
Hat-Trick! IHSG Belum Pernah Menguat Pekan Ini, Sedih
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2019 17:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan Rabu ini (24/7/2019) dengan penguatan sebesar 0,15% ke level 6.413,32, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya sesaat merasakan manisnya zona hijau.
Hingga akhir perdagangan, IHSG cenderung ditransaksikan di zona merah. Per akhir sesi dua, IHSG melemah 0,29% ke level 6.384,99.
Koreksi IHSG pada hari ini menandai yang ketiga secara beruntun. Ini artinya, selama pekan ini IHSG belum pernah sama sekali finis di zona hijau.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,41%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,32%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2,26%), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (-13,04%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-2,04%).
IHSG harus pasrah ditransaksikan di zona merah kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,41%, indeks Shanghai melejit 0,8%, dan indeks Hang Seng naik 0,2%.
Damai dagang AS-China yang kian dekat sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.
Melansir CNBC International, beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa delegasi AS akan segera bertandang ke China guna mempercepat proses penandatanganan kesepakatan dagang. Menurut sumber tersebut, delegasi AS akan bertolak ke China di antara hari Jumat (26/7/2019) hingga Kamis (1/8/2019).
Kabar gembira ini datang pascakedua negara sebelumnya saling menunjukkan iktikat baik guna mendinginkan suasana.
Melansir Bloomberg, pada hari Senin (22/7/2019) waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan-perusahaan teknologi untuk membahas berbagai masalah perekonomian, termasuk kemungkinan dibukanya lagi perizinan bagi mereka untuk melakukan penjualan ke Huawei.
Google, Broadcom, Cisco, Intel, dan Qualcomm termasuk dalam deretan perusahaan yang pimpinannya hadir untuk menemui Presiden AS Donald Trump. Dari pertemuan ini, AS diketahui akan mengkaji kemungkinan untuk melonggarkan sanksi yang diberikan kepada Huawei.
"Mereka (para pimpinan perusahaan teknologi) meminta keputusan dari Kementerian Perdagangan terkait dengan lisensi (untuk menjual ke Huawei) dalam waktu dekat dan Presiden setuju," tegas Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere, dilansir dari Bloomberg.
Sementara itu, media milik pemerintah China menyebut bahwa pelonggaran atas sanksi yang dikenakan kepada Huawei akan membuat pihak China melanjutkan pembelian atas kedelai dan komoditas pertanian asal AS lainnya.
Seperti yang diketahui, usai berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Kala itu, Trump menyebut bahwa China setuju untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang besar. Namun pada pekan lalu, Trump mengatakan bahwa hingga kini China belum juga menepati janjinya tersebut.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya yang sudah berlangsung begitu lama, perekonomian dunia tentu bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi.
LANJUT KE HALAMAN 2>
Hingga akhir perdagangan, IHSG cenderung ditransaksikan di zona merah. Per akhir sesi dua, IHSG melemah 0,29% ke level 6.384,99.
Koreksi IHSG pada hari ini menandai yang ketiga secara beruntun. Ini artinya, selama pekan ini IHSG belum pernah sama sekali finis di zona hijau.
IHSG harus pasrah ditransaksikan di zona merah kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,41%, indeks Shanghai melejit 0,8%, dan indeks Hang Seng naik 0,2%.
Damai dagang AS-China yang kian dekat sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.
Melansir CNBC International, beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa delegasi AS akan segera bertandang ke China guna mempercepat proses penandatanganan kesepakatan dagang. Menurut sumber tersebut, delegasi AS akan bertolak ke China di antara hari Jumat (26/7/2019) hingga Kamis (1/8/2019).
Kabar gembira ini datang pascakedua negara sebelumnya saling menunjukkan iktikat baik guna mendinginkan suasana.
![]() |
Melansir Bloomberg, pada hari Senin (22/7/2019) waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan-perusahaan teknologi untuk membahas berbagai masalah perekonomian, termasuk kemungkinan dibukanya lagi perizinan bagi mereka untuk melakukan penjualan ke Huawei.
Google, Broadcom, Cisco, Intel, dan Qualcomm termasuk dalam deretan perusahaan yang pimpinannya hadir untuk menemui Presiden AS Donald Trump. Dari pertemuan ini, AS diketahui akan mengkaji kemungkinan untuk melonggarkan sanksi yang diberikan kepada Huawei.
"Mereka (para pimpinan perusahaan teknologi) meminta keputusan dari Kementerian Perdagangan terkait dengan lisensi (untuk menjual ke Huawei) dalam waktu dekat dan Presiden setuju," tegas Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere, dilansir dari Bloomberg.
Sementara itu, media milik pemerintah China menyebut bahwa pelonggaran atas sanksi yang dikenakan kepada Huawei akan membuat pihak China melanjutkan pembelian atas kedelai dan komoditas pertanian asal AS lainnya.
Seperti yang diketahui, usai berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Kala itu, Trump menyebut bahwa China setuju untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang besar. Namun pada pekan lalu, Trump mengatakan bahwa hingga kini China belum juga menepati janjinya tersebut.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya yang sudah berlangsung begitu lama, perekonomian dunia tentu bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi.
LANJUT KE HALAMAN 2>
Next Page
Rupiah Melemah Tiga Hari Beruntun
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular