Rupiahku Malang: Lawan Dolar AS Loyo, Lawan Mata Uang Asia KO

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 July 2019 13:05
Rupiahku Malang: Lawan Dolar AS Loyo, Lawan Mata Uang Asia KO
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Malang betul nasib rupiah. Mata uang Tanah Air benar-benar tidak berdaya, baik di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) maupun satu lawan satu dengan mata uang utama Asia. 

Pada Senin (22/7/2019) pukul 13:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.962 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Sejak pembukaan pasar, rupiah memang sudah melemah. Namun seiring perjalanan, depresiasi rupiah semakin dalam. 

Hampir seluruh mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Akan tetapi, rupiah cukup 'istimewa' karena menjadi salah satu yang terlemah di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 13:02 WIB: 




Tidak cuma di hadapan dolar AS, rupiah juga tidak mampu berbicara banyak di hadapan mata uang Asia. Satu lawan satu dengan yen Jepang sampai peso Filipina, rupiah hanya bisa pasrah melemah. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap rupiah pada pukul 13:03 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Apa yang membuat rupiah begitu lemah hari ini? Sentimen pemberat rupiah adalah aksi ambil untung (profit taking).  

Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,49% dan menjadi yang terbaik di Asia. Dolar Singapura melemah 0,17%, ringgit Malaysia melemah 0,02%, yen Jepang menguat 0,18%, dan yuan China melemah 0,02%. 

Perkembangan ini membuat rupiah rentan mengalami koreksi teknikal. Sebab investor yang merasa penguatan rupiah sudah lumayan tinggi mulai mencairkan cuan. 


Selain itu, tampaknya dampak dari 'obat kuat' penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) mulai mereda. Pekan lalu, BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. 

Pelaku pasar memberi apresiasi karena BI sudah 'turun gelanggang' ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Gubernur Perry Warjiyo, pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam di bawah 5,2%  


Namun hari ini sentimen itu mendingin. Kini pasar mulai bersiap mengantisipasi rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) 31 Juli waktu setempat. Ini yang membuat dolar AS begitu perkasa di Asia. 

Hal lain yang memberatkan langkah rupiah adalah harga minyak dunia. Pada pukul 12:45 WIB, harga minyak brent dan light sweet melesat masing-masing 1,65% dan 1,1%. 

Ketegangan di Timur Tengah membuat harga minyak melambung. Seperti diwartakan oleh Reuters, Garda Revolusioner Iran menangkap kapal tanker berbendera Inggris di wilayah Teluk. Ini merupakan balasan atas langkah Inggris yang menahan kapal Iran di wilayah Gibraltar. Tidak hanya itu, pantauan Refinitiv menunjukkan kapal berbendera Liberia yang dioperasikan maskapai Inggris terpantau berubah arah menuju perairan Iran.  

Risiko gesekan di Timur Tengah bisa saja menyebabkan gangguan produksi dan distribusi minyak ke pasar global. Kala pasokan dari Timur Tengah terganggu, maka fundamental pasar minyak dunia akan terpengaruh karena kawasan ini merupakan produsen emas hitam terbesar di dunia. Jadi tidak heran setiap kali Timur Tengah memanas, maka harga minyak bakal bergerak ke utara. 

Kenaikan harga minyak merupakan sentimen negatif bagi rupiah. Sebab, Indonesia adalah negara net importir minyak yang harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.  

Saat harga minyak naik, tentu biaya impor komoditas ini menjadi mahal. Akibatnya, neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan semakin terbeban.


Pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret, sehingga fundamental rupiah menjadi rapuh. Rupiah pun rentan melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular