Emiten Ritel Masih Oke, Tapi Hati-Hati Inflasi Naik

Monica Wareza, CNBC Indonesia
11 July 2019 18:17
Kalangan analis menilai sektor ritel di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih akan stabil di tahun ini.
Foto: Ilustrasi/CNBC/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis menilai sektor ritel di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih akan stabil di tahun ini yang didukung oleh konsumsi masyarakat yang masih stabil. Kondisi ini tak terlepas dari sejumlah kebijakan pemerintah untuk terus menjaga tingkat konsumsi masyarakat.

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny mengatakan kebijakan populis yang dijalankan pemerintah sejak akhir 2018 seperti penyaluran bantuan sosial dan menjaga nilai tarif BBM dan listrik di posisi saat ini cukup untuk menggenjot tingkat konsumsi.

"Sektor consumer dan ritel masih akan stabil sejalan dengan konsumsi domestik yang masih terjaga terlebih didukung berbagai kebijakan populis yang sudah dijalankan sejak akhir 2018," kata Victoria kepada CNBC Indonesia, Kamis (11/7/2019).



Kebijakan yang dimaksud antara lain penyaluran bantuan sosial dari pemerintah yang meningkat di APBN 2019, distribusi dana desa dan kebijakan penahanan kenaikan BBM, tarif daftar listrik (TDL), dan cukai rokok di tengah momentum Pemilu 2019.

Victoria menilai, konsumsi masyarakat saat ini justru masih memiliki potensi untuk mengerek naik konsumsi di kelas menengah ke bawah.

Disamping itu, saat ini sudah terjadi peralihan konsumsi masyarakat, dari sebelumnya porsi untuk pembelian kendaraan dan properti yang lebih besar, namun beralih ke small ticket seperti produk gaya hidup, pleasure (kesenangan)dan gadget. "Jadi ini bagus untuk emiten-emiten ritel sebenarnya," imbuh dia.

Namun demikian, emiten ritel bukan tanpa tantangan. Sektor ritel ini masih akan memperoleh sentimen negatif jika inflasi pada semester kedua tahun naik akibat potensi kenaikan harga BBM, TDL, bea cukai yang sudah ditahan oleh pemerintah sebelumnya.


Untuk itu, di sektor ini Victoria merekomendasikan sejumlah saham seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Ace Hardware Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

Sebelumnya emiten-emiten ritel terkena sentimen negatif dengan banyaknya penutupan gerai di Tanah Air.

Beberapa minggu lalu masyarakat dihebohkan dengan diskon besar-besaran pada enam jaringan ritel Giant Supermarket (Giant). Ternyata diskon diberikan karena PT Hero Supermarket Tbk (HERO), pengelola Giant, akan menghentikan operasi keenam toko tersebut per 28 Juli 2019. Sebelumnya, HERO juga telah menutup 26 gerai Giant per tahun 2018.

Tidak hanya HERO, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) juga menutup sejumlah gerainya.

MAPI bahkan menutup beberapa gerai brand department store ternama seperti Lotus Department Store, Debenhams, dan New Look.

Namun Ketua Umum Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Roy Mandey
 menegaskan industri ritel sebetulnya tidak mengalami masalah signifikan pada kondisi saat ini.

Menurutnya, industri ritel RI justru sedang bertumbuh, dengan pertumbuhan tahun ini ditargetkan bisa mencapai 10%. 

"Yang terjadi bila ada penutupan itu terjadi karena ada efisiensi," kata Roy kepada CNBC Indonesia, Senin (24/6/2019).

Ritel konvensional makin terjungkal.

[Gambas:Video CNBC]

(tas) Next Article Mitra Adiperkasa Tebar Dividen & Atur Strategi di Lebaran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular