Semen Indonesia Optimistis di Semester 2, tapi Ini PR-nya

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
23 May 2019 08:24
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) optimistis pertumbuhan kinerja bisa terdongkrak pada semester II-2019.
Foto: Truk semen siang mendistribusikan produk (dok. Semen Indonesia)
Jakarta,CNBC Indonesia - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) optimistis pertumbuhan kinerja bisa terdongkrak pada semester II-2019 seiring dengan lebih tingginya permintaan industri semen nasional dibanding paruh pertama tahun ini.

Direktur Pemasaran dan Supply Chain Adi Munandir mengatakan pada semester kedua biasanya pertumbuhan industri semen lebih tinggi karena banyak proyek yang terealisasi.

Bahkan, 60% permintaan semen dalam setahun biasanya tercermin pada semester kedua. Sebab itu, perseroan akan melakukan berbagai strategi untuk mendongkrak kinerja setelah terjadi penurunan performa di kuartal I-2019.

Pada 3 bulan pertama, laba perseroan menyusut 34,85% menjadi Rp 268,10 miliar dibanding dengan laba di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 411,55 miliar.


"Tahun 2019 ini unik karena faktor pelemahan demand berkumpul di tempat dan waktu yang sama," kata Adi usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (22/05/2019).

Strategi lain ialah juga menurunkan biaya-biaya demi efisiensi perusahaan, terutama setelah mengakuisisi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) yang kini diganti namanya menjadi PT Solusi Bangun Indonesia (SBI). 
Setelah akuisisi, keduanya memiliki potensi dari berbagai hal, salah satunya integrasi infrastruktur.

Dengan akuisisi, Semen Indonesia punya tambahan 14 juta ton kapasitas yang diharapkan dapat mendongkrak pendapatan. "Kami akan coba optimalkan kedua perusahaan dari angka tahun lalu," kata Adi. 

Fokus Restrukturisasi
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama Semen Indonesia, Hendi Prio Santoso mengatakan fokus perusahaan setelah akuisisi Holcim ialah restrukturisasi.

Perusahaan akan memastikan pola operasional dan pengelolaan portofolio secara tepat. 
"Sehingga membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan semua dalam proses pengkajian," kata Hendi.

Selain itu, perseroan juga tengah menyelesaikan utang SBI yang yang masih berjalan dengan melakukan restrukturisasi. Sebagian sudah dibayarkan dan sebagian dilakukan pembiayaan ulang atau refinancing.


Direktur Keuangan Doddy Sulasmono mengatakan untuk membayar utang SBI, perseroan akan melakukan reprofile (struktur ulang) pinjaman-pinjaman tersebut atau mencari pinjaman yang lebih murah. Opsi memperpanjang jangka waktu pinjaman juga terbuka, begitu pun dengan penerbitan obligasi atau kredit sindikasi.

Dia menjelaskan pinjaman yang dilakukan SBI sebelumnya kebanyakan dipakai untuk membangun pabrik.

SMGR pun saat ini berupaya menyelesaikan pinjaman yang dipakai untuk akuisisi Holcim tersebut senilai Rp 13 triliun. Dana akan dikombinasikan dengan penerbitan obligasi dan pinjaman bank sehingga arus kas bisa diatur lebih baik.

"Makanya di-mixed [antara penerbitan] obligasi dan pinjaman bank. Cara pembayarannya sesuai dengan kemampuan kami meng-generate cashflow [arus kas] selama periode itu. Kalau semua pakai bank, bank sifatnya harus ada fixed installment, cashflow nya nanti jadi berat. Jadi ini yang paling baik [kombinasi]," kata Doddy.
 

Riset Indo Premier Sekuritas mencatat SMGR memang mendapatkan pinjaman sindikasi 
US$ 926,97 juta atau setara Rp 13,07 triliun. Oleh karena itu, tulis Indo Premier, kredit investasi Semen Indonesia melonjak 118,02% di kuartal I-2019 menjadi Rp 245,67 miliar dari Rp 112,68 miliar.

Maka secara keseluruhan, beban keuangan perusahaan ikut meroket 210,80% menjadi Rp 711,62 miliar dari Rp 228,96 miliar.

Simak ulasan penjualan semen masih seret.
[Gambas:Video CNBC]

(tas) Next Article Perusahaan Jepang Caplok 15% Saham Anak Usaha Semen Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular