Rupiahku Malang: Lawan Dolar AS Loyo, Lawan Mata Uang Asia KO

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 July 2019 13:05
Ini Penyebab Kelesuan Rupiah
Ilustrasi Money Changer (REUTERS/Johannes P. Christo)
Apa yang membuat rupiah begitu lemah hari ini? Sentimen pemberat rupiah adalah aksi ambil untung (profit taking).  

Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,49% dan menjadi yang terbaik di Asia. Dolar Singapura melemah 0,17%, ringgit Malaysia melemah 0,02%, yen Jepang menguat 0,18%, dan yuan China melemah 0,02%. 

Perkembangan ini membuat rupiah rentan mengalami koreksi teknikal. Sebab investor yang merasa penguatan rupiah sudah lumayan tinggi mulai mencairkan cuan. 


Selain itu, tampaknya dampak dari 'obat kuat' penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) mulai mereda. Pekan lalu, BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. 

Pelaku pasar memberi apresiasi karena BI sudah 'turun gelanggang' ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Gubernur Perry Warjiyo, pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam di bawah 5,2%  


Namun hari ini sentimen itu mendingin. Kini pasar mulai bersiap mengantisipasi rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) 31 Juli waktu setempat. Ini yang membuat dolar AS begitu perkasa di Asia. 

Hal lain yang memberatkan langkah rupiah adalah harga minyak dunia. Pada pukul 12:45 WIB, harga minyak brent dan light sweet melesat masing-masing 1,65% dan 1,1%. 

Ketegangan di Timur Tengah membuat harga minyak melambung. Seperti diwartakan oleh Reuters, Garda Revolusioner Iran menangkap kapal tanker berbendera Inggris di wilayah Teluk. Ini merupakan balasan atas langkah Inggris yang menahan kapal Iran di wilayah Gibraltar. Tidak hanya itu, pantauan Refinitiv menunjukkan kapal berbendera Liberia yang dioperasikan maskapai Inggris terpantau berubah arah menuju perairan Iran.  

Risiko gesekan di Timur Tengah bisa saja menyebabkan gangguan produksi dan distribusi minyak ke pasar global. Kala pasokan dari Timur Tengah terganggu, maka fundamental pasar minyak dunia akan terpengaruh karena kawasan ini merupakan produsen emas hitam terbesar di dunia. Jadi tidak heran setiap kali Timur Tengah memanas, maka harga minyak bakal bergerak ke utara. 

Kenaikan harga minyak merupakan sentimen negatif bagi rupiah. Sebab, Indonesia adalah negara net importir minyak yang harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.  

Saat harga minyak naik, tentu biaya impor komoditas ini menjadi mahal. Akibatnya, neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan semakin terbeban.


Pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret, sehingga fundamental rupiah menjadi rapuh. Rupiah pun rentan melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular