Tak Bagi Dividen, Gajah Tunggal Siapkan Capex Rp 497 M

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
27 June 2019 19:30
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) memutuskan tidak akan membagikan dividen.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) memutuskan tidak akan membagikan dividen kepada pemegang saham seiring dengan masih dialaminya rugi kurs akibat depresiasi rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) tahun lalu.

Perusahaan sebetulnya mencatatkan laba komprehensif senilai Rp 186,36 miliar pada tahun 2018, dari rugi yang dibukukan tahun 2017 senilai Rp 141,28 miliar. Namun secara entitas induk, perseroan masih membukukan rugi bersih Rp 74,56 miliar dari sebelumnya di tahun 2017 yang laba bersih Rp 45 miliar. 

Tahun lalu pendapatan Gajah Tunggal mencapai Rp 15,35 triliun, naik dari tahun 2017 sebesar Rp 14,15 triliun. 


"Keputusannya menyetujui untuk tidak membagikan dividen karena kerugian kurs," kata Direktur Corporate Communication dan Hubungan Investor Gajah Tunggal Catharina Widjaja, usai RUPST di Jakarta, Kamis (27/06/2019).

Menurutnya, kerugian terbesar yang dialami perusahaan karena adanya selisih kurs yang signifikan. Sepanjang 2018, perseroan harus mengalami kerugian kurs sebesar Rp 399,18 miliar naik signifikan dibandingkan 2017 sebesar Rp 49,48 miliar.


Pada kuartal I-2019, pendapatan Gajah Tunggal naik menjadi Rp 4,04 triliun dari periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp 3,86 triliun, dengan catatan laba bersih Rp 168,96 miliar, naik dari sebelumnya laba Rp 51,78 miliar.

Chatarina optimistis tahun ini perusahaan bisa membukukan kenaikan pendapatan 5-10%, yang akan dikontribusikan dari peningkatan ekspor atau senilai Rp 16,11 triliun hingga Rp 16,88 triliun.

Proyeksi peningkatan penjualan itu karena membaiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan penurunan harga karet alam sebagai bahan baku utama ban yang diproduksi perusahaan.


Tahun ini, Gajah Tunggal tidak akan melakukan ekspansi, namun akan fokus pada peningkatan ekspor dan optimalisasi utilisasi pabrik. Peningkatan kapasitas terutama untuk Truck and Bus Radial (TBR) yang belum maksimal.

Secara keseluruhan, GJTL menargetkan utilisasinya bisa mencapai 80%, meningkat pesat dibandingkan posisinya saat ini 65%.

"Utilisasi kami masih rendah, jadi hanya meningkatkan kapasitas yang ada saja," ujarnya.

Sementara untuk belanja modal pun perusahaan hanya menganggarkan US$ 35 juta atau sekitar Rp 497 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$) untuk perawatan dan peremajaan mesin, yang berasal dari kas internal. Hingga paruh pertama 2019, penyerapan belanja modal baru US$ 8 juta.

Selain pasar domestik, GJTL juga fokus menggarap pasar ekspor. Chatarina mengatakan dalam 2 tahun ini, porsi ekspor ditargetkan bisa mencapai 40%, dari posisi sebelumnya 38%. Peningkatan ekspor didukung oleh produk ban sepeda motor dengan merek IRC dan Zeneos.


"Dulu sepeda motor kami hanya fokus untuk domestik, karena demand-nya besar. Tapi karena kami sudah ada merek sendiri, kami akan meningkatkan ekspor segmen ini terutama untuk di kawasan Asia," kata Chatarina.



(tas) Next Article Duh! Omzet Turun & Rugi Kurs, Gajah Tunggal Tekor Rp 105 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular