
Newsletter
Investor, Hati-Hati Ya dengan Efek Lanjutan Tenaga Kerja AS
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 July 2019 07:16

Di sisi dolar AS sendiri, kemarin greenback melanjutkan penguatan melawan mata uang utama karena efek data tenaga kerja yang masih terasa. Greenback adalah nama lain dolar AS. Pagi ini, indeks dolar berada di level 97,36 atau menguat 0,08% melansir data Refinitiv.
Pada Jumat lalu, indeks yang dibentuk dari enam mata uang utama tersebut naik 0,54%.
Tadi pagi, Wall Street ditutup terkoreksi sedang-sedang saja, masing-masing 0,48% dan 0,43% dialami S&P500 dan Dow Jones Industrial Avg, serta koreksi lebih dalam, yaitu 0,78%, terjadi pada indeks Nasdaq Composite.
Selain akibat kecewanya pasar terhadap data tenaga kerja, koreksi Wall Street terutama terbebani oleh anjloknya saham Apple yang sedang didera penurunan rekomendasi oleh sekuritas menjadi 'Sell', karena kinerja fundamental perseroan dianggap akan melemah dalam 6 bulan-12 bulan ke depan, kutip Reuters.
Di Eropa dan Asia, pasar sahamnya terkoreksi juga disebabkan oleh kekecewaan terhadap ekspektasi penurunan suku bunga AS.
Untuk pasar saham Eropa, koreksi terutama terjadi di Jerman di mana masalah rencana perampingan satu terbesar di Jerman tersebut yaitu Deutsche Bank turut membawa saham perbankan di negara tersebut melemah cukup dalam serta membebani indeks Dax yang melemah 0,2%.
Indeks utama lain yaitu FTSE 100 di Inggris turun 0,05% dan CAC di Perancis juga melemah tipis 0,04%.
Di sisi dunia Timur, hubungan dua sekutu AS yaitu Jepang dan Korsel memanas akibat permasalahan sejarah pada Perang Dunia II.
Jepang yang tidak terima disebut-sebut memanfaatkan buruh kerja paksa asal Korsel di perusahaan-perusahaannya mulai membatasi ekspor barang-barang material dasar untuk elektronik.
Ketiga bahan dasar itu adalah fluorinated polymides yang digunakan untuk tampilan ponsel pintar, photoresists untuk mentransfer pola sirkuit untuk semikonduktor, serta hydrogen fluoride sebagai gas etsa ketika membuat kepingan sirkuit.
Seiring dengan sentimen negatif, pasar komoditas juga sedang dilanda krisis, terutama harga minyak mentah.
Isu utama pada komoditas emas hitam ini adalah pelemahan ekonomi yang akan berdampak pada penyerapan produksi.
Namun, isu lain yang berseberangan yaitu perseteruan Iran dengan AS dan kroninya membuat pasar berkontraksi dan mengambat koreksi harga yang masih berlanjut.
Iran, sebagai salah satu produsen utama minyak dunia, Iran memutuskan untuk meng-counter langkah AS dengan cara menebar ancaman terkait dengan kegiatan nuklir mereka, tepatnya aksi pengayaan uranium.
Hal ini melanggar perjanjian yang disepakati Iran dan AS sejak 2015, meskipun sudah ditinggalkan Negeri Paman Sam sejak tahun lalu.
Harga minyak Brent turun 12 sen menjadi US$ 64,11 per barel, sedangkan harga West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen menjadi US$57,66 per barel.
Bersambung ke Halaman 3>> (irv/irv)
Pada Jumat lalu, indeks yang dibentuk dari enam mata uang utama tersebut naik 0,54%.
Tadi pagi, Wall Street ditutup terkoreksi sedang-sedang saja, masing-masing 0,48% dan 0,43% dialami S&P500 dan Dow Jones Industrial Avg, serta koreksi lebih dalam, yaitu 0,78%, terjadi pada indeks Nasdaq Composite.
Selain akibat kecewanya pasar terhadap data tenaga kerja, koreksi Wall Street terutama terbebani oleh anjloknya saham Apple yang sedang didera penurunan rekomendasi oleh sekuritas menjadi 'Sell', karena kinerja fundamental perseroan dianggap akan melemah dalam 6 bulan-12 bulan ke depan, kutip Reuters.
Di Eropa dan Asia, pasar sahamnya terkoreksi juga disebabkan oleh kekecewaan terhadap ekspektasi penurunan suku bunga AS.
Untuk pasar saham Eropa, koreksi terutama terjadi di Jerman di mana masalah rencana perampingan satu terbesar di Jerman tersebut yaitu Deutsche Bank turut membawa saham perbankan di negara tersebut melemah cukup dalam serta membebani indeks Dax yang melemah 0,2%.
Indeks utama lain yaitu FTSE 100 di Inggris turun 0,05% dan CAC di Perancis juga melemah tipis 0,04%.
Di sisi dunia Timur, hubungan dua sekutu AS yaitu Jepang dan Korsel memanas akibat permasalahan sejarah pada Perang Dunia II.
Jepang yang tidak terima disebut-sebut memanfaatkan buruh kerja paksa asal Korsel di perusahaan-perusahaannya mulai membatasi ekspor barang-barang material dasar untuk elektronik.
Ketiga bahan dasar itu adalah fluorinated polymides yang digunakan untuk tampilan ponsel pintar, photoresists untuk mentransfer pola sirkuit untuk semikonduktor, serta hydrogen fluoride sebagai gas etsa ketika membuat kepingan sirkuit.
Seiring dengan sentimen negatif, pasar komoditas juga sedang dilanda krisis, terutama harga minyak mentah.
Isu utama pada komoditas emas hitam ini adalah pelemahan ekonomi yang akan berdampak pada penyerapan produksi.
Namun, isu lain yang berseberangan yaitu perseteruan Iran dengan AS dan kroninya membuat pasar berkontraksi dan mengambat koreksi harga yang masih berlanjut.
Iran, sebagai salah satu produsen utama minyak dunia, Iran memutuskan untuk meng-counter langkah AS dengan cara menebar ancaman terkait dengan kegiatan nuklir mereka, tepatnya aksi pengayaan uranium.
Hal ini melanggar perjanjian yang disepakati Iran dan AS sejak 2015, meskipun sudah ditinggalkan Negeri Paman Sam sejak tahun lalu.
Harga minyak Brent turun 12 sen menjadi US$ 64,11 per barel, sedangkan harga West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen menjadi US$57,66 per barel.
Bersambung ke Halaman 3>> (irv/irv)
Next Page
Faktor yang Patut Dicermati Hari Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular