Newsletter

Investor, Hati-Hati Ya dengan Efek Lanjutan Tenaga Kerja AS

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 July 2019 07:16
Investor, Hati-Hati Ya dengan Efek Lanjutan Tenaga Kerja AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan pasar di awal pekan kemarin, pasar saham domestik dan global terseret arus negatif dari data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang diumumkan pada Jumat lalu waktu setempat. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertahan di zona merah sepanjang hari hingga ditutup terkoreksi 0,34% 6.351, terutama terbebani oleh sektor pertambangan dan barang konsumsi. 

Di sisi lain, sektor yang kemarin menjadi penahan koreksi adalah aneka industri dan perkebunan. Koreksi di Bursa Efek Indonesia itu searah dengan memerahnya sebagian besar pasar saham Asia lain. 

Selain mencerminkan ketegangan antara China dan Hong Kong yang semakin memanas, koreksi yang terjadi di indeks Shanghai Composite 2,58% juga terbebani oleh sentimen negatif dari data tenaga kerja AS. 

Data tenaga kerja non-pertanian (non-farm payroll) tersebut menunjukkan bahwa masih terjadi penambahan angka angkatan kerja sebanyak 224.000 orang sepanjang Juni, di atas ekspektasi pasar yang keburu memprediksi hanya ada penambahan 160.000 orang. 

Karena pasar keuangan didasari oleh ekspektasi, data tenaga yang manis bagi ekonomi AS tersebut justru berbisa bagi pelaku pasar. Sebab mereka berharap jika data-data penting ekonomi Negeri Paman Sam memburuk, maka The Fed, akan dipaksa menurunkan suku bunga acuan.

Suku bunga begitu penting sekarang ini di AS. Sebab, selain diperlukan untuk menyenangkan yang mulia Presiden AS Donald Trump, pasar berharap aksi penurunan acuan pasar keuangan global itu akan diikuti juga oleh negara-negara lain yang likuiditasnya juga sedang tiris, salah satunya Indonesia. 

Dengan adanya penurunan Fed Funds Rate (FFR), suku bunga acuan AS, maka bank sentral negara-negara lain tidak bisa 'ngeles' lagi dari ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi dan mengikuti langkah moneter negara adidaya tersebut. 



Dampak dari keluarnya data tenaga kerja tersebut adalah keyakinan pasar terhadap turunnya suku bunga the Fed. Data CME Fedwatch menunjukkan ekspektasi pelaku pasar dunia terhadap penurunan Fed Fund Rate 25 basis poin (bps) pada 31 Juli nanti turun dari 95,1% pekan lalu menjadi 93%.

Besaran 100 bps setara 1%. Meskipun demikian, probabilitas penurunan Fed Fund Rate hingga pergantian tahun sebanyak 125 bps kembali meningkat menjadi 11,2% dari posisi akhir pekan lalu. 

Pergerakan survei suku bunga itu juga mencerminkan bahwa pasar semakin khawatir dengan kondisi AS yang dianggap di ambang resesi.

Resesi tersebut juga tercermin di pasar keuangan dari lamanya inversi obligasi pemerintah AS yaitu US Treasury tenor 3 bulan dan 10 tahun yang berlangsung lebih dari 30 hari, tepatnya 31 hari dan dengan besaran yang sudah menembus di atas kepala dua atau di atas 20. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat, dibanding inversi tenor lain. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 

Di pasar obligasi, prediksi pelaku pasar terhadap kemungkinan resesi di AS dan negara ekonomi maju lainnya telah membuat harga obligasi di negara-negara maju naik signifikan di pasar, dan menekan tingkat imbal hasilnya (yield) di pasar, termasuk surat utang negara (SUN) rupiah domestik. 

Namun, kemarin koreksi yang terjadi di pasar keuangan global dan domestik akibat data tenaga kerja AS seakan menyetop reli harga SUN yang relatif terjadi terjadi beruntun sejak 31 Mei, yang momentumnya juga bertepatan dengan lelang sukuk negara hari ini (9/7/19). 

Koreksi IHSG dan pasar obligasi kemarin juga diiringi dengan melemahnya rupiah, meskipun koreksi tidak besar yaitu 0,17% menjadi Rp 14.105 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu Rp 14.080 per dolar AS.

Berlanjut ke halaman 2 >>
Di sisi dolar AS sendiri, kemarin greenback melanjutkan penguatan melawan mata uang utama karena efek data tenaga kerja yang masih terasa. Greenback adalah nama lain dolar AS. Pagi ini, indeks dolar berada di level 97,36 atau menguat 0,08% melansir data Refinitiv.

Pada Jumat lalu, indeks yang dibentuk dari enam mata uang utama tersebut naik 0,54%. 

Tadi pagi, Wall Street ditutup terkoreksi sedang-sedang saja, masing-masing 0,48% dan 0,43% dialami S&P500 dan Dow Jones Industrial Avg, serta koreksi lebih dalam, yaitu 0,78%, terjadi pada indeks Nasdaq Composite. 

Selain akibat kecewanya pasar terhadap data tenaga kerja, koreksi Wall Street terutama terbebani oleh anjloknya saham Apple yang sedang didera penurunan rekomendasi oleh sekuritas menjadi 'Sell', karena kinerja fundamental perseroan dianggap akan melemah dalam 6 bulan-12 bulan ke depan, kutip Reuters

Di Eropa dan Asia, pasar sahamnya terkoreksi juga disebabkan oleh kekecewaan terhadap ekspektasi penurunan suku bunga AS.

Untuk pasar saham Eropa, koreksi terutama terjadi di Jerman di mana masalah rencana perampingan satu terbesar di Jerman tersebut yaitu Deutsche Bank turut membawa saham perbankan di negara tersebut melemah cukup dalam serta membebani indeks Dax yang melemah 0,2%.

Indeks utama lain yaitu FTSE 100 di Inggris turun 0,05% dan CAC di Perancis juga melemah tipis 0,04%.

Di sisi dunia Timur, hubungan dua sekutu AS yaitu Jepang dan Korsel memanas akibat permasalahan sejarah pada Perang Dunia II.

Jepang yang tidak terima disebut-sebut memanfaatkan buruh kerja paksa asal Korsel di perusahaan-perusahaannya mulai membatasi ekspor barang-barang material dasar untuk elektronik.

Ketiga bahan dasar itu adalah fluorinated polymides yang digunakan untuk tampilan ponsel pintar, photoresists untuk mentransfer pola sirkuit untuk semikonduktor, serta hydrogen fluoride sebagai gas etsa ketika membuat kepingan sirkuit.

Seiring dengan sentimen negatif, pasar komoditas juga sedang dilanda krisis, terutama harga minyak mentah.

Isu utama pada komoditas emas hitam ini adalah pelemahan ekonomi yang akan berdampak pada penyerapan produksi.

Namun, isu lain yang berseberangan yaitu perseteruan Iran dengan AS dan kroninya membuat pasar berkontraksi dan mengambat koreksi harga yang masih berlanjut.

Iran, sebagai salah satu produsen utama minyak dunia, Iran memutuskan untuk meng-counter langkah AS dengan cara menebar ancaman terkait dengan kegiatan nuklir mereka, tepatnya aksi pengayaan uranium.

Hal ini melanggar perjanjian yang disepakati Iran dan AS sejak 2015, meskipun sudah ditinggalkan Negeri Paman Sam sejak tahun lalu.

Harga minyak Brent turun 12 sen menjadi US$ 64,11 per barel, sedangkan harga West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen menjadi US$57,66 per barel.


Bersambung ke Halaman 3>> Untuk perdagangan di pasar saham hari ini, investor dan trader dapat memperhatikan beberapa hal:

Pertama, kondisi melemahnya Wall Street menunjukkan bahwa kekhawatiran pelaku pasar masih tetap terjadi akibat kuatnya sentimen negatif dari data tenaga kerja.

Meskipun sudah diumumkan sudah cukup lama yaitu sejak Jumat pekan lalu, tetapi dampaknya pada keyakinan terhadap penurunan suku bunga cukup besar, mengingat bank sentral menjadikan data tenaga kerja sebagai salah satu acuan utama dalam mengambil keputusan.

Kedua, harga minyak mentah yang dapat berubah sewaktu-waktu tentu patut mendapatkan perhatian. Ini karena bagi Indonesia sendiri, kenaikan harga minyak dapat memberi risiko tambahan terhadap impor yang juga akan disikapi negatif oleh pelaku pasar global yang memiliki risiko nilai tukar terhadap dolar AS.

Ketiga, perkembangan perang dagang yang masih ditunggu pasar, baik dari kondisi China-AS maupun Jepang-Korsel.

China-AS dikatakan akan menyambung pembicaraan damai dagang mereka melalui sambungan telepon pekan ini, dan Korsel masih menunggu respons Jepang terkait dengan ajakan rujuk dari Negeri Ginseng.

Berlanjut ke halaman 4>> Simak Data dan Agenda Berikut


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pekan ini:

 
Selasa (9/7/19)
Data penjualan ritel, Indonesia (16.35 WIB)
Pidato Gubernur The Fed Jerome Powel, AS (18.45 WIB)      

Listing PT DMS Propertindo Tbk (KOTA) (09.00 WIB)

Listing PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) (09.00 WIB)
Listing PT Eastparc Hotel Tbk (EAST) (09.00 WIB)
Listing PT Fuji Finance Indonesia Tbk (FUJI) (09.00 WIB)
Allotment IPO PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT)
Public expose PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) (14.00 WIB)
RUPS PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) (10.00 WIB)
Public expose PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) (Setelah RUPS)
RUPS PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP) (14.00 WIB)    


Rabu (10/7/19)
Inflasi, China (08.30 WIB)
Neraca perdagangan, Inggris Raya (15.30 WIB)
Pertumbuhan ekonomi, Inggris Raya (15.30 WIB)  

Listing PT Arkha Jayanti Persada Tbk (ARKA) (09.00 WIB)
Listing PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) (09.00 WIB)      


Kamis (11/7/19)
Risalah FOMC meeting, AS (01.00 WIB)
Inflasi, Jerman (13.00 WIB)
Kebijakan moneter, ECB (18.30 WIB)
Inflasi, AS (19.30 WIB)    

Listing PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) (09.00 WIB)
RUPS PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) (10.00 WIB)
Public expose PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) (Setelah RUPS)


Jumat (12/7/19)
Neraca perdagangan, China (10.00 WIB)
Indeks Harga Produsen (PPI), AS (19.30 WIB)  

Listing PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) (09.00 WIB)
RUPS PT ICTSI Jasa Prima Tbk (KARW) (10.00 WIB)
RUPS PT Modernland Internasional Tbk (MDRN) (09.00 WIB)    


Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019 YoY)5,17%
Inflasi (Juni 2019 YoY)3,28%
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Juni 2019)6%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (1Q-2019)-2,6% PDB
Neraca pembayaran (1Q-2019)US$ 2,42 miliar
Cadangan devisa (Juni 2019)US$ 123,8 miliar
     
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular