
Ini Alasan Pembentukan Holding Bank BUMN Berjalan Lama
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
14 May 2019 12:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian BUMN buka-bukaan soal pembentukan holding perbankan yang ditargetkan selesai tahun ini. Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjabarkan holding perbankan berjalan lama karena ada banyak hal yang harus disiapkan.
"Selama ini banyak bank-bank yang agak kesulitan. Dari lesson learn yang ada itu, kalau tetap kondisi seperti ini di bawah Kementerian BUMN itu kan kita tidak bisa ngapa-ngapain untuk quick response. Tapi kalau ada holding [perbankan] itu lebih cepat lagi," jelas Gatot kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/5/2019).
Gatot menambahkan, holding perbankan dibentuk agar industri perbankan mampu lebih cepat menjawab tantangan-tantangan kondisi ekonomi yang terjadi di Indonesia. Ke depannya, dinamika ekonomi diyakininya akan berjalan lebih cepat sehingga pengambilan keputusan mesti dibuat lebih cepat dari yang ada sekarang.
Saat ini, lanjut Gatot, industri perbankan bisa menghadapi dampak ekonomi global karena dinamika berjalan tidak begitu cepat. Perlu persiapan matang untuk bisa menangani risiko-risiko yang ada di pasar di kemudian hari.
"Kalau sebelumnya kita bisa meng-handle seperti hari ini, lancar, karena kondisi dinamikanya tidak begitu cepat. Ke depannya perlu kecepatan untuk pengambilan keputusan. Early warning masing-masing bisa tahu persis permasalahannya yang dihadapi. Bagaimana action yang diperlukan sebelum sampai ke level yang lebih atas," jelasnya.
Menghadapi dinamika tersebut maka bank-bank BUMN tidak bisa terus berada di bawah Kementerian BUMN. Tim-tim yang nantinya ada di holding perbankan dipastikan tim-tim yang sudah berpengalaman untuk meredam permasalahan ekonomi.
Dengan adanya holding BUMN nantinya pengambilan keputusan bisa dilakukan lebih cepat. Tim bisa melakukan koordinasi secara bulanan, mingguan atau bahkan harian dalam situasi genting.
"Itu untuk antisipasi. Kan ada 16 bank yang masuk kelompok sistemik. 4 diantaranya Bank Himbara. Jadi how to handle it kita harus mengikuti pola yang ada. Sehingga bagaimana secra prudent bisa mengantisipasi sejak dini risiko-risiko yang terjadi," bebernya.
Gatot memberi contoh, dalam kondisi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, mata uang rupiah tentu terdampak, terutama perusahaan-perusahaan yang meminjam dana dalam dolar AS namun pendapatannya dalam rupiah.
"Kita secara sedini mungkin bisa agak kita antisipasi sebagai satu tim. Baik yang bank dan non-banknya. Justru membantu pemerintah kayak bumper, jadi early warning. Pemerintah dengan segera bisa komunikasi intens," ungkapnya.
"Kita ingin tahu worst case scenario-nya. Bank harus melihatnya dari sisi kalau ada risiko seperti itu yang terjelek antisipasi kita seperti apa. Justru kita lebih holding nanti lebih dekat dengan regulator untuk informasi sedini mungkin yg terjadi di lapangan, baik yang bank maupun non-bank." pungkasnya.
Pembentukan holding perbankan tinggal selangkah lagi. Kementerian BUMN saat ini tengah menunggu masukan dari Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Setelah hal itu selesai maka holding perbankan siap diluncurkan. Diharapkan holding perbankan bisa selesai lebih cepat dari semester 2.
(roy/roy) Next Article Masih On Target, Holding Bank BUMN Rampung Juni 2019
"Selama ini banyak bank-bank yang agak kesulitan. Dari lesson learn yang ada itu, kalau tetap kondisi seperti ini di bawah Kementerian BUMN itu kan kita tidak bisa ngapa-ngapain untuk quick response. Tapi kalau ada holding [perbankan] itu lebih cepat lagi," jelas Gatot kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/5/2019).
Gatot menambahkan, holding perbankan dibentuk agar industri perbankan mampu lebih cepat menjawab tantangan-tantangan kondisi ekonomi yang terjadi di Indonesia. Ke depannya, dinamika ekonomi diyakininya akan berjalan lebih cepat sehingga pengambilan keputusan mesti dibuat lebih cepat dari yang ada sekarang.
"Kalau sebelumnya kita bisa meng-handle seperti hari ini, lancar, karena kondisi dinamikanya tidak begitu cepat. Ke depannya perlu kecepatan untuk pengambilan keputusan. Early warning masing-masing bisa tahu persis permasalahannya yang dihadapi. Bagaimana action yang diperlukan sebelum sampai ke level yang lebih atas," jelasnya.
Menghadapi dinamika tersebut maka bank-bank BUMN tidak bisa terus berada di bawah Kementerian BUMN. Tim-tim yang nantinya ada di holding perbankan dipastikan tim-tim yang sudah berpengalaman untuk meredam permasalahan ekonomi.
Dengan adanya holding BUMN nantinya pengambilan keputusan bisa dilakukan lebih cepat. Tim bisa melakukan koordinasi secara bulanan, mingguan atau bahkan harian dalam situasi genting.
"Itu untuk antisipasi. Kan ada 16 bank yang masuk kelompok sistemik. 4 diantaranya Bank Himbara. Jadi how to handle it kita harus mengikuti pola yang ada. Sehingga bagaimana secra prudent bisa mengantisipasi sejak dini risiko-risiko yang terjadi," bebernya.
Gatot memberi contoh, dalam kondisi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, mata uang rupiah tentu terdampak, terutama perusahaan-perusahaan yang meminjam dana dalam dolar AS namun pendapatannya dalam rupiah.
"Kita secara sedini mungkin bisa agak kita antisipasi sebagai satu tim. Baik yang bank dan non-banknya. Justru membantu pemerintah kayak bumper, jadi early warning. Pemerintah dengan segera bisa komunikasi intens," ungkapnya.
"Kita ingin tahu worst case scenario-nya. Bank harus melihatnya dari sisi kalau ada risiko seperti itu yang terjelek antisipasi kita seperti apa. Justru kita lebih holding nanti lebih dekat dengan regulator untuk informasi sedini mungkin yg terjadi di lapangan, baik yang bank maupun non-bank." pungkasnya.
Pembentukan holding perbankan tinggal selangkah lagi. Kementerian BUMN saat ini tengah menunggu masukan dari Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Setelah hal itu selesai maka holding perbankan siap diluncurkan. Diharapkan holding perbankan bisa selesai lebih cepat dari semester 2.
(roy/roy) Next Article Masih On Target, Holding Bank BUMN Rampung Juni 2019
Most Popular