Softex Mau Jual Saham, Ternyata Ada Jejak Sjamsul Nursalim

Market - tahir saleh, CNBC Indonesia
12 July 2019 13:22
Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kedatangan calon emiten baru, Softex. Foto: Pabrik Sidoarjo, Doc.Softex Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kedatangan calon emiten baru, bisa dibilang salah satu penawaran saham perdana terbesar barangkali tahun ini, yakni PT Softex Indonesia.

Pemberitaan sebelumnya menyebutkan bahwa perusahaan produsen produk sanitary dan pembalut wanita ini menargetkan dana hingga mencapai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,05 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$) dari aksi korporasi initial public offering (IPO) tersebut.

Manajemen BEI sudah mengungkapkan bahwa pihak Softex sudah bertemu dengan otoritas bursa dan menyampaikan minat untuk segera melantai di BEI melalui mekanisme (IPO. Hanya saja, belum detail informasi soal besaran dana, porsi saham perdana yang dijual ke publik, berikut dengan perusahaan efek penjamin emisi (underwriter).

Softex Mau Jual Saham, Hmm...Ada Jejak Sjamsul NursalimFoto: CNBC Indonesia TV

"Softex itu ketemu dengan salah satu direktur kami, Pak Laks [Laksono Widodo, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa] untuk menyampaikan niatnya. Sedang dalam proses, belum ada informasi berupa dokumen, baru secara lisan," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD N Yetna Setia, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (11/9/2019).

Namun, ketika dihubungi CNBC Indonesia, Laksono enggan untuk berkomentar lebih lanjut mengenai pertemuan tersebut. "Saya no comment, ya," tutur dia kepada reporter CNBC Indonesia.

Jika Softex merealisasikan niatnya untuk melantai di bursa tahun ini dan sesuai dengan target rencana awal, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan ini akan menjadi emiten jumbo pertama yang tercatat di BEI tahun ini.

Softex Indonesia saat ini disokong oleh perusahaan investasi global CVC Capital Partners. Mengutip dari situs resmi CVC, Softex disebutkan berdiri pada tahun 1941 dan fokus pada produksi dan penjualan produk perawatan pribadi berbasis kertas.

Softex juga dinilai memiliki warisan panjang di Indonesia, mengingat perusahaan mulai menjual pembalut wanita pada tahun 1976 di bawah merek Softex, dan meluncurkan merek popok bayi sendiri pada tahun 1994.

Di Indonesia, Softex mengklaim sebagai pemain ke-2 terbesar di pasar popok bayi dan popok dewasa secara keseluruhan, dan pemain ke-3 terbesar di dunia untuk pasar perawatan wanita. Softex didukung dengan 105 distributor yang mencakup lebih dari 20.000 outlet ritel modern dan lebih dari 100.000 outlet ritel tradisional di seluruh Indonesia.

Softex Mau Jual Saham, Hmm...Ada Jejak Sjamsul NursalimFoto: Screenshot Forbes

Nama Sjamsul
Satu informasi berkaitan dengan Softex ialah s
ejarah perusahaan juga ternyata berkaitan dengan taipan Sjamsul Nursalim, pendiri PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).

Robert Hornaday, dalam Cases in Strategic Management (1994), dikutip Tirto.id, menyebutkan, tahun 1976, Itjih Nursalim (istri dari Sjamsul Nursalim), mendirikan Softex, perusahaan produk kertas yang tumbuh menjadi penghasil jaringan dan pembalut wanita terbesar di Indonesia (halaman 242).

Nama asli Itjih adalah Go Giok Lian, sementara nama asli Sjamsul Nursalim ialah Liem Tjoen Ho.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelumnya menyatakan bahwa sudah menemukan aset yang terafiliasi ataupun dimiliki Sjamsul Nursalim yang terkait kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Dalam kasus ini, Sjamsul bersama istrinya, Itjih ditetapkan sebagai tersangka.


"Asset tracing sudah kami lakukan dan kami sudah mulai menemukan beberapa aset yang diduga milik dari tersangka, atau pun yang diduga terkait atau terafiliasi dengan tersangka atau perkara ini," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (12/6), dikutip CNN Indonesia.

Saat ditanya aset Sjamsul mana saja yang diduga terkait dengan kasus ini Febri belum mau menjawabnya. CNN Indonesia menyebutkan, 
Sjamsul masih memiliki aset dan bisnis yang berjalan di Indonesia, di antaranya Gajah Tunggal, lalu Softex Indonesia, PT Filamendo Sakti (produsen benang), dan PT Dipasena Citra Darmadja (tambak udang, sewa gudang).

Beberapa lainnya ialah 
Polychem Indonesia dan sejumlah usaha ritel yang menaungi beberapa merek ternama seperti Sogo, Zara, Sport Station, Starbucks, hingga Burger King.

Mengacu laporan keuangan audit 2018 Gajah Tunggal, memang tak ada nama Sjamsul di daftar kepemilikan langsung saham perusahaan. Per akhir Desember 2018, saham mayoritas GJTL dipegang oleh Denham Pte Ltd sebesar 49,5%, sementara sisanya Compagnie Financiere Michelin sebesar 10%, dan 40,50% sisanya milik investor publik.

Sebelumnya di laporan keuangan 2017, tercatat nama 
Toh David Ka Hock, Komisaris Independen Gajah Tunggal yang juga pada saat itu (2017) menjabat Komisaris Utama Softex Indonesia. Tahun 2018, jabatan Toh sudah digantikan oleh Lim Kee Hong.

Di luar jejak sejarah perusahaan ini, Softex kini disokong oleh CVC Capital. Selain masuk di Softex, CVC juga berinvestasi di empat emitan lain yakni PT Link Net Tbk (LINK), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Masih ada satu perusahaan yang juga diinvestasikan oleh CVC sejak 2010, tetapi dalam situs resmi CVC disebutkan mereka sudah keluar dari emiten ini, yakni perusahaan Grup Lippo lainnya, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mengingat kinerja yang turun di tahun lalu.

Awal masuknya CVC di Softex ialah ketika perusahaan investasi ini membeli saham minoritas yang signifikan di perusahaan Indonesia ini sejak tahun 2015, yang merupakan investasi keempat perusahaan swasta di Asia Tenggara bagi CVC pada saat itu.


Softex Mau Jual Saham, Hmm...Ada Jejak Sjamsul NursalimFoto: CVC/Carillion Communications

"Kami berharap dapat bermitra dengan CVC untuk mendukung tahap pertumbuhan kami selanjutnya. Keahlian industri dan sumber daya keuangan mereka akan memastikan kesuksesan kami yang berkelanjutan dalam membangun merek-merek rumah tangga dan membantu memperkuat posisi terdepan industri kami di Indonesia," kata Hendra Setiawan, CEO Softex Indonesia, dikutip dari siaran pers CVC, 23 Desember 2015.

Andy Purwohardono, Managing Director CVC Indonesia, ketika itu mengatakan posisi Softex Indonesia sudah menjadi pemain kunci di bisnis perawatan pribadi dengan rekam jejak yang menarik dan merek-merek terkemuka.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan Hendra dan timnya untuk meningkatkan bisnis ke level selanjutnya," kata Andy ketika itu, dalam rilis tersebut.

Saat ini, CVC adalah perusahaan investasi global yang tersebar di 24 kantor di AS, Eropa dan Asia, dengan salah satu basisnya di Luksemburg.

Perusahaan yang didirikan sejak 1981 ini punya asset under management (AUM) atau dana kelolaan saat ini mencapai US$ 75 miliar atau sekitar Rp 1.080 triliun, seperti terungkap dalam profil di situs perusahaan. Bahkan ada dana investasi yang dijanjikan mencapai US$ 123 miliar.

Deretan IPO bernilai jumbo.

[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!


(tas)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading