
Pound Terus Menguat Saat Parlemen Inggris Reses
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 April 2019 20:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Parlemen Inggris sedang reses hingga Paskah nanti. Efeknya kabar-kabar terbaru terkait proposal Brexit nyaris tidak ada sehingga poundsterling terlihat terus menguat jelang dibukanya perdagangan sesi Amerika Serikat (AS). Pada pukul 19:53 WIB poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,3111.
Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa kini ditunda hingga 31 Oktober atau lebih dari enam bulan ke depan. Pelaku pasar menjadi lega, setidaknya untuk sementara tidak lagi mencemaskan kemungkinan Hard Brexit atau Inggris keluar tanpa kesepakatan apapun dengan Uni Eropa.
Hard Brexit dikhawatirkan akan menimbulkan guncangan pada perekonomian Inggris, dengan skenario terburuk negeri Ratu Elizabeth akan mengalami resesi. Lebih buruk lagi, resesi diperkirakan bisa merembet ke negara-negara Benua Biru.
Tanpa Hard Brexit saja Eropa kini telah dihantui oleh resesi. Italia yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di kawasan tersebut telah memasuki resesi pada kuartal IV 2018 lalu.
Jika mengabaikan alotnya negosiasi Brexit, perekonomian Inggris sebenarnya menunjukkan kinerja yang cukup bagus. Pada pekan lalu saja dua data ekonomi dirilis cukup apik, belum lagi jika melihat lebih ke belakang.
Produk domestik bruto (PDB) Inggris bulan Februari dilaporkan tumbuh 0,2%, dan produksi manufaktur naik 0,9%. Melansir Forex Factory, data PDB tersebut sesuai dengan prediksi 0,2%, dan data produksi manufaktur jauh lebih tinggi dari prediksi 0,2%.
Dari sektor tenaga kerja, tingkat pengangguran Inggris turun ke level 3,9%, menjadi yang terendah dalam 44 tahun terakhir. Rata-rata upah dalam tiga bulan yang berakhir Januari 2019 naik 3,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dua data tersebut juga lebih baik dari prediksi sebesar 4,0% untuk tingkat pengangguran, dan 3,2% untuk kenaikan rata-rata upah.
Tangguhnya ekonomi Inggris juga diakui oleh Bank of England (BOE), rilis data-data terakhir dikatakan lebih bagus dari perkiraan bank sentral tersebut. Hanya ketidakpastian Brexit yang menjadi masalah bagi perekonomian Inggris.
Sekali lagi, jika mengabaikan kondisi Brexit untuk sementara poundsterling memiliki peluang melanjutkan penguatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA.
(pap/pap) Next Article Dolar Unjuk Kekuatan Lagi Terhadap Mata Uang Utama
Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa kini ditunda hingga 31 Oktober atau lebih dari enam bulan ke depan. Pelaku pasar menjadi lega, setidaknya untuk sementara tidak lagi mencemaskan kemungkinan Hard Brexit atau Inggris keluar tanpa kesepakatan apapun dengan Uni Eropa.
Hard Brexit dikhawatirkan akan menimbulkan guncangan pada perekonomian Inggris, dengan skenario terburuk negeri Ratu Elizabeth akan mengalami resesi. Lebih buruk lagi, resesi diperkirakan bisa merembet ke negara-negara Benua Biru.
Jika mengabaikan alotnya negosiasi Brexit, perekonomian Inggris sebenarnya menunjukkan kinerja yang cukup bagus. Pada pekan lalu saja dua data ekonomi dirilis cukup apik, belum lagi jika melihat lebih ke belakang.
Produk domestik bruto (PDB) Inggris bulan Februari dilaporkan tumbuh 0,2%, dan produksi manufaktur naik 0,9%. Melansir Forex Factory, data PDB tersebut sesuai dengan prediksi 0,2%, dan data produksi manufaktur jauh lebih tinggi dari prediksi 0,2%.
Dari sektor tenaga kerja, tingkat pengangguran Inggris turun ke level 3,9%, menjadi yang terendah dalam 44 tahun terakhir. Rata-rata upah dalam tiga bulan yang berakhir Januari 2019 naik 3,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dua data tersebut juga lebih baik dari prediksi sebesar 4,0% untuk tingkat pengangguran, dan 3,2% untuk kenaikan rata-rata upah.
Tangguhnya ekonomi Inggris juga diakui oleh Bank of England (BOE), rilis data-data terakhir dikatakan lebih bagus dari perkiraan bank sentral tersebut. Hanya ketidakpastian Brexit yang menjadi masalah bagi perekonomian Inggris.
Sekali lagi, jika mengabaikan kondisi Brexit untuk sementara poundsterling memiliki peluang melanjutkan penguatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA.
(pap/pap) Next Article Dolar Unjuk Kekuatan Lagi Terhadap Mata Uang Utama
Most Popular