Arah Suku Bunga

Adu Suku Bunga Rendah Bisa Picu Perang Mata Uang, di Mana RI?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 June 2019 12:51
Perang Mata Uang di Depan Mata
Foto: Foto ilustrasi dolar amerika dan yuan china. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Pelambatan ekonomi, serta melemahnya inflasi menjadi isu utama yang membuat bank sentral utama dunia mempertimbangkan bahkan sudah mengambil tindakan pemangkasan suku bunga, tujuannya memacu perekonomian dan menaikkan inflasi.

Namun di sisi lain, penurunan suku bunga atau pelonggaran moneter hingga gelontoran stimulus untuk mendongkrak kinerja ekonomi menyebabkan satu efek lain, yakni pelemahan nilai tukar masing-masing negara yang bisa memicu perang mata uang (currency war).

Isu lama itu kini berhembus kembali saat hampir semua bank sentral utama dunia mengambil sikap pelonggaran moneter. Melemahnya nilai tukar mata uang suatu negara memang menguntungkan dari sisi perdagangan internasional.

Produk ekspor negara tersebut menjadi lebih kompetitif di pasar internasional karena kurs yang murah membuat nilai ekspor mereka meningkat. Hal itulah yang membuat Presiden AS Donald Trump geram, dan secara spesifik menyerang euro dan yen yang nilai tukarnya dianggap undervalue sehingga membuat AS rugi.

Kurs euro di bulan lalu menyentuh level terlemah dua tahun melawan dolar AS, sementara yen nilainya tidak pernah lagi ke di bawah 100/US$ semenjak akhir 2013.

European Central Bank (ECB), Bank of Japan (BOJ), dan Bank of England (BOE) menjadi tiga bank utama dunia yang berancang-ancang untuk melonggarkan kebijakan moneter di tahun ini. Presiden ECB, Mario Draghi sudah menyatakan akan menggelontorkan stimulus moneter jika kondisi ekonomi zona euro memburuk.

Draghi bahkan menyatakan penurunan suku bunga merupakan salah satu amunisi yang dimiliki untuk memacu perekonomian, yang mensinyalkan kesiapan sang gubernur untuk memangkas suku bunga. Suku bunga acuan ECB saat ini 0%, yang berarti bank sentral Eropa ini bisa mengadopsi suku bunga minus (-) seperti BOJ (Bank Sentral Jepang).

Memiliki tingkat suku bunga acuan -0,1%, BOJ hari ini juga akan mengumumkan kebijakan moneter. Sebagai stimulus moneter tambahan, saat ini BOJ memiliki kebijakan yield curve dekat 0% untuk obligasi pemerintah Jepang tenor 10  tahun.

Sama dengan The Fed, bank sentral yang dipimpin oleh Haruhiko Kuroda ini diprediksi belum akan merubah kebijakannya, tetapi pelaku pasar tentunya mengantisipasi seberapa dovish sikap yang akan ditunjukkan.  

Sore nanti giliran BOE (Bank Sentral Inggris) yang akan mengumumkan kebijakan moneter. Bank sentral pimpinan Mark Carney ini menjadi satu-satunya bank sentral utama dunia yang belum bersikap dovish akibat perekonomian Inggris yang cukup kuat meski terus dihantui isu Hard Brexit.

Bahkan BOE sempat dispekulasi akan menaikkan suku bunga akibat inflasi yang tinggi. Kini inflasi di Inggris sudah turun ke level 2,0% (sesuai target BOE) sehingga tekanan untuk menaikkan suku bunga mereda.

Carney sebelumnya juga menegaskan akan menurunkan suku bunga jika diperlukan seandainya Brexit pada 31 Oktober nanti membuat perekonomian Inggris merosot. Meski belum bersikap dovish, tetap saja mata uang poundsterling kini berada dekat level terlemah tahun ini.

Bahkan jika melihat ke belakang, posisi pound tidak terlalu jauh dari level terlemah pasca 30 tahun lebih yang disentuh pada Oktober 2016.



Pengumuman kebijakan moneter The Fed membuat dolar rontok di hadapan mata uang utama lainnya Indeks dolar anjlok 0,54% ke level 97,12 pada perdagangan Rabu, menjadi penurunan harian terbesar sejak 20 Maret lalu. Namun, jika BOJ hari ini juga bersikap sangat dovish ada kemungkinan kurs yen akan berbalik melemah melawan dolar.

Jika BOE juga mengambil sikap yang sama, ada kemungkinan poundsterling juga berbalik melemah, dan menjadi perang mata uang. Siapa yang lebih lemah dia yang unggul di perdagangan internasional.

Semua bank sentral utama dunia menyatakan pelemahan nilai tukar bukanlah target dari kebijakan pelonggaran moneter yang diambil, target utamanya adalah pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Tetapi efek pasti yang ditimbulkan adalah nilai mata uang yang melemah.

NEXT >>>


(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular