
Analisis
Terima Kasih The Fed, Saatnya Rupiah Balik ke Rp 14.000/US$!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 July 2019 12:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang hampir pasti memangkas suku bunga di tahun ini membuat dolar AS jeblok.
Gubernur The Fed Jerome Powell dalam paparannya di hadapan mengatakan bahwa investasi swasta di seluruh penjuru AS melemah. Powell menegaskan The Fed siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS.
Pelaku pasar menginterpretasikan kalimat "bertindak sesuai kebutuhan" sebagai pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
Paparan dari Powell tersebut juga dikonfirmasi oleh rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed yang berlangsung 20 Juni lalu. Notula yang dirilis dini hari tadi pukul 1:00 WIB menunjukkan para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan Federal Funds Rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," demikian tertulis dalam risalah rapat The Fed, sebagaimana dilansir dari CNBC International.
Pasca paparan dan rilis notula tersebut, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan agresif memangkas suku bunga acuannya, dolar AS tertekan dan rupiah berhasil menguat cukup siginifikan.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group siang ini, terlihat probabilitas sebesar 37,4% suku bunga The Fed berada di level 1,5%-1,75% Desember nanti. Ini merupakan catatan yang tertinggi dibandingkan probabilitas lain, yang berarti pelaku pasar memprediksi suku bunga akan dipangkas tiga kali masing-masing 25 basis poin tahun ini.
Pada pukul 12:05 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.065/US$, berdasarkan data dari investing.com
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah), indikator ini bisa menjadi kabar bagus bagi rupiah.
Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, tetapi histogramnya sudah mulai masuk ke wilayah positif, dan ada kemungkinan kembali ke negatif jika rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di bawah level Rp 14.100.
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh jual (overbought), yang bisa membatasi penguatan rupiah.
Mata Uang Garuda berhasil lepas dari area konsolidasi setelah menembus ke bawah Rp 14.082 sekaligus membuka peluang penguatan lebih lanjut. Support (tahanan bawah) kini berada di level Rp 14.040, jika mampu dilewati maka rupiah berpeluang menguat ke area 14.000.
Sebaliknya Rp 14.082 kini menjadi resisten terdekat, jika kembali menembus ke atas level tersebut rupiah kemungkinan memangkas penguatan menuju level Rp 14.115.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Gubernur The Fed Jerome Powell dalam paparannya di hadapan mengatakan bahwa investasi swasta di seluruh penjuru AS melemah. Powell menegaskan The Fed siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS.
Paparan dari Powell tersebut juga dikonfirmasi oleh rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed yang berlangsung 20 Juni lalu. Notula yang dirilis dini hari tadi pukul 1:00 WIB menunjukkan para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan Federal Funds Rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," demikian tertulis dalam risalah rapat The Fed, sebagaimana dilansir dari CNBC International.
Pasca paparan dan rilis notula tersebut, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan agresif memangkas suku bunga acuannya, dolar AS tertekan dan rupiah berhasil menguat cukup siginifikan.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group siang ini, terlihat probabilitas sebesar 37,4% suku bunga The Fed berada di level 1,5%-1,75% Desember nanti. Ini merupakan catatan yang tertinggi dibandingkan probabilitas lain, yang berarti pelaku pasar memprediksi suku bunga akan dipangkas tiga kali masing-masing 25 basis poin tahun ini.
Pada pukul 12:05 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.065/US$, berdasarkan data dari investing.com
Analisis Teknikal
![]() Foto: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah), indikator ini bisa menjadi kabar bagus bagi rupiah.
Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, tetapi histogramnya sudah mulai masuk ke wilayah positif, dan ada kemungkinan kembali ke negatif jika rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di bawah level Rp 14.100.
![]() Foto: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh jual (overbought), yang bisa membatasi penguatan rupiah.
Mata Uang Garuda berhasil lepas dari area konsolidasi setelah menembus ke bawah Rp 14.082 sekaligus membuka peluang penguatan lebih lanjut. Support (tahanan bawah) kini berada di level Rp 14.040, jika mampu dilewati maka rupiah berpeluang menguat ke area 14.000.
Sebaliknya Rp 14.082 kini menjadi resisten terdekat, jika kembali menembus ke atas level tersebut rupiah kemungkinan memangkas penguatan menuju level Rp 14.115.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular