Suara Pasar Terpecah, Akankah BI Turunkan Bunga Acuan?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 July 2019 11:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan menurunkan suku bunga acuan bulan ini. Namun suara pelaku pasar tidak bulat, masih ada yang meramal Gubernur Perry Warjiyo dan rekan masih mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate.
BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juli selama dua hari mulai hari ini, Rabu (17/7/2019). Suku bunga acuan rencananya diumumkan pada Kamis pukul 14:00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Dari 14 institusi yang berparitisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%.
Helmi Arman, Ekonom Citi, menilai rilis data perdagangan kemarin memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan suku bunga acuan. Surplus perdagangan selama dua bulan beruntun membuat tekanan di transaksi berjalan (current account) sedikit mereda.
"Surplus neraca perdagangan, walau lebih rendah dari perkiraan, tetapi masih sesuai dengan ekspektasi. Kami memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate diturunkan 25 bps pada 18 Juli," sebut Helmi dalam risetnya.
Citi memperkirakan tekanan di transaksi berjalan ke depan tidak akan terlalu mengkhawatirkan. Pada kuartal III dan IV tahun ini, transaksi berjalan memang masih defisit tetapi mengarah ke bawah 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Permintaan dalam negeri masih lambat, sehingga kebutuhan impor tidak terlalu tinggi," ujarnya.
Faktor lain yang bisa mendorong BI untuk menurunkan suku bunga acuan adalah derasnya arus modal masuk di sektor keuangan. Meski sifatnya hanya dana-dana jangka pendek alias hot money, tetapi bisa menutup 'lubang' minimnya pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa.
"Arus modal portofolio begitu kuat dalam beberapa pekan terakhir, mencapai lebih dari US$ 4 miliar sejak Juni hingga pertengahan Juli. Ini bisa menaikkan batas toleransi BI terhadap defisit transaksi berjalan," tulis Helmi.
Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia, juga memperkirakan BI menurunkan suku bunga acuan 25 bps ke 5,75%. Menurutnya, sudah saatnya ekonomi Indonesia mendapatkan stimulus baru dan itu bisa berasal dari pelonggaran kebijakan moneter.
Juniman memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2019 tumbuh 5,1%. Nyaris sama dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,07%.
Padahal kuartal II adalah puncak konsumsi rumah tangga karena ada momentum Ramadan-Idul Fitri plus pelaksanaan Pemilu 2019. Namun ternyata ekonomi landai-landai saja, bukti bahwa dibutuhkan dorongan yang lebih kuat, yang bisa datang dari penurunan suku bunga acuan.
Selain itu, menurut Juniman, saat ini tren suku bunga global juga mengarah ke bawah. Terlihat dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserves/The Fed yang kemungkinan menurunkan suku bunga acuan setidaknya dua kali tahun ini.
"Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perlambatan global, serta ekspektasi penurunan suku bunga acuan di AS, kami memperkirakan sudah saatnya BI untuk menurunkan suku bunga acuan," tegasnya.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juli selama dua hari mulai hari ini, Rabu (17/7/2019). Suku bunga acuan rencananya diumumkan pada Kamis pukul 14:00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Dari 14 institusi yang berparitisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%.
Institusi | BI 7 Day Reverse Repo Rate (%) |
CIMB Niaga | 5.75 |
Bahana Sekuritas | 5.75 |
ING | 5.75 |
Citi | 5.75 |
BCA | 5.75 |
Danareksa Research Institute | 5.75 |
ANZ | 5.75 |
Maybank Indonesia | 5.75 |
Barclays | 5.75 |
Bank Permata | 5.75 |
Moody's Analytics | 6 |
Standard Chartered | 5.75 |
Bank Danamon | 5.75 |
Mirae Asset | 6 |
Helmi Arman, Ekonom Citi, menilai rilis data perdagangan kemarin memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan suku bunga acuan. Surplus perdagangan selama dua bulan beruntun membuat tekanan di transaksi berjalan (current account) sedikit mereda.
"Surplus neraca perdagangan, walau lebih rendah dari perkiraan, tetapi masih sesuai dengan ekspektasi. Kami memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate diturunkan 25 bps pada 18 Juli," sebut Helmi dalam risetnya.
Citi memperkirakan tekanan di transaksi berjalan ke depan tidak akan terlalu mengkhawatirkan. Pada kuartal III dan IV tahun ini, transaksi berjalan memang masih defisit tetapi mengarah ke bawah 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Permintaan dalam negeri masih lambat, sehingga kebutuhan impor tidak terlalu tinggi," ujarnya.
Faktor lain yang bisa mendorong BI untuk menurunkan suku bunga acuan adalah derasnya arus modal masuk di sektor keuangan. Meski sifatnya hanya dana-dana jangka pendek alias hot money, tetapi bisa menutup 'lubang' minimnya pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa.
"Arus modal portofolio begitu kuat dalam beberapa pekan terakhir, mencapai lebih dari US$ 4 miliar sejak Juni hingga pertengahan Juli. Ini bisa menaikkan batas toleransi BI terhadap defisit transaksi berjalan," tulis Helmi.
Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia, juga memperkirakan BI menurunkan suku bunga acuan 25 bps ke 5,75%. Menurutnya, sudah saatnya ekonomi Indonesia mendapatkan stimulus baru dan itu bisa berasal dari pelonggaran kebijakan moneter.
Juniman memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2019 tumbuh 5,1%. Nyaris sama dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,07%.
Padahal kuartal II adalah puncak konsumsi rumah tangga karena ada momentum Ramadan-Idul Fitri plus pelaksanaan Pemilu 2019. Namun ternyata ekonomi landai-landai saja, bukti bahwa dibutuhkan dorongan yang lebih kuat, yang bisa datang dari penurunan suku bunga acuan.
Selain itu, menurut Juniman, saat ini tren suku bunga global juga mengarah ke bawah. Terlihat dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserves/The Fed yang kemungkinan menurunkan suku bunga acuan setidaknya dua kali tahun ini.
"Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perlambatan global, serta ekspektasi penurunan suku bunga acuan di AS, kami memperkirakan sudah saatnya BI untuk menurunkan suku bunga acuan," tegasnya.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Masih Terlalu Awal?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular