Simak Profil CVC Capital, Si Penyokong Softex & Portofolionya

Market - tahir saleh, CNBC Indonesia
11 July 2019 15:25
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan pihaknya sudah bertemu dengan manajemen calon emiten baru, PT Softex Indonesia. Foto: Pabrik Sidoarjo, Doc.Softex Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan pihaknya sudah bertemu dengan manajemen calon emiten baru, PT Softex Indonesia, yang menyampaikan minat untuk segera melantai di BEI melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Pemberitaan sebelumnya menyebutkan bahwa perusahaan produsen produk sanitary dan pembalut wanita ini menargetkan dana hingga mencapai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,05 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$) dari aksi korporasi tersebut.

"Softex itu ketemu dengan salah satu direktur kami, Pak Laks [Laksono Widodo, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa] untuk menyampaikan niatnya. Sedang dalam proses, belum ada informasi berupa dokumen, baru secara lisan," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD N Yetna Setia, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (11/9/2019).

Dengan besarnya potensi raihan dana IPO, besar kemungkinan jika jadi tercatat di BEI, maka Softex bisa menjadi salah satu emiten jumbo tahun ini.


Softex Indonesia kini disokong oleh perusahaan investasi global CVC Capital Partners.

Mengutip dari situs resmi CVC, Softex disebutkan berdiri pada tahun 1941 dan fokus pada produksi dan penjualan produk perawatan pribadi berbasis kertas.

Softex juga dinilai memiliki warisan panjang di Indonesia, mengingat perusahaan mulai menjual pembalut wanita pada tahun 1976 di bawah merek Softex, dan meluncurkan merek popok bayi sendiri pada tahun 1994.

Di Indonesia, Softex mengklaim sebagai pemain ke-2 terbesar di pasar popok bayi dan popok dewasa secara keseluruhan, dan pemain ke-3 terbesar di dunia untuk pasar perawatan wanita. Softex didukung dengan 105 distributor yang mencakup lebih dari 20.000 outlet ritel modern dan lebih dari 100.000 outlet ritel tradisional di seluruh Indonesia.


Sejarah perusahaan juga ternyata berkaitan dengan taipan Sjamsul Nursalim, pendiri PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).

Robert Hornaday, dalam Cases in Strategic Management (1994), dikutip Tirto, menyebutkan, tahun 1976, Itjih mendirikan Softex, perusahaan produk kertas yang tumbuh menjadi penghasil jaringan dan pembalut wanita terbesar di Indonesia (halaman 242).
 Yang disebut Itjih adalah 
Go Giok Lian, istri dari Sjamsul Nursalim (bernama asli Liem Tjoen Ho).

Awal masuknya CVC ialah ketika perusahaan investasi ini membeli saham minoritas yang signifikan di perusahaan Indonesia ini sejak tahun 2015, yang merupakan investasi keempat perusahaan swasta di Asia Tenggara bagi CVC pada saat itu.

"Kami berharap dapat bermitra dengan CVC untuk mendukung tahap pertumbuhan kami selanjutnya. Keahlian industri dan sumber daya keuangan mereka akan memastikan kesuksesan kami yang berkelanjutan dalam membangun merek-merek rumah tangga dan membantu memperkuat posisi terdepan industri kami di Indonesia," kata Hendra Setiawan, CEO Softex Indonesia, dikutip dari siaran pers CVC, 23 Desember 2015.

Andy Purwohardono, Managing Director CVC Indonesia, ketika itu mengatakan posisi Softex Indonesia sudah menjadi pemain kunci di bisnis perawatan pribadi dengan rekam jejak yang menarik dan merek-merek terkemuka.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan Hendra dan timnya untuk meningkatkan bisnis ke level selanjutnya," kata Andy ketika itu, dalam rilis tersebut.

Simak Profil CVC Capital, Si Penyokong Softex & PortofolionyaFoto: CVC/Carillion Communications

Saat ini, CVC adalah perusahaan investasi global yang tersebar di 24 kantor di AS, Eropa dan Asia, dengan salah satu basisnya di Luksemburg.

Perusahaan yang didirikan sejak 1981 ini punya asset under management (AUM) atau dana kelolaan saat ini mencapai US$ 75 miliar atau sekitar Rp 1.080 triliun, seperti terungkap dalam profil di situs perusahaan. Bahkan ada dana investasi yang dijanjikan mencapai US$ 123 miliar.

Lantas, selain Softex, ke mana saja dana investasi CVC mengalir di perusahaan Indonesia?

1. PT Link Net Tbk (LINK)
Link Net yang masuk bisnis Grup Lippo adalah operator TV kabel dan broadband tetap di Indonesia. Jaringannya melewati lebih dari 500.000 rumah di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali, yang memiliki populasi gabungan sekitar 37 juta. CVC memulai investasi sejak 2011.

Induk usaha televisi kabel First Media Television dan BIG TV ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 1,5 triliun untuk tahun ini.

2. PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA)
MAP Aktif adalah pengecer dan distributor khusus terbesar untuk produk-produk yang berhubungan dengan olahraga dan anak-anak di Indonesia dengan lebih dari 900 toko di seluruh Indonesia.

Aktif saat ini memasarkan dan mendistribusikan lebih dari 30 merek menengah ke atas termasuk merek alat perlengkapan seperti Nike, Adidas dan Reebok di bawah divisi olahraga, serta Hasbro, Bandai, dan Barbie di bawah divisi children. Perusahaan ini masuk jadi anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang mengelola gera-gerai fesyen premium di Indonesia.

3. PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD)
Didirikan pada tahun 1979, Garudafood adalah perusahaan yang fokus produk makanan konsumen bermerek di Indonesia yang terkenal dan memiliki warisan merek yang kuat. CVC masuk di perusahaan yang dikendalikan oleh pengusaha Indonesia, Sudhamek ini, sejak 2018.

Emiten ini juga baru memutuskan untuk membagikan dividen senilai Rp 125,45 miliar kepada para pemegang sahamnya. Ini merupakan pembagian dividen pertama yang dilakukan perusahaan pascamenjadi perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun lalu.

4. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)
Siloam International Hospitals adalah operator rumah sakit swasta milik Grup Lippo di Indonesia, cukup unggul baik dari segi ukuran dan kualitas layanan dan fasilitas medis. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1996 dan saat ini mengoperasikan 33 rumah sakit dengan total kapasitas gabungan lebih dari 6.800 tempat tidur, menurut catatan CVC. CVC masuk ke Siloam pada 2016.

Sepanjang kuartal I-2019, Siloam berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 1,71 triliun, naik 18% dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,45 triliun. Dengan pendapatan ini, laba bersih Siloam melonjak 575% menjadi Rp 3,33 triliun dari sebelumnya Rp 493 miliar.

Sebagai informasi, masih ada satu perusahaan yang juga diinvestasikan oleh CVC sejak 2010, tetapi dalam situs resmi CVC disebutkan mereka sudah keluar dari emiten ini, yakni perusahaan Grup Lippo lainnya, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mengingat kinerja yang turun di tahun lalu.


Menanti IPO jumbo di BEI.

[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Sah! Kimberly-Clark Tuntaskan Akuisisi Softex Rp 18 T


(hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading