Niat Baik Oposisi Kandas, Poundsterling Kehilangan Gairah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 June 2019 21:10
Poundsterling kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (13/6/19), melanjutkan pelemahan perdagangan Rabu kemarin.
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNBC Indonesia - Poundsterling kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (13/6/19), melanjutkan pelemahan perdagangan Rabu kemarin.

Gagalnya partai-partai oposisi Inggris meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang bisa mencegah terjadinya Hard Brexit berdampak buruk bagi pound.


Pada pukul 20:21 WIB poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2691 nyaris flat dibandingkan penutupan Rabu, tetapi sebelumnya sempat turun ke US$ 1,2660, mengutip data Refinitiv.



Pada hari Rabu oposisi yang dipimpin Partai Buruh mengajukan RUU ke Parlemen Inggris, namun kandas dalam voting karena meraih dukungan sebanyak 298 suara, sementara yang menolak sebanyak 309 suara.

Kandasnya RUU tersebut membuat peluang Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun alias hard Brexit masih terbuka, yang membuat poundsterling tertekan.

Hard Brexit merupakan ketakutan utama pelaku pasar, apalagi nama Boris Johnson menguat menjadi kandidat utama pimpinan Partai Konservatif yang nantinya otomatis menjadi Perdana Menteri Inggris. 

Johnson merupakan tokoh politik yang beraliran eurosceptic dan salah satu pentolan yang mendorong adanya referendum 23 Juni 2016. Referendum tersebut menghasilkan Inggris harus keluar dari Uni Eropa, dan menyebabkan ketidakpastian hingga saat ini.

Dari beberapa kandidat perdana menteri, termasuk Boris Johnson mengatakan Inggris harus keluar dari Uni Eropa pada deadline 31 Oktober nanti dengan atau tanpa kesepakatan.


Sampai Brexit terjadi, poundsterling terlihat masih sulit untuk terus melaju naik. Untungnya dolar juga sedang tidak dalam kondisi bagus yang membuat pound tidak turun dalam lagi.

Spekulasi pemangkasan suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) Federal Reserve (The Fed) masih terus membayangi dolar AS. Rilis data inflasi yang melambat memperkuat skenario FFR di bulan Juli.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat peluang sebesar 67,9% FFR akan dipangkas 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25%. Tidak hanya itu, perangkat yang sama menunjukkan adanya peluang FFR akan dipangkas lagi pada bulan September dan Desember.

The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter pada pekan depan, dan bisa memberikan gambaran yang jelas apakah suku bunga akan segera dipangkas atau masih menanti data-data ekonomi selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Pound Terus Menguat Saat Parlemen Inggris Reses

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular