
The Fed Kian Jelas, Harga SUN dan Obligasi Dunia Beringas
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 July 2019 11:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada perdagangan Kamis ini (11/7/2019), seiring dengan menguatnya hampir seluruh pasar surat utang negara lain di dunia setelah pidato Gubernur The Fed Jerome Powell semalam.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 9,2 basis poin (bps) menjadi 6,69%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Jul'19
Sumber: Refinitiv
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan harga dialami Brasil, China, India, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan dialami pasar bund di Jerman, OAT di Perancis, JGB di Jepang, dan US Treasury di AS.
Hal tersebut mencerminkan investor berekspektasi penurunan suku bunga AS hampir pasti akan terjadi pada Juli nanti, setelah Powell menyampaikan kondisi terkini dalam "Powell Testimony" semalam.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, dari posisi kemarin/akhir pekan lalu 527 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,04% dari posisi kemarin 2,0,6% setelah Pidato Powell.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.001 triliun SBN, atau 39,29% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 8 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 107,75 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 9,2 basis poin (bps) menjadi 6,69%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Jul'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 10 Jul'19 (%) | Yield 11 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 10 Jul'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.782 | 6.69 | -9.20 | 6.7491 |
FR0078 | 10 tahun | 7.333 | 7.262 | -7.10 | 7.3149 |
FR0068 | 15 tahun | 7.656 | 7.652 | -0.40 | 7.6363 |
FR0079 | 20 tahun | 7.814 | 7.801 | -1.30 | 7.7978 |
Avg movement | -4.50 |
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan harga dialami Brasil, China, India, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan dialami pasar bund di Jerman, OAT di Perancis, JGB di Jepang, dan US Treasury di AS.
Hal tersebut mencerminkan investor berekspektasi penurunan suku bunga AS hampir pasti akan terjadi pada Juli nanti, setelah Powell menyampaikan kondisi terkini dalam "Powell Testimony" semalam.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 10 Jul'19 (%) | Yield 11 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.3 | 7.22 | -8.00 |
China | 3.187 | 3.178 | -0.90 |
Jerman | -0.305 | -0.307 | -0.20 |
Perancis | -0.014 | -0.017 | -0.30 |
Inggris | 0.759 | 0.766 | 0.70 |
India | 6.542 | 6.517 | -2.50 |
Jepang | -0.124 | -0.139 | -1.50 |
Malaysia | 3.646 | 3.643 | -0.30 |
Filipina | 5.118 | 5.13 | 1.20 |
Rusia | 7.29 | 7.31 | 2.00 |
Singapura | 1.976 | 1.93 | -4.60 |
Thailand | 2.005 | 1.96 | -4.50 |
Amerika Serikat | 2.061 | 2.04 | -2.10 |
Afrika Selatan | 8.11 | 8.1 | -1.00 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, dari posisi kemarin/akhir pekan lalu 527 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,04% dari posisi kemarin 2,0,6% setelah Pidato Powell.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.001 triliun SBN, atau 39,29% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 8 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 107,75 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular