
Batas Kredit Bank Hampir Mentok, Begini Solusi dari Bos OJK
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
10 July 2019 11:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan untuk proyek yang pendanaannya sudah mendekati batas maksimum pemberian kredit (BMPK) bisa melakukan sekuritisasi proyek-proyek yang sudah jadi atau setengah jadi. Hal ini dilakukan agar bank tetap mendapatkan likuiditas untuk mendanai pembangunan proyeknya.
"Untuk perusahaan yang BMPK-nya sudah hampir maksimum, bisa kita carikan jalan keluar bagaimana dia melakukan sekuritisasi proyek-proyek yang sudah jadi atau setengah jadi, sehingga dia mendapatkan likuiditas untuk membangun proyeknya," kata Wimboh, Selasa (9/7/2019).
Diketahui BMPK untuk korporasi BUMN ditetapkan sebesar 30%. Beberapa waktu lalu, Wimboh mengingatkan BMPK bank-bank BUMN sudah terlalu tinggi. Ia menyarankan agar fund-fund raising dilakukan melalui sektor swasta.
Wimboh menambahkan, proyek-proyek yang jadi atau setengah jadi itu bisa menjadi opsi dengan dijual supaya mendapatkan cash flow. Bisa juga dengan cara disekuritisasi pendapatan dari proyek-proyek itu ke depan supaya mendapatkan cash flow, sehingga pembangunan bisa jalan terus.
"Dengan sekuritisasi akhirnya proyek baru bisa jalan karena kalau kita meminta pinjaman kepada bank tentunya bisa sudah terlalu besar karena sudah melanggar BMPK," papar Wimboh.
Selain itu, bisa juga dengan melakukan right issue atau mengeluarkan subdate bila memungkinkan. Wimboh mengimbau para pengelola infrastruktur terutama BUMN maupun swasta untuk tidak khawatir jika BMPK-nya sudah mentok atau mengalami kesulitan likuiditas.
"Bisa kita sekuritisasi melalui pasar modal. Itu adalah jalan keluar yang harus kita lakukan dan ini bukanlah hal yang baru," ujarnya.
Namun demikian, Wimboh menegaskan bukan berarti semua BMPK sudah mendekati maksimum. Ini merupakan peringatan dalam kasus proyek-proyek yang belum selesai, namun BMPK-nya sudah mau mencapai maksimum.
"Silakan kita cari jalan keluar bagaimana mendapatkan likuiditas melalui pasar modal terutama," imbuhnya.
Dengan begitu, lanjut Wimboh, perbankan juga tidak kehabisan objek untuk dibiayai. Bahkan, jumlahnya bisa cukup besar. OJK sendiri mengaku mengantongi peta detail proyek yang masih bisa dibiayai, misalnya kawasan Borobudur, Kulon Progo sudah hampir jadi. Antara Borobudur-Kulonprogo itu, lanjut Wimboh, akan berkembang pesat.
"Ini LRT (light rail transit) Jakarta-Cibubur atau Cibubur-Bogor ini ke depan, sekarang ini pengembangan perumahan real estate ini radius 10 km dari titik stasion LRT ini sudah mulai dibangun. Dan juga jalan tol yang dibangun Jogja-Solo, Jogja-Bawen ini semua akan menimbulkan objek-objek pembiayaan yang luar biasa, bahkan jalan tol yang sudah jadi Semarang-Surabaya, Semarang-Jakarta, ini akan menimbulkan efek multiplier yang besar sekali," papar dia.
Bahkan di sektor pariwisata sudah dibentuk kawasan ekonomi. Ini bisa menunjukkan spot-spot mana yang bisa dibiayai oleh sektor perbankan.
"Justru ini nanti akan pembiayaannya akan commercial yang mungkin menengah, nggak terlalu besar tapi jumlahnya banyak, jadi spreading-nya akan lebih bagus, dan ini juga bisa menimbulkan multiplayer kepada munculnya SMI-SMI di daerah-daerah," katanya.
Ia meyakinkan dengan begitu pertumbuhan kredit masih akan terjadi. "Perbankan-nya kita buka kesempatan dengan pembangunan proyek-proyek multiplayer dari infrastruktur yang sudah kita bangun. Jadi, jangan khawatir bahwa kredit tidak akan tumbuh. Kami yakin masih akan
tumbuh." tutupnya.
Simak video tentang BMPK di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Februari 2019, Kredit Perbankan Sudah Tumbuh 12,3%
"Untuk perusahaan yang BMPK-nya sudah hampir maksimum, bisa kita carikan jalan keluar bagaimana dia melakukan sekuritisasi proyek-proyek yang sudah jadi atau setengah jadi, sehingga dia mendapatkan likuiditas untuk membangun proyeknya," kata Wimboh, Selasa (9/7/2019).
Diketahui BMPK untuk korporasi BUMN ditetapkan sebesar 30%. Beberapa waktu lalu, Wimboh mengingatkan BMPK bank-bank BUMN sudah terlalu tinggi. Ia menyarankan agar fund-fund raising dilakukan melalui sektor swasta.
"Dengan sekuritisasi akhirnya proyek baru bisa jalan karena kalau kita meminta pinjaman kepada bank tentunya bisa sudah terlalu besar karena sudah melanggar BMPK," papar Wimboh.
Selain itu, bisa juga dengan melakukan right issue atau mengeluarkan subdate bila memungkinkan. Wimboh mengimbau para pengelola infrastruktur terutama BUMN maupun swasta untuk tidak khawatir jika BMPK-nya sudah mentok atau mengalami kesulitan likuiditas.
"Bisa kita sekuritisasi melalui pasar modal. Itu adalah jalan keluar yang harus kita lakukan dan ini bukanlah hal yang baru," ujarnya.
Namun demikian, Wimboh menegaskan bukan berarti semua BMPK sudah mendekati maksimum. Ini merupakan peringatan dalam kasus proyek-proyek yang belum selesai, namun BMPK-nya sudah mau mencapai maksimum.
"Silakan kita cari jalan keluar bagaimana mendapatkan likuiditas melalui pasar modal terutama," imbuhnya.
Dengan begitu, lanjut Wimboh, perbankan juga tidak kehabisan objek untuk dibiayai. Bahkan, jumlahnya bisa cukup besar. OJK sendiri mengaku mengantongi peta detail proyek yang masih bisa dibiayai, misalnya kawasan Borobudur, Kulon Progo sudah hampir jadi. Antara Borobudur-Kulonprogo itu, lanjut Wimboh, akan berkembang pesat.
"Ini LRT (light rail transit) Jakarta-Cibubur atau Cibubur-Bogor ini ke depan, sekarang ini pengembangan perumahan real estate ini radius 10 km dari titik stasion LRT ini sudah mulai dibangun. Dan juga jalan tol yang dibangun Jogja-Solo, Jogja-Bawen ini semua akan menimbulkan objek-objek pembiayaan yang luar biasa, bahkan jalan tol yang sudah jadi Semarang-Surabaya, Semarang-Jakarta, ini akan menimbulkan efek multiplier yang besar sekali," papar dia.
Bahkan di sektor pariwisata sudah dibentuk kawasan ekonomi. Ini bisa menunjukkan spot-spot mana yang bisa dibiayai oleh sektor perbankan.
"Justru ini nanti akan pembiayaannya akan commercial yang mungkin menengah, nggak terlalu besar tapi jumlahnya banyak, jadi spreading-nya akan lebih bagus, dan ini juga bisa menimbulkan multiplayer kepada munculnya SMI-SMI di daerah-daerah," katanya.
Ia meyakinkan dengan begitu pertumbuhan kredit masih akan terjadi. "Perbankan-nya kita buka kesempatan dengan pembangunan proyek-proyek multiplayer dari infrastruktur yang sudah kita bangun. Jadi, jangan khawatir bahwa kredit tidak akan tumbuh. Kami yakin masih akan
tumbuh." tutupnya.
Simak video tentang BMPK di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Februari 2019, Kredit Perbankan Sudah Tumbuh 12,3%
Most Popular