
Jakarta Sudah 'Dingin', IHSG Melesat 1,51% Per Akhir Sesi 1!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 12:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis ini (23/5/2019) begitu kinclong. Dibuka menguat 0,07% ke level 5.944,03, IHSG terus memperlebar penguatan seiring dengan kian kondusifnya situasi keamanan di Tanah Air pasca-bentok 22 Mei.
Pada akhir perdagangan sesi 1, IHSG melesat hingga 1,51% ke level 6.029,58. IHSG kembali merangsek ke atas level psikologis 6.000 setelah meninggalkan level ini pada 15 Mei lalu.
Hebatnya, IHSG melesat kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,67%, indeks Shanghai turun 0,84%, indeks Hang Seng anjlok 1,3%, indeks Straits Times turun 0,41%, dan indeks Kospi turun 0,1%.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong kenaikan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+2,29%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,54%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,32%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+4,51%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+2,41%).
Rilis risalah rapat (minutes of meeting) oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS menjadi faktor yang membebani kinerja bursa saham Benua kuning. Melalui risalah rapat edisi 30 April-1 Mei, terungkap indikasi bahwa Gubernur The Fed Jerome Powell dan kolega tak akan mengubah tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan, dilansir dari CNBC International.
Artinya suku bunga Fed Funds Rate (FFR) tak dikerek naik, namun tak juga dipangkas.
"Para anggota melihat bahwa pendekatan yang sabar, kemungkinan akan tetap layak diadopsi untuk beberapa waktu," tulis risalah The Fed yang dirilis pada hari Rabu (22/5/2019), dilansir dari Reuters.
Wajar jika pelaku pasar saham kecewa dengan risalah The Fed tersebut. Pasalnya, di tengah perang dagang AS-China yang terus saja tereskalasi, belum lagi ditambah potensi meletusnya perang dagang AS-Uni Eropa, pemangkasan tingkat suku bunga acuan dianggap menjadi hal yang paling bijak.
Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan oleh perbankan di AS juga akan turun dan menstimulasi rumah tangga serta dunia usaha untuk menarik kredit, yang pada akhirnya akan mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.
Perkembangan terbaru juga menunjukkan bahwa anggota The Fed masih nyaman dengan kebijakan yang sudah diambilnya sejauh ini.
Dalam wawancara pada hari Rabu dengan Fox Business, Robert Kaplan, Presiden Federal Reserve Bank of Dallas mengatakan bahwa untuk menggerakkan tingkat suku bunga acuan (baik naik maupun turun), pihaknya perlu melihat suatu hal yang meyakinkan.
"Pada dasarnya, kami berada dalam pengaturan kebijakan yang tepat," kata Kaplan, dilansir dari Reuters.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Pada akhir perdagangan sesi 1, IHSG melesat hingga 1,51% ke level 6.029,58. IHSG kembali merangsek ke atas level psikologis 6.000 setelah meninggalkan level ini pada 15 Mei lalu.
Hebatnya, IHSG melesat kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,67%, indeks Shanghai turun 0,84%, indeks Hang Seng anjlok 1,3%, indeks Straits Times turun 0,41%, dan indeks Kospi turun 0,1%.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong kenaikan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+2,29%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,54%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,32%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+4,51%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+2,41%).
Artinya suku bunga Fed Funds Rate (FFR) tak dikerek naik, namun tak juga dipangkas.
"Para anggota melihat bahwa pendekatan yang sabar, kemungkinan akan tetap layak diadopsi untuk beberapa waktu," tulis risalah The Fed yang dirilis pada hari Rabu (22/5/2019), dilansir dari Reuters.
Wajar jika pelaku pasar saham kecewa dengan risalah The Fed tersebut. Pasalnya, di tengah perang dagang AS-China yang terus saja tereskalasi, belum lagi ditambah potensi meletusnya perang dagang AS-Uni Eropa, pemangkasan tingkat suku bunga acuan dianggap menjadi hal yang paling bijak.
Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan oleh perbankan di AS juga akan turun dan menstimulasi rumah tangga serta dunia usaha untuk menarik kredit, yang pada akhirnya akan mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.
Perkembangan terbaru juga menunjukkan bahwa anggota The Fed masih nyaman dengan kebijakan yang sudah diambilnya sejauh ini.
Dalam wawancara pada hari Rabu dengan Fox Business, Robert Kaplan, Presiden Federal Reserve Bank of Dallas mengatakan bahwa untuk menggerakkan tingkat suku bunga acuan (baik naik maupun turun), pihaknya perlu melihat suatu hal yang meyakinkan.
"Pada dasarnya, kami berada dalam pengaturan kebijakan yang tepat," kata Kaplan, dilansir dari Reuters.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Next Page
AS-China Masih Panas
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular