
10 Hari Amblas, Potensi Koreksi Pasar Obligasi Masih Terbuka
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 May 2019 11:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah masih terkoreksi pada Selasa ini (7/5/2019) meskipun sentimen negatif dolar AS mulai mereda dan membuat pasar saham menghijau pagi ini.
Jika diakumulasikan sampai Senin kemarin, tren koreksi di pasar surat utang sudah berjalan 10 hari dan berpotensi berlanjut menjadi 11 hari pada Selasa ini.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 7,8 basis poin (bps) menjadi 8,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seorang manajer investasi institusi lembaga keuangan menilai, saat ini lembaga yang dananya dia kelola, sudah melepas obligasi pemerintah di pasar dan menunggu harga turun lebih dalam lagi untuk masuk kembali, karena memang belum ada kondisi positif yang mempengaruhi pasar.
Sumber: Refinitiv
Koreksi yang terjadi di pasar dapat ditunjukkan dari naiknya yield seri acuan 10 tahun yang sudah terjadi 32 basis poin (bps) dari 7,58% pada 18 April menjadi 7,9% pada Senin kemarin (6/5).
Sampai saat ini, kondisi pasar keuangan global memang belum menunjukkan sinyal yang positif bagi pasar domestik karena beberapa isu yang justru semakin memanas, seperti Korea Utara-Amerika Serikat, perang dagang China-AS, dan hawkish atau mulai agresifnya kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 960,12 triliun SBN, atau 38,33% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 3 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 66,87 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti pasar ekuitas yang menguat 0,7% sedangkan rupiah di pasar valas masih terkoreksi 0,14%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di India dan Thailand, sedangkan pasar obligasi negara maju yang menguat adalah pasar OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Ekonomi China Mulai Pulih, Harga Obligasi Rupiah Menguat
Jika diakumulasikan sampai Senin kemarin, tren koreksi di pasar surat utang sudah berjalan 10 hari dan berpotensi berlanjut menjadi 11 hari pada Selasa ini.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 7,8 basis poin (bps) menjadi 8,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seorang manajer investasi institusi lembaga keuangan menilai, saat ini lembaga yang dananya dia kelola, sudah melepas obligasi pemerintah di pasar dan menunggu harga turun lebih dalam lagi untuk masuk kembali, karena memang belum ada kondisi positif yang mempengaruhi pasar.
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Mei'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 6 Mei'19 (%) | Yield 7 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 6 Mei'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.473 | 7.497 | 2.40 | 7.4579 |
FR0078 | 10 tahun | 7.931 | 7.956 | 2.50 | 7.9449 |
FR0068 | 15 tahun | 8.423 | 8.479 | 5.60 | 8.4531 |
FR0079 | 20 tahun | 8.442 | 8.52 | 7.80 | 8.4951 |
Avg movement | 4.57 |
Koreksi yang terjadi di pasar dapat ditunjukkan dari naiknya yield seri acuan 10 tahun yang sudah terjadi 32 basis poin (bps) dari 7,58% pada 18 April menjadi 7,9% pada Senin kemarin (6/5).
Sampai saat ini, kondisi pasar keuangan global memang belum menunjukkan sinyal yang positif bagi pasar domestik karena beberapa isu yang justru semakin memanas, seperti Korea Utara-Amerika Serikat, perang dagang China-AS, dan hawkish atau mulai agresifnya kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.
Seri | FR0078 (%) |
7-May-19 | 7.956 |
6-May-19 | 7.903 |
3-May-19 | 7.872 |
2-May-19 | 7.853 |
30-Apr-19 | 7.8 |
29-Apr-19 | 7.78 |
26-Apr-19 | 7.778 |
25-Apr-19 | 7.737 |
24-Apr-19 | 7.68 |
23-Apr-19 | 7.652 |
22-Apr-19 | 7.617 |
18-Apr-19 | 7.581 |
16-Apr-19 | 7.629 |
15-Apr-19 | 7.664 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 960,12 triliun SBN, atau 38,33% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 3 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 66,87 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti pasar ekuitas yang menguat 0,7% sedangkan rupiah di pasar valas masih terkoreksi 0,14%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di India dan Thailand, sedangkan pasar obligasi negara maju yang menguat adalah pasar OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 6 Mei'19 (%) | Yield 7 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.895 | 8.905 | 1.00 |
China | 3.378 | 3.396 | 1.80 |
Jerman | 0.009 | 0.012 | 0.30 |
Perancis | 0.36 | 0.359 | -0.10 |
Inggris | 1.22 | 1.217 | -0.30 |
India | 7.397 | 7.394 | -0.30 |
Jepang | -0.044 | -0.06 | -1.60 |
Malaysia | 3.8 | 3.8 | 0.00 |
Filipina | 5.819 | 5.819 | 0.00 |
Rusia | 8.14 | 8.17 | 3.00 |
Singapura | 2.207 | 2.221 | 1.40 |
Thailand | 2.48 | 2.46 | -2.00 |
Amerika Serikat | 2.5 | 2.482 | -1.80 |
Afrika Selatan | 8.56 | 8.58 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Ekonomi China Mulai Pulih, Harga Obligasi Rupiah Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular