Ekonomi Loyo & Ramai Profit Taking, Harga Obligasi RI Jatuh

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
23 July 2019 11:13
Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada awal perdagangan hari ini karena sentimen negatif dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang meleset serta aksi merealisasikan untung investor akibat reli panjang. 

Meskipun terkoreksi, pelaku pasar masih meyakini pasar obligasi masih memiliki ruang penguatan besar hingga akhir Juli dan bahkan akhir tahun ini karena suku bunga global dan domestik masih dimungkinkan serta arus dana modal asing yang masih masuk ke pasar surat utang negara (SUN). 

Koreksi juga bertepatan dengan momentum lelang rutin sukuk pemerintah yang akan digelar siang ini. Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 


Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 9,1 basis poin (bps) menjadi 6,64%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
 

Rio Ariansyah, Head of Investment PT Recapital Asset Management, menilai koreksi yang terjadi masih wajar karena penguatan harga sudah berlangsung cukup lama.  

"Penurunan suku bunga masih mendukung penurunan yield SUN ke depannya, jadi masih aman [kondisi pasar SUN]. Investor asing cukup masif masuk ke pasar SUN, tetapi sekarang kembali kepada kondisi internal dan makroekonomi harus juga mumpuni karena bisa berpengaruh pada fluktuasi rupiah dan SUN," ujarnya semalam (23/7/19).  

Dengan kondisi yang masih cukup kondusif bagi pasar keuangan global, Rio pun masih optimistis SUN seri acuan 10 tahun dan 20 tahun masih dapat menguat hingga akhir tahun dan menekan yield-nya hingga 6,5% dan 7%.

Yield Obligasi Negara Acuan 23 Jul'19  
SeriJatuh tempoYield 22 Jul'19 (%)Yield 23 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 23 Jul'19 (%)
FR00775 tahun6.5556.6469.106.5553
FR007810 tahun7.1787.2527.407.1976
FR006815 tahun7.4927.5435.107.4911
FR007920 tahun7.7047.7585.407.7121
Avg movement6.75
Sumber: Refinitiv  

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 519 bps, melebar dari posisi kemarin 513 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 2,05% dari posisi kemarin 2,04%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun dengan selisih tipis 3 bps, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 

Yield US Treasury Acuan 23 Jul'19
SeriBenchmarkYield 22 Jul'19 (%)Yield 23 Jul'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.0822.0883 bulan-5 tahun27.3
UST 20202 Tahun1.8141.8272 tahun-5 tahun1.2
UST 20213 Tahun1.7751.7913 tahun-5 tahun-2.4
UST 20235 Tahun1.7981.8153 bulan-10 tahun3.1
UST 202810 Tahun2.0432.0572 tahun-10 tahun-23
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.010 triliun SBN, atau 39,27% dari total beredar Rp 2.573 triliun berdasarkan data per 19 Juli.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 117,29 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,04% dan 0,18%. 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang 
NegaraYield 22 Jul'19 (%)Yield 23 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.3257.285-4.00
China3.1573.1741.70
Jerman-0.347-0.340.70
Perancis-0.082-0.080.20
Inggris 0.7080.7170.90
India6.3626.4185.60
Jepang-0.137-0.143-0.60
Malaysia3.6133.6160.30
Filipina4.8944.9061.20
Rusia7.297.31.00
Singapura1.9471.9571.00
Thailand1.9751.9851.00
Amerika Serikat2.0432.0571.40
Afrika Selatan7.998.034.00
Sumber: Refinitiv  


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular