
Rupiah Perkasa, Dolar Singapura Ditekan ke Rp 10.412
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 July 2019 13:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terlihat perkasa mengawali kuartal-III sekaligus semester-II 2019, dolar Singapura juga menjadi korban Mata Uang Garuda. Pada pukul 12:10 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.412,82 atau melemah sekitar 0,24% di pasar spot, melansir data dari Refinitiv.
Pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping memberikan dampak positif di pasar finansial. Risk Appetite atau selera terhadap risiko pada investor kembali pulih setelah Trump-Xi sepakat untuk tidak lagi menaikkan bea impor, dan membuka kembali negosiasi dagang yang terhenti sebelumnya.
Peningkatan risk appetite membuat berinvestasi di Indonesia terlihat lebih menarik karena memberikan return yang tinggi, sehingga arus modal bisa masuk ke dalam negeri dan menguatkan nilai tukar rupiah.
Stabilnya inflasi di Indonesia juga berdampak positif ke rupiah. Daya beli masyarakat masih terjaga dengan inflasi yang stabil.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis indeks harga konsumen di Juni 2019. BPS melaporkan terjadi inflasi di Juni 2019 sebesar 0,55% (bulanan). Sementara, inflasi secara year-on-year (tahunan) mencapai 3,28%,
"Inflasi masih di bawah target pemerintah dan saya simpulkan inflasi Juni masih terkendali karena program yang dilakukan pemerintah berhasil," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (1/7/2019).
Di sisi lain, dari Negeri Merlion, harga rumah pribadi di kuartal-II 2019 dilaporkan naik 1,3% setelah menurun 0,7% di kuartal sebelumnya. Data ini tidak banyak membantu dolar Singapura meloloskan diri dari tekanan rupiah.
Pelemahan dolar Singapura di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank siang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping memberikan dampak positif di pasar finansial. Risk Appetite atau selera terhadap risiko pada investor kembali pulih setelah Trump-Xi sepakat untuk tidak lagi menaikkan bea impor, dan membuka kembali negosiasi dagang yang terhenti sebelumnya.
Stabilnya inflasi di Indonesia juga berdampak positif ke rupiah. Daya beli masyarakat masih terjaga dengan inflasi yang stabil.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis indeks harga konsumen di Juni 2019. BPS melaporkan terjadi inflasi di Juni 2019 sebesar 0,55% (bulanan). Sementara, inflasi secara year-on-year (tahunan) mencapai 3,28%,
"Inflasi masih di bawah target pemerintah dan saya simpulkan inflasi Juni masih terkendali karena program yang dilakukan pemerintah berhasil," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (1/7/2019).
Di sisi lain, dari Negeri Merlion, harga rumah pribadi di kuartal-II 2019 dilaporkan naik 1,3% setelah menurun 0,7% di kuartal sebelumnya. Data ini tidak banyak membantu dolar Singapura meloloskan diri dari tekanan rupiah.
Pelemahan dolar Singapura di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank siang ini.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
BCA | 14.100,00 | 10.412,00 |
BRI | 10.495,86 | 10.354,56 |
Mandiri | 10.391,00 | 10.442,00 |
BNI | 10.396,00 | 10.454,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular