Bangkit dari Level Flash Crash, Dolar Australia Kini Rp 9.859
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2019 13:39
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia anjlok ke Rp 9.820,66 pada hari Jumat (14/6/19), posisi itu menjadi yang terendah sejak Mata Uang Kanguru mengalami flash crash pada 3 Januari lalu. Pada hari ini, Senin (17/6/19), dolar Australia sebenarnya dibuka melemah melawan rupiah, tetapi perlahan berhasil berbalik menguat.
Flash crash merupakan penurunan harga yang besar dalam waktu singkat. Dalam kasus dolar Australia melawan rupiah, penurunan terjadi sekitar 3% dalam hitungan detik ke level Rp 9.787,93 pada 3 Januari lalu.
Pada hari ini pukul 13:05 WIB, dolar Australia menguat 0,19% ke level Rp 9.859,61, melansir data dari Refinitiv. Penguatan dolar Australia hari ini lebih dipicu oleh technical rebound setelah pada pekan lalu anljok 1,46% melawan rupiah.
Apalagi, pada hari ini mata uang emerging market termasuk rupiah sedang mengalami tekanan akibat meningkatnya ketidakpastian di pasar global setelah perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan India berkobar.
AS telah menghapus fasilitas Generalized System of Preference (GSP) bagi India. Penerapan GSP sebelumnya membuat berbagai produk dari India senilai US$5,6 miliar dapat masuk ke AS tanpa dikenai bea impor.
Dengan penghapusan GSP, produk-produk asal India akan dikenakan tarif impor, dan Negeri Bollywood membalas dengan mengenakan bea impor yang lebih tinggi terhadap 28 produk asal Negeri Hollywood.
Perang dagang AS-China belum selesai, ditambah adanya perang dagang yang baru membuat outlook pertumbuhan ekonomi global semakin suram, dan berdampak buruk bagi mata uang emerging market yang dianggap berisiko lebih tinggi dibanding mata uang negara maju.
Penguatan dolar Australia juga berdampak pada kurs jual beli di beberapa bank di Indonesia. Berikut beberapa kurs jual beli yang dikutip dari situs resmi masing-masing bank siang ini:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Flash crash merupakan penurunan harga yang besar dalam waktu singkat. Dalam kasus dolar Australia melawan rupiah, penurunan terjadi sekitar 3% dalam hitungan detik ke level Rp 9.787,93 pada 3 Januari lalu.
Pada hari ini pukul 13:05 WIB, dolar Australia menguat 0,19% ke level Rp 9.859,61, melansir data dari Refinitiv. Penguatan dolar Australia hari ini lebih dipicu oleh technical rebound setelah pada pekan lalu anljok 1,46% melawan rupiah.
Apalagi, pada hari ini mata uang emerging market termasuk rupiah sedang mengalami tekanan akibat meningkatnya ketidakpastian di pasar global setelah perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan India berkobar.
AS telah menghapus fasilitas Generalized System of Preference (GSP) bagi India. Penerapan GSP sebelumnya membuat berbagai produk dari India senilai US$5,6 miliar dapat masuk ke AS tanpa dikenai bea impor.
Dengan penghapusan GSP, produk-produk asal India akan dikenakan tarif impor, dan Negeri Bollywood membalas dengan mengenakan bea impor yang lebih tinggi terhadap 28 produk asal Negeri Hollywood.
Perang dagang AS-China belum selesai, ditambah adanya perang dagang yang baru membuat outlook pertumbuhan ekonomi global semakin suram, dan berdampak buruk bagi mata uang emerging market yang dianggap berisiko lebih tinggi dibanding mata uang negara maju.
Penguatan dolar Australia juga berdampak pada kurs jual beli di beberapa bank di Indonesia. Berikut beberapa kurs jual beli yang dikutip dari situs resmi masing-masing bank siang ini:
| Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
| BCA | 9.827,84 | 9.907,84 |
| BRI | 9.828,98 | 9.968,31 |
| Mandiri | 9.840,00 | 9.895,00 |
| BNI | 9.827,00 | 9.899,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular