Hat-Trick! IHSG Belum Pernah Menguat Pekan Ini, Sedih

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2019 17:08
Rupiah Melemah Tiga Hari Beruntun
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rupiah yang terus saja terdepresiasi membuat sentimen positif berupa kemesraan AS-China di bidang perdagangan menjadi tak bisa mengangkat kinerja bursa saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,07% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 13.990/dolar AS, menandai depresiasi selama tiga hari beruntun.

Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan bertindak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini masih menjadi faktor yang membuat rupiah babak belur.

Sejatinya, pada pekan lalu sempat membuncah optimisme yang begitu besar bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuannya bulan ini. Optimisme tersebut membuncah seiring dengan komentar yang dilontarkan John Williams selaku New York Federal Reserve President.


Williams mengatakan bahwa The Fed perlu untuk “bertindak cepat” di tengah pelemahan ekonomi yang saat ini tengah terjadi, dilansir dari CNBC International.

“Lebih baik untuk mengambil langkah pencegahan ketimbang menunggu datangnya bencana,” kata Williams.

Namun, pernyataan tersebut kemudian didinginkan oleh Federal Reserve Bank of New York yang menyebut bahwa pernyataan dari Williams tersebut bersifat akademis dan tidak mencerminkan arah kebijakan moneter dari bank sentral paling berpengaruh di dunia tersebut.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 24 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini hanya tersisa 21,4%. Padahal sebelumnya, merespons pernyataan dari Williams, probabilitasnya sempat melonjak menjadi ke atas 50%.


Kemudian, rilis data ekonomi dari Eropa yang mengecewakan ikut membuat dolar AS perkasa terhadap rupiah. Pada hari ini, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI Jerman periode Juli 2019 diumumkan di level 43,1, menandai kontraksi sektor manufaktur di Negeri Panser selama tujuh bulan beruntun.

Rilis data yang mengecewakan ini lantas membuat ekspektasi terkait pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh European Central Bank (ECB) membuncah. Hingga berita ini diturunkan, euro melemah 0,12% melawan dolar AS di pasar spot.

LANJUT KE HALAMAN 3> (ank/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular