
The Fed Dovish, Poundsterling Naik ke Level Tertinggi Sepekan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 June 2019 18:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Poundsterling menguat ke level tertinggi dalam satu pekan pada perdagangan Kamis (20/5/19). Sikap dovish Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) menjadi pendongkrak kinerja mata uang Inggris ini.
Di sisi lain, dari Inggris perebutan kursi pimpinan Partai Konservatif yang nantinya secara otomatis menjadi perdana menteri sudah memasuki "semi final". Pada voting Rabu kemarin, Borish Johnson unggul jauh dibandingkan pesaing-pesaingnya dengan meraih 143 suara dari total suara 313.
Tiga kandidat lain yang masuk babak "semi final" adalah Jeremy Hunt (Menteri Luar Negeri), Michael Gove (Menteri Lingkungan Hidup), dan Sajid Javid (Menteri Dalam Negeri). Sementara yang tereleminasi pada Rory Stewart.
Boris Johnson, tokoh euroskeptik, sebelumnya berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober dengan kesepakatan (Soft Brexit) atau tanpa kesepakatan sama sekali (Hard Brexit).
Hal tersebut memberikan sentimen buruk di pasar yang sebenarnya berdampak negatif bagi poundsterling, namun masih tetap bisa menguat akibat sikap The Fed yang lebih dovish dari sebelumnya.
Bank Sentral Pimpinan Jerome Powell tersebut memberikan sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin dari level saat ini 2,25% - 2,50%. Pada pukul 16:33 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2718, mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Analisis Teknikal
Pada grafik harian poundsterling atau GBP/USD berada di atas atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 21 hari (garis hijau) dan MA 8 hari (garis merah), namun masih di bawah MA 125 hari (garis biru).
Sementara indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) berada di zona negatif tetapi bergerak naik.
Pada time frame 30 menit, pound bergerak di atas MA 8, 21, dan125, dengan MACD berada di wilayah positif.
Resisten (tahanan atas) terdekat berada di kisaran US$ 1,2725, selama tertahan di bawah level tersebut, pound berpeluang turun ke area US$ 1,2688 melihat indikator Stochastic bergerak turun dari memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
Penembusan ke bawah US$ 1,2688 berpotensi membawa pound turun ke US$ 1,2652. Sementara, jika mampu menembus ke atas resisten US$ 1,2725, poundsterling berpeluang naik ke US$ 1,2765.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi Nyungsep, Poundsterling Malah Menguat ke Rp 18.305
Di sisi lain, dari Inggris perebutan kursi pimpinan Partai Konservatif yang nantinya secara otomatis menjadi perdana menteri sudah memasuki "semi final". Pada voting Rabu kemarin, Borish Johnson unggul jauh dibandingkan pesaing-pesaingnya dengan meraih 143 suara dari total suara 313.
Tiga kandidat lain yang masuk babak "semi final" adalah Jeremy Hunt (Menteri Luar Negeri), Michael Gove (Menteri Lingkungan Hidup), dan Sajid Javid (Menteri Dalam Negeri). Sementara yang tereleminasi pada Rory Stewart.
Hal tersebut memberikan sentimen buruk di pasar yang sebenarnya berdampak negatif bagi poundsterling, namun masih tetap bisa menguat akibat sikap The Fed yang lebih dovish dari sebelumnya.
Bank Sentral Pimpinan Jerome Powell tersebut memberikan sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin dari level saat ini 2,25% - 2,50%. Pada pukul 16:33 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2718, mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Pada grafik harian poundsterling atau GBP/USD berada di atas atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 21 hari (garis hijau) dan MA 8 hari (garis merah), namun masih di bawah MA 125 hari (garis biru).
Sementara indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) berada di zona negatif tetapi bergerak naik.
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Pada time frame 30 menit, pound bergerak di atas MA 8, 21, dan125, dengan MACD berada di wilayah positif.
Resisten (tahanan atas) terdekat berada di kisaran US$ 1,2725, selama tertahan di bawah level tersebut, pound berpeluang turun ke area US$ 1,2688 melihat indikator Stochastic bergerak turun dari memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
Penembusan ke bawah US$ 1,2688 berpotensi membawa pound turun ke US$ 1,2652. Sementara, jika mampu menembus ke atas resisten US$ 1,2725, poundsterling berpeluang naik ke US$ 1,2765.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi Nyungsep, Poundsterling Malah Menguat ke Rp 18.305
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular