
Analisis
Menguat Sih, Tapi Rupiah Malu-malu Menuju Rp 14.000/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 July 2019 12:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot hari ini. Namun perlahan penguatan tersebut mulai terpangkas meski mata uang Tanah Air masih bertahan di zona hijau.
Penguatan rupiah pada perdagangan hari ini, Senin (1/7/2019), dipicu sentimen positif dari hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, akhir pekan lalu. Setelah berbincang sekitar 80, Trump dan Xi menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Media milik pemerintah China, Xinhua, menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Kesepakatan kedua pemimpin tersebut memberikan kepastian di pasar tidak akan ada lagi kenaikan bea impor antara dua negara tersebut, serta muncul harapan akan adanya damai dagang.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Juni 2019. BPS melaporkan terjadi inflasi sebesar 0,55% (bulanan). Sementara inflasi secara year-on-year (tahunan) mencapai 3,28%,
"Inflasi masih di bawah target pemerintah dan saya simpulkan inflasi Juni masih terkendali karena program yang dilakukan pemerintah berhasil," kata Kepala BPS Suhariyanto.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juni sebesar 0,46% month-on-month (MoM) dan 3,185% year-on-year (YoY). Sementara inflasi inti secara tahunan diperkirakan 3,13%.
Rilis data inflasi belum banyak mempengaruhi pergerakan rupiah. Semakin mendekati level psikologis Rp 14.000, tentunya rupiah semakin 'malu-malu', mata uang Tanah Air perlu memiliki momentum yang kuat untuk mencapai level tersebut.
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif yang memberikan gambaran sentimen bearish atau pelemahan dolar AS.
Indikator-indikator tersebut memberikan gambaran penguatan rupiah (USD/IDR bergerak turun) dalam jangka menengah.
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun namun masih belum jenuh beli (overbought).
Rupiah saat ini bergerak di bawah Rp 14.115 yang menjadi resisten terdekat. Selama tertahan di bawah level tersebut, rupiah berpeluang turun ke area Rp 14.075. Sementara jika resisten ditembus, rupiah berpotensi melemah ke level Rp 14.152.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Penguatan rupiah pada perdagangan hari ini, Senin (1/7/2019), dipicu sentimen positif dari hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, akhir pekan lalu. Setelah berbincang sekitar 80, Trump dan Xi menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Media milik pemerintah China, Xinhua, menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Juni 2019. BPS melaporkan terjadi inflasi sebesar 0,55% (bulanan). Sementara inflasi secara year-on-year (tahunan) mencapai 3,28%,
"Inflasi masih di bawah target pemerintah dan saya simpulkan inflasi Juni masih terkendali karena program yang dilakukan pemerintah berhasil," kata Kepala BPS Suhariyanto.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juni sebesar 0,46% month-on-month (MoM) dan 3,185% year-on-year (YoY). Sementara inflasi inti secara tahunan diperkirakan 3,13%.
Rilis data inflasi belum banyak mempengaruhi pergerakan rupiah. Semakin mendekati level psikologis Rp 14.000, tentunya rupiah semakin 'malu-malu', mata uang Tanah Air perlu memiliki momentum yang kuat untuk mencapai level tersebut.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif yang memberikan gambaran sentimen bearish atau pelemahan dolar AS.
Indikator-indikator tersebut memberikan gambaran penguatan rupiah (USD/IDR bergerak turun) dalam jangka menengah.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun namun masih belum jenuh beli (overbought).
Rupiah saat ini bergerak di bawah Rp 14.115 yang menjadi resisten terdekat. Selama tertahan di bawah level tersebut, rupiah berpeluang turun ke area Rp 14.075. Sementara jika resisten ditembus, rupiah berpotensi melemah ke level Rp 14.152.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular