The Fed "Khianati" Dolar, Rupiah Melesat Tajam Sepanjang Hari

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 July 2019 18:17
The Fed
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berhasil menguat cukup signifikan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (11/7/19), bahkan sepanjang perdagangan Mata Uang Garuda tidak sekalipun mencicipi zona merah.

Di akhir perdagangan, rupiah berhasil mencatat penguatan 0,46% di level Rp 14.060/US$, melansir data Refinitiv. Berkat performa tersebut rupiah menduduki posisi runner up mata uang terbaik di Asia, hanya kalah dari ringgit Malaysia.



Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan gap down yang cukup lebar. Gap down merupakan kondisi dimana harga penutupan hari sebelumnya lebih tinggi dibandingkan harga pembukaan hari ini.

Dalam kasus rupiah, pada perdagangan Rabu (10/7/19) kemarin mengakhiri perdagangan di level 14.125/US$ sementara pembukaan pasar hari ini di level 14.095/US$. Terjadinya gap down yang cukup lebar tersebut akibat dolar AS yang tertekan akibat spekulasi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga secara agresif tahun ini.

Hanya satu sentimen tersebut sudah cukup membuat rupiah mencapai level terkuat sejak 22 April melawan dolar AS.



Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:05 WIB:



Halaman Selanjutnya >>>
Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan paparan kebijakan moneter di hadapan Komite Perbankan Kongres AS pada Rabu kemarin, dan masih berlanjut pada hari ini.

Dalam paparan tersebut Powell mengatakan investasi sektor swasta di seluruh penjuru AS melemah, dan menegaskan The Fed siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS. Pelaku pasar menginterpretasikan kalimat “bertindak sesuai kebutuhan” sebagai pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.  

Sikap dovish Powell tersebut juga terkonfirmasi oleh rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed yang berlangsung 20 Juni lalu. Notula yang dirilis dini hari tadi pukul 1:00 WIB menunjukkan para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.

"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.


Pasca paparan dan rilis notula tersebut, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan agresif memangkas suku bunga acuannya, dolar AS tertekan dan rupiah berhasil menguat cukup siginifikan.

Tak Sentuh Zona Merah, Rupiah Grafik: Probabilitas Suku Bunga The Fed Bulan Desember
Sumber: CME Group
The Fed kini kembali diprediksi akan memangkas suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) sebanyak tiga kali di tahun ini. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pukul 16:00 WIB, terdapat probabilitas sebesar 37,7% FFR akan berada di kisaran 1,50%-1,75% di bulan Desember.

Probabilitas tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya, ini berarti pelaku pasar memprediksi akan ada pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali dari level saat ini 2,25%-2,50%, masing-masing sebesar 25 basis poin.

Akibat prediksi pemangkasan yang agresif tersebut, aset-aset berisiko dan memberikan imbal hasil tinggi kembali menjadi incaran pelaku pasar. Rupiah merupakan salah satu aset berimbal hasil tinggi, sehingga termasuk dalam daftar buruan yang membuatnya bisa berjaya pada hari ini.

Halaman Selanjutnya >>>
The Fed akan mengumumkan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia). Perangkat FedWatch menunjukkan ada probabilitas sebesar 67,2% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin menjadi 2,00%-2,25%, dan probabilitas sebesar 32,8% suku bunga dipangkas 50 basis poin menjadi 1,75%-2,00%.

Untuk FFR Suku bunga dipertahankan sebesar 2,25%-2,50% probabilitasnya 0% alias tidak ada, yang berarti pelaku pasar memprediksi Jerome Powell dkk pasti akan memangkas suku bunga.



Tak Sentuh Zona Merah, Rupiah Grafik: Probabilitas Suku Bunga The Fed Bulan Juli 
Sumber: CME Group
Pemangkasan suku bunga Fed bertujuan untuk mempertahankan ekspansi dan lebih memacu perekonomian AS. Beberapa bank sentral di berbagai belahan dunia bahkan sudah lebih dulu memangkas suku bunga. Bank Sentral Australia dalam dua bulan beruntun sudah menurunkan suku bunga masing-masing 25 basis poin ke rekor terendah sepanjang masa 1%.

Bank Sentral India juga memotong suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin di bulan Juni, Bank Sentral Malaysia lebih dulu lagi yakni di bulan Mei. Kebijakan bank sentral tersebut bertujuan untuk memacu perekonomian.

Lalu bagaimana dengan Bank Indonesia (BI)? Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan dilakukan pekan depan pada 17-18 Juli, suara-suara agar Perry Warjiyo dkk agar memangkas suku bunga sudah lama terdengar. Penurunan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate yang saat ini sebesar 6% diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Harapan akan adanya pemangkasan suku bunga BI yang nantinya dapat memacu perekonomian bisa jadi memberikan sentimen positif ke pasar yang menjadi salah satu penopang penguatan rupiah. The Fed yang akan memangkas FFR tentunya memberikan ruang lebih besar bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuannya.

Beranikah BI mendahului The Fed?  

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular