Data Ekonomi Buruk, Poundsterling Terpuruk Melawan Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 July 2019 19:26
Mata uang poundsterling kian melemah memasuki perdagangan sesi Eropa setelah rilis data aktivitas sektor konstruksi terburuk 1 dekade.
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling melanjutkan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) memasuki perdagangan sesi Eropa Selasa (2/7/19), setelah rilis data aktivitas sektor konstruksi yang terburuk dalam 10 tahun terakhir.

Merespon rilis tersebut, poundsterling melemah ke level US$ 1,2604 sebelum memangkas pelemahan tersebut dan diperdagangkan di level US$ 1,2624 atau melemah 0,11% pada pukul 18:16 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Senin kemari, mata uang Inggris ini melemah 0,43%.



Data yang dirilis oleh Markit menunjukkan angka indeks sektor konstruksi bulan Juni sebesar 43,1, turun dari bulan sebelumnya 48,6. Rilis tersebut merupakan angka terendah dalam 10 tahun terakhir, atau tepatnya sejak April 2009.

Data ini menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 berarti aktivitas mengalami kontraksi atau penurunan, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan. Data hari ini menyusul rilis data aktivitas manufaktur Senin kemarin yang juga menunjukkan kontraksi terdalam sejak Februari 2013.



Merosotnya aktivitas dua sektor tersebut terjadi sebelum Inggris keluar dari Uni Eropa 31 Oktober nanti kemungkinan bisa merubah sikap Bank of England (BOE) dari hawkish menjadi dovish.

BOE merupakan satu-satunya bank sentral utama dunia yang masih mempertahankan outlook kenaikan suku bunga secara bertahap dan terbatas, berbeda dengan bank sentral lainnya yang sudah membuka peluang pelonggaran moneter baik dengan pemangkasan suku bunga ataupun dengan stimulus.


Berbicara di hadapan Parlemen Inggris pada pekan lalu, Gubernur Mark Carney mengatakan dua calon perdana menteri (PM), Boris Johnson dan Jeremy Hunt, masih menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan (Soft Brexit).

Dengan demikian, BOE masih mempertahankan proyeksi ekonominya saat ini, dan baru akan diubah seandainya arah kebijakan pemerintah nantinya juga berubah. "Jika arah kebijakan pemerintah beralih (dari Soft Brexit ke Hard Brexit), maka baru prediksi (ekonomi) Bank of England akan berubah" kata Carney, melansir Reuters.

Tanpa adanya perubahan prediksi ekonomi, berarti BOE masih mempertahankan proyeksi suku bunga acuan akan dinaikkan secara "bertahap dan terbatas" jika terjadi Soft Brexit pada 31 Oktober nanti.

Pelaku pasar banyak yang pesimis BOE akan terus mempertahankan sikap tersebut, apalagi dua kandidat PM Inggris sudah mempersiapkan skenario Hard Brexit, ditambah lagi dengan rilis data ekonomi yang buruk belakangan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Pound Terus Menguat Saat Parlemen Inggris Reses

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular