
Karena Trump & Data PDB, Rupiah Belum Tangguh Hari Ini
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
07 May 2019 10:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sejak pekan lalu terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan pada perdagangan Senin kemarin (6/5/2019), nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi dan tembus level Rp14.300/US$.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro mengatakan pergerakan rupiah masih akan lebih berfluktuasi pada Selasa ini (7/5/2019). Ada potensi penguatan kendati terbuka juga peluang melemah terhadap dolar AS seiring dengan kuatnya sentimen global saat ini.
"Rupiah terhadap dolar AS hari ini kemungkinan akan bergerak di sekitar Rp14.244/US$ dan Rp14.325/US$," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/5/2019).
Lebih lanjut riset harian Office of Chief Economist Bank Mandiri memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa ini akan bergerak di level 6.220-6.250, sementara kurs rupiah bergerak di level Rp 14.244-14.325/US$.
Riset tersebut menyatakan sentimen yang ikut mempengaruhi pasar kali ini ialah data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 3 bulan pertama tahun ini yang di bawah ekspektasi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,07% pada kuartal I-2019.
Pertumbuhan itu lebih rendah dari konsensus pasar yang memperkirakan tumbuh 5,20% year on year (yoy), meskipun demikian pertumbuhan PDB tersebut masih lebih tinggi dari realisasi kuartal I-2018 sebesar 5,06%, namun lebih rendah dari kuartal 4-2018 yakni 5,18%.
"Pertumbuhan produksi tahunan tertinggi adalah sektor jasa perusahaan (10,36%), sektor jasa lainnya 0,99%, dan sektor informasi dan komunikasi 9,03%," tulis riset Bank Mandiri.
Mengacu data perdagangan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pada Selasa (7/5/2019) pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.305. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengatakan, hari ini rupiah akan cenderung melemah dan belum ada tanda-tanda penguatan. Faktor utamanya masih berasal dari global yakni pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan mengenakan bea masuk kepada produk impor China.
(tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro mengatakan pergerakan rupiah masih akan lebih berfluktuasi pada Selasa ini (7/5/2019). Ada potensi penguatan kendati terbuka juga peluang melemah terhadap dolar AS seiring dengan kuatnya sentimen global saat ini.
"Rupiah terhadap dolar AS hari ini kemungkinan akan bergerak di sekitar Rp14.244/US$ dan Rp14.325/US$," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/5/2019).
Riset tersebut menyatakan sentimen yang ikut mempengaruhi pasar kali ini ialah data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 3 bulan pertama tahun ini yang di bawah ekspektasi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,07% pada kuartal I-2019.
Pertumbuhan itu lebih rendah dari konsensus pasar yang memperkirakan tumbuh 5,20% year on year (yoy), meskipun demikian pertumbuhan PDB tersebut masih lebih tinggi dari realisasi kuartal I-2018 sebesar 5,06%, namun lebih rendah dari kuartal 4-2018 yakni 5,18%.
"Pertumbuhan produksi tahunan tertinggi adalah sektor jasa perusahaan (10,36%), sektor jasa lainnya 0,99%, dan sektor informasi dan komunikasi 9,03%," tulis riset Bank Mandiri.
Mengacu data perdagangan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pada Selasa (7/5/2019) pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.305. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengatakan, hari ini rupiah akan cenderung melemah dan belum ada tanda-tanda penguatan. Faktor utamanya masih berasal dari global yakni pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan mengenakan bea masuk kepada produk impor China.
"Rupiah masih cenderung melemah sekitar Rp14.300/US$. Isunya masih seperti kemarin yakni cuitan Trump soal kenaikan tarif dari China, dan pagi ini ada pejabat dari AS yang mengkonfirmasi kemungkinan itu," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Dari sisi domestik, lagi-lagi pertumbuhan ekonomi juga menjadi katalis negatif karena tumbuh di bawah ekspektasi pasar.
Selan itu, konsumsi yang diprediksi bisa tumbuh pesat ternyata hanya tumbuh sedikit, begitu pula dengan investasi sehingga memberikan sentimen negatif ke pasar.
"Hari ini bergerak ke arah melemah, di kisaran Rp14.280/US$ - Rp14.360/US$. Pasar saat ini mungkin menunggu hasil penghitungan pemilu, dan cadangan devisa," tutupnya.
Dari sisi domestik, lagi-lagi pertumbuhan ekonomi juga menjadi katalis negatif karena tumbuh di bawah ekspektasi pasar.
Selan itu, konsumsi yang diprediksi bisa tumbuh pesat ternyata hanya tumbuh sedikit, begitu pula dengan investasi sehingga memberikan sentimen negatif ke pasar.
"Hari ini bergerak ke arah melemah, di kisaran Rp14.280/US$ - Rp14.360/US$. Pasar saat ini mungkin menunggu hasil penghitungan pemilu, dan cadangan devisa," tutupnya.
(tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular