
Jakarta Sudah 'Dingin', IHSG Melesat 1,51% Per Akhir Sesi 1!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 12:45

Selain itu, perkembangan perang dagang AS-China yang masih panas ikut membebani kinerja bursa saham Asia.
Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif.
Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.
Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa hingga saat ini, AS belum memiliki rencana untuk bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang, dilansir dari CNBC International. Komentar tersebut diberikannya menjelang dengar pendapat dengan para anggota legislatif di AS.
Di sisi lain, sejatinya Mnuchin memberikan pernyataan yang cukup melegakan. Dirinya tetap optimistis kedua negara bisa kembali ke meja negosiasi.
“Saya masih berharap bahwa kami dapat kembali ke meja negosiasi. Kedua presiden (Donald Trump dan Xi Jinping) kemungkinan besar akan bertemu pada akhir Juni (di sela-sela KTT G20),” kata Mnuchin dalam dengar pendapat dengan para anggota legislatif pada hari Rabu, dilansir dari CNBC International.
Namun, hal tersebut belum bisa meredakan kekhawatiran pelaku pasar. Pasalnya, hingga saat ini tetap saja belum ada rencana konkret dari AS untuk berkunjung ke China. Selain itu, China diketahui sudah mempertimbangkan kebijakan balasan yang akan diluncurkan terhadap AS.
Menurut sebuah laporan dari South China Morning Post, restriksi yang diberikan AS kepada Huawei telah mendorong China untuk memikirkan ulang seluruh hubungan ekonomi yang dijalin dengan AS, dilansir dari CNBC International.
Laporan tersebut kemudian menyebut bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pembelian gas alam dari AS. Pada tahun 2017, China diketahui membeli minyak mentah dan gas alam cair senilai US$ 6,3 miliar dari AS.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>> (ank/tas)
Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif.
Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.
![]() |
Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa hingga saat ini, AS belum memiliki rencana untuk bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang, dilansir dari CNBC International. Komentar tersebut diberikannya menjelang dengar pendapat dengan para anggota legislatif di AS.
Di sisi lain, sejatinya Mnuchin memberikan pernyataan yang cukup melegakan. Dirinya tetap optimistis kedua negara bisa kembali ke meja negosiasi.
“Saya masih berharap bahwa kami dapat kembali ke meja negosiasi. Kedua presiden (Donald Trump dan Xi Jinping) kemungkinan besar akan bertemu pada akhir Juni (di sela-sela KTT G20),” kata Mnuchin dalam dengar pendapat dengan para anggota legislatif pada hari Rabu, dilansir dari CNBC International.
Namun, hal tersebut belum bisa meredakan kekhawatiran pelaku pasar. Pasalnya, hingga saat ini tetap saja belum ada rencana konkret dari AS untuk berkunjung ke China. Selain itu, China diketahui sudah mempertimbangkan kebijakan balasan yang akan diluncurkan terhadap AS.
Menurut sebuah laporan dari South China Morning Post, restriksi yang diberikan AS kepada Huawei telah mendorong China untuk memikirkan ulang seluruh hubungan ekonomi yang dijalin dengan AS, dilansir dari CNBC International.
Laporan tersebut kemudian menyebut bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pembelian gas alam dari AS. Pada tahun 2017, China diketahui membeli minyak mentah dan gas alam cair senilai US$ 6,3 miliar dari AS.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>> (ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular