
6 Tahun Puasa Dividen, Indo-Rama Akhirnya Bagi Keuntungan
Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 May 2019 19:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten milik salah satu orang terkaya di Indonesia, Sri Prakash Lohia yakni PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) akhirnya membagikan dividen pada tahun ini dari laba bersih 2018 setelah lebih dari 6 tahun vakum membagikan dividen kepada pemegang saham.
Tahun 2019 ini, perusahaan memberikan dividen senilai US$ 15 juta atau setara dengan Rp 216 miliar (asumsi kurs Rp 14.400/US$). Jumlah itu setara dengan 25% dari total laba bersih perusahaan sepanjang tahun lalu.
Presiden Direktur Indo-Rama Vhisnu Swaroop Baldwa mengatakan tahun lalu perusahaan mencatatkan keuntungan yang besar. Selain keuntungan dari operasional, perusahaan juga mengantongi keuntungan dari penjualan saham dari perusahaan terafiliasinya.
"Perusahaan membagikan dividen Rp 340 per saham, itu 25% dari laba bersih perusahaan tahun lalu. Jumlahnya sesuai dengan kebijakan dividen perusahaan," kata Vhisnu di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/5).
Dividen tersebut akan dibagikan kepada pemegang sahamnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di bulan depan.
Di akhir tahun lalu perusahaan mengantongi laba bersih sampai dengan US$ 61,78 juta atau setara dengan Rp 890 miliar, naik signifikan dari laba bersih sepanjang 2017 yang sebanyak US$ 1,58 juta.
Kenaikan laba bersih yang teramat besar ini diakui Vhisnu karena keuntungan dari penjualan saham di perusahaan terafiliasi yang divestasinya mencapai US$ 33,23 juta atau Rp 479 miliar.
Sementara pendapatan perusahaan di Desember 2018 mencapai US$ 839,45 juta, naik dari tahun sebelumnya sebesar US$ 777, 92 juta.
Komisaris Utama perusahaan dijabat oleh Sri Prakash Lohia, yang mengacu data Forbes adalah orang terkaya nomor tiga di Indonesia setelah Hartono bersaudara (Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono), pemilik BCA dan Grup Djarum yang total kekayaannya mencapai US$ 37,1 miliar. Kekayaan Lohia mencapai US$ 7,3 miliar.
Saat ini, Indo-Rama masuk dalam grup Indorama Corporation. Perusahaan berdomisili di Purwakarta, Jawa Barat dengan pabrik berlokasi di Purwakarta, Subang dan Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jakarta.
Entitas anak perusahaan tidak langsung memiliki pabrik yang berlokasi di Uzbekistan, Turki dan Sri Lanka. Adapun bidang usaha perusahaan ialah pemintalan benang, benang polyester filamen (termasuk benang mikrofilamen), polyester staple fibre, pet resin, tekstil grade chips dan kain polyester (grey dan kain jadi), investasi, dan pengoperasian pembangkit listrik.
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada 1976 dan hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan luar negeri, termasuk ke Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Timur Tengah.
(tas) Next Article AS-China Ribut Dagang, Bisnis Indo-Rama Terganggu
Tahun 2019 ini, perusahaan memberikan dividen senilai US$ 15 juta atau setara dengan Rp 216 miliar (asumsi kurs Rp 14.400/US$). Jumlah itu setara dengan 25% dari total laba bersih perusahaan sepanjang tahun lalu.
Presiden Direktur Indo-Rama Vhisnu Swaroop Baldwa mengatakan tahun lalu perusahaan mencatatkan keuntungan yang besar. Selain keuntungan dari operasional, perusahaan juga mengantongi keuntungan dari penjualan saham dari perusahaan terafiliasinya.
"Perusahaan membagikan dividen Rp 340 per saham, itu 25% dari laba bersih perusahaan tahun lalu. Jumlahnya sesuai dengan kebijakan dividen perusahaan," kata Vhisnu di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/5).
Dividen tersebut akan dibagikan kepada pemegang sahamnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di bulan depan.
Di akhir tahun lalu perusahaan mengantongi laba bersih sampai dengan US$ 61,78 juta atau setara dengan Rp 890 miliar, naik signifikan dari laba bersih sepanjang 2017 yang sebanyak US$ 1,58 juta.
Kenaikan laba bersih yang teramat besar ini diakui Vhisnu karena keuntungan dari penjualan saham di perusahaan terafiliasi yang divestasinya mencapai US$ 33,23 juta atau Rp 479 miliar.
Sementara pendapatan perusahaan di Desember 2018 mencapai US$ 839,45 juta, naik dari tahun sebelumnya sebesar US$ 777, 92 juta.
Komisaris Utama perusahaan dijabat oleh Sri Prakash Lohia, yang mengacu data Forbes adalah orang terkaya nomor tiga di Indonesia setelah Hartono bersaudara (Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono), pemilik BCA dan Grup Djarum yang total kekayaannya mencapai US$ 37,1 miliar. Kekayaan Lohia mencapai US$ 7,3 miliar.
Saat ini, Indo-Rama masuk dalam grup Indorama Corporation. Perusahaan berdomisili di Purwakarta, Jawa Barat dengan pabrik berlokasi di Purwakarta, Subang dan Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jakarta.
Entitas anak perusahaan tidak langsung memiliki pabrik yang berlokasi di Uzbekistan, Turki dan Sri Lanka. Adapun bidang usaha perusahaan ialah pemintalan benang, benang polyester filamen (termasuk benang mikrofilamen), polyester staple fibre, pet resin, tekstil grade chips dan kain polyester (grey dan kain jadi), investasi, dan pengoperasian pembangkit listrik.
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada 1976 dan hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan luar negeri, termasuk ke Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Timur Tengah.
(tas) Next Article AS-China Ribut Dagang, Bisnis Indo-Rama Terganggu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular