The Fed Beri Sinyal Pelonggaran, IHSG Melesat Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 June 2019 09:55
The Fed Beri Sinyal Pelonggaran, IHSG Melesat Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menguat dalam 2 hari perdagangan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Kamis ini (20/6/2019) dengan apresiasi sebesar 0,11% ke level 6.346,01.

Pada pukul 09:30 WIB, IHSG telah memperlebar penguatannya menjadi 0,27% ke level 6.356,35.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,5%, indeks Shanghai pun naik 0,51%, indeks Hang Seng bergerak ke atas 0,7%, indeks Straits Times naik 0,88%, dan indeks Kospi naik 0,05%.

Sikap dovish alias kalem yang ditunjukkan oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.


Pada Rabu (19/6/2019) waktu setempat atau Kamis (20/6/2019) dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%.

Namun, The Fed memberi sinyal yang kuat bahwa akan ada pemangkasan dalam waktu dekat. Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat.

Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.

"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.

Kini, pelaku pasar meyakini bahwa gelombang pertama pemangkasan tingkat suku bunga acuan akan dimulai pada bulan depan.


Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 19 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan Juli berada di level 71,9%. Sementara itu, peluang suku bunga acuan diturunkan hingga 50 bps berada di level 28,1%.

Potensi pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi hal yang sangat positif lantaran diharapkan bisa menghindarkan perekonomian Negeri Paman Sam dari perlambatan yang signifikan.

Bank Dunia memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.

LANJUT KE HALAMAN 2>>
Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Asia datang dari optimisme yang membuncah bahwa AS-China akan mampu meneken kesepakatan dagang.

Optimisme tersebut sejatinya sudah terasa sejak kemarin pasca Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa rencana pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di gelaran KTT G20 pada akhir bulan ini di Jepang akan terealisasi.

"Sudah melakukan pembicaraan yang sangat baik melalui telepon dengan Presiden Xi dari China. Kami akan bertemu pekan depan di KTT G20. Tim kami akan memulai pembicaraan sebelum pertemuan tersebut," cuit Trump di Twitter.


Perkembangan terbaru, Trump menyuarakan keyakinan bahwa pihaknya akan mampu meneken kesepakatan dagang dengan China.

"Saya rasa pertemuan nanti (dengan Presiden Xi) akan berjalan dengan sangat baik. Tim kami akan memulai pembicaraan. China ingin sebuah kesepakatan, demikian pula AS. Namun kesepakatan itu harus menguntungkan bagi semuanya," tutur Trump, mengutip Reuters.

Tak hanya perekonomian AS, perekonomian China bisa dihindarkan dari perlambatan yang signifikan jika kesepakatan dagang dengan AS bisa diteken. Sebagai informasi, data ekonomi yang dirilis di China telah menunjukkan adanya tekanan besar yang menyelimuti perekonomian Negeri Panda.

Belum lama ini, penjualan mobil periode Mei 2019 diumumkan anjok hingga 16,4% secara tahunan, menandai penurunan selama 11 bulan beruntun. Kontraksi pada bulan Mei juga lebih buruk ketimbang kontraksi pada bulan April yang sebesar 14,6%.


LANJUT KE HALAMAN 3>> Di sisi lain, perhatian pelaku pasar kini tertuju kepada Bank Indonesia (BI) yang pada siang hari ini dijadwalkan untuk mengumumkan tingkat suku bunga acuan terbarunya.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7-Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%. Namun, ada suara-suara yang memperkirakan penurunan 25 bps ke level 5,75%.

Dari 11 ekonom yang kami survei, sebanyak 4 di antaranya memproyeksikan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 bps.

Memang, kalau dilihat dari kacamata perekonomian, Indonesia memerlukan pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Perekonomian Indonesia saat ini sedang loyo, tak mampu tumbuh sesuai target, baik itu target dari para ekonom maupun target dari pemerintah sendiri.

Sedikit mundur ke tahun 2017, perekonomian ditargetkan tumbuh sebesar 5,1% dalam APBN, sebelum kemudian dinaikkan menjadi 5,2% dalam APBNP 2017. Kenyataannya, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,07%.

Pada tahun 2018, perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,17%. Padahal, pemerintah mematok target sebesar 5,4%. Ada selisih yang sangat jauh antara target dan realisasi.

Beralih ke tahun 2019, pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh lebih rendah dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.

Walaupun agaknya suku bunga acuan masih akan ditahan pada pertemuan kali ini, ada harapan bahwa BI akan mengeluarkan pernyataan bernada dovish seperti yang sudah dilakukan oleh The Fed pada dini hari tadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular