Dengan algoritma, mereka menawarkan dan untuk save guard itu bunganya tinggi sekali," jelas Jahja.
Meski demikian, Jahja menyebut rencana bisnis Bank Royal tersebut belum tentu disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Prosesnya hingga saat ini masih harus menunggu persetujuan OJK. Diharapkan dalam kuartal III bisa rampung.
"[transformasi sampai benar rampung Bank Royal] butuh waktu paling tidak setahun. Ini masih embrio." tandasnya.
(roy/roy) Next Article Perhatian! BCA Umumkan Akuisisi Bank Kecil di Juni
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular