
Spekulasi Suku Bunga AS dan Politik Inggris Tekan Harga SUN
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 July 2019 19:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi pada penutupan pasar sore ini di tengah lesunya pasar keuangan global yang masih H2C (harap-harap cemas) terhadap potensi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan mundurnya menteri di pemerintahan Inggris.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang justru terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan koreksi harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3,9 basis poin (bps) menjadi 7,17%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini, seorang menteri dari pemerintahan Theresa May yaitu Alan Duncan yang menjabat Minister of State for Europe and the Americas mengundurkan diri. Cabutnya Duncan melengkapi jajaran menteri May yang mundur sebelum perdana menteri Inggris yang baru yaitu Boris Johnson resmi menjabat.
Pelaku pasar khawatir terhadap mulusnya masa depan Brexit dan kondisi ekonomi dan politik Inggris ke depannya di bawah pemerintahan Johnson.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,59 poin (0,23%) menjadi 260,52 dari posisi akhir pekan lalu 261,11.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 513 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 509 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,04% dari posisi akhir pekan lalu 2,05%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi tenor 3 bulan-10 tahun kembali lagi, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.011 triliun SBN, atau 39,3% dari total beredar Rp 2.573 triliun berdasarkan data per 18 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 118,1 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya melemah 0,36% dan 0,07%.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang justru terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan koreksi harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3,9 basis poin (bps) menjadi 7,17%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini, seorang menteri dari pemerintahan Theresa May yaitu Alan Duncan yang menjabat Minister of State for Europe and the Americas mengundurkan diri. Cabutnya Duncan melengkapi jajaran menteri May yang mundur sebelum perdana menteri Inggris yang baru yaitu Boris Johnson resmi menjabat.
Pelaku pasar khawatir terhadap mulusnya masa depan Brexit dan kondisi ekonomi dan politik Inggris ke depannya di bawah pemerintahan Johnson.
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Jul'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 19 Jul'19 (%) | Yield 22 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 22 Jul'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.521 | 6.528 | 0.70 | 6.5553 |
FR0078 | 10 tahun | 7.14 | 7.179 | 3.90 | 7.1976 |
FR0068 | 15 tahun | 7.484 | 7.493 | 0.90 | 7.4911 |
FR0079 | 20 tahun | 7.681 | 7.697 | 1.60 | 7.7121 |
Avg movement | 1.77 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,59 poin (0,23%) menjadi 260,52 dari posisi akhir pekan lalu 261,11.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 513 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 509 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,04% dari posisi akhir pekan lalu 2,05%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi tenor 3 bulan-10 tahun kembali lagi, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 22 Jul'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 19 Jul'19 (%) | Yield 22 Jul'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.066 | 2.064 | 3 bulan-5 tahun | 25.4 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.816 | 1.821 | 2 tahun-5 tahun | 1.1 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.78 | 1.785 | 3 tahun-5 tahun | -2.5 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.806 | 1.81 | 3 bulan-10 tahun | 2.1 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.05 | 2.043 | 2 tahun-10 tahun | -22.2 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.011 triliun SBN, atau 39,3% dari total beredar Rp 2.573 triliun berdasarkan data per 18 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 118,1 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya melemah 0,36% dan 0,07%.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 19 Jul'19 (%) | Yield 22 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.28 | 7.325 | 4.50 |
China | 3.173 | 3.157 | -1.60 |
Jerman | -0.322 | -0.333 | -1.10 |
Perancis | -0.067 | -0.073 | -0.60 |
Inggris | 0.735 | 0.722 | -1.30 |
India | 6.386 | 6.429 | 4.30 |
Jepang | -0.134 | -0.135 | -0.10 |
Malaysia | 3.61 | 3.612 | 0.20 |
Filipina | 4.921 | 4.906 | -1.50 |
Rusia | 7.4 | 7.3 | -10.00 |
Singapura | 1.946 | 1.947 | 0.10 |
Thailand | 1.985 | 1.94 | -4.50 |
Amerika Serikat | 2.05 | 2.043 | -0.70 |
Afrika Selatan | 7.975 | 8.065 | 9.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular