
Surplus Neraca Dagang Rendah, IHSG Masih Aman-aman Saja
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 July 2019 11:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung aman setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juni 2019.
Sepanjang Juni lalu, BPS mencatat bahwa ekspor turun sebesar 8,98% secara tahunan (year-on-year/YoY), sedikit lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkoreksi sebesar 8,3% YoY.
Sementara itu, impor tercatat tumbuh 2,8% YoY, jauh lebih baik ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 5,26% YoY.
Dengan begitu, surplus neraca dagang pada bulan Juni tercatat senilai US$ 200 juta. Walaupun neraca dagang berhasil mencetak surplus selama 2 bulan beruntun, namun surplus pada bulan Juni berada di bawah ekspektasi yang senilai US$ 516 juta.
Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, IHSG ditransaksikan menguat 0,66% ke level 6.415,66. Kini, IHSG ditransaksikan menguat 0,7% ke level 6.417,72.
Walaupun surplus tercatat lebih rendah dari ekspektasi, pelaku pasar tampak mensyukuri surplus yang bisa dibukukan. Pasalnya dengan surplus yang ada, membuncah harapan bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) akan menjadi bisa ditekan.
Seiring dengan membuncahnya optimisme bahwa CAD akan menjadi bisa ditekan, rupiah mencetak apresiasi sebesar 0,6% di pasar spot ke level Rp 13.915/dolar AS. Apresiasi rupiah pada akhirnya membuat minat pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar saham tanah air tetap terjaga.
Jika berbicara mengenai rupiah, pos transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).
Hal ini berbeda dengan pos transaksi finansial (yang merupakan koponen pembentuk NPI lainnya) yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Top! Neraca Dagang Surplus Lagi, Laju IHSG Tak Terbendung
Sepanjang Juni lalu, BPS mencatat bahwa ekspor turun sebesar 8,98% secara tahunan (year-on-year/YoY), sedikit lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkoreksi sebesar 8,3% YoY.
Sementara itu, impor tercatat tumbuh 2,8% YoY, jauh lebih baik ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 5,26% YoY.
Dengan begitu, surplus neraca dagang pada bulan Juni tercatat senilai US$ 200 juta. Walaupun neraca dagang berhasil mencetak surplus selama 2 bulan beruntun, namun surplus pada bulan Juni berada di bawah ekspektasi yang senilai US$ 516 juta.
Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, IHSG ditransaksikan menguat 0,66% ke level 6.415,66. Kini, IHSG ditransaksikan menguat 0,7% ke level 6.417,72.
Walaupun surplus tercatat lebih rendah dari ekspektasi, pelaku pasar tampak mensyukuri surplus yang bisa dibukukan. Pasalnya dengan surplus yang ada, membuncah harapan bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) akan menjadi bisa ditekan.
Seiring dengan membuncahnya optimisme bahwa CAD akan menjadi bisa ditekan, rupiah mencetak apresiasi sebesar 0,6% di pasar spot ke level Rp 13.915/dolar AS. Apresiasi rupiah pada akhirnya membuat minat pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar saham tanah air tetap terjaga.
Jika berbicara mengenai rupiah, pos transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).
Hal ini berbeda dengan pos transaksi finansial (yang merupakan koponen pembentuk NPI lainnya) yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Top! Neraca Dagang Surplus Lagi, Laju IHSG Tak Terbendung
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular